²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

China Tiba-Tiba Peringatkan AS dan Jepang, Ada Apa?

Tommy Patrio Sorongan, ²©²ÊÍøÕ¾
30 July 2024 06:06
Ilustrasi bendera Jepang dan China
Foto: Ilustrasi bendera Jepang dan China

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - China tiba-tiba memperingatkan Amerika Serikat (AS) dan Jepang. Beijing mendesak keduanya untuk berhenti melakukan apa yang disebut pemerintah Presiden Xi Jinping "menciptakan musuh imajiner".

Hal ini terjadi pasca Washington dan Tokyo mengecam keras tindakan China di Laut China Selatan (LCS) dalam pembicaraan di Jepang akhir pekan lalu. Perlu diketahui AS dan Jepang mengadakan pertemuan menteri luar negeri "2+2" dan mengeluarkan komunike bersama.

"Kami sangat mendesak AS dan Jepang untuk segera berhenti mencampuri urusan dalam negeri China dan berhenti menciptakan musuh imajiner," kata juru bicara kementerian luar negeri Lin Jian, dikutip AFP, Selasa (30/7/2024).

Lin mengatakan AS dan Jepang telah mengabaikan fakta-fakta dan mencampuradukkan hal yang benar dan salah. Bahkan, klaimnya, dengan jahat menyerang kebijakan luar negeri China.

"Secara kasar mencampuri urusan dalam negeri China, dengan jahat menyerang dan mencemarkan nama baik China dalam masalah maritim, membuat pernyataan yang tidak bijaksana tentang perkembangan militer dan kebijakan pertahanan China yang normal," katanya lagi.

"Membesar-besarkan dan membuat keributan tentang ancaman China dan dengan jahat membesar-besarkan ketegangan regional," tambahnya.

"China menyesalkan dan dengan tegas menentang hal ini."

Sebelumnya, AS dan Jepang memang dilaporkan mengeluarkan "serangan verbal" yang pedas terhadap Beijing dan Moskow, Minggu. Ini setelah diskusi tingkat tinggi tentang peningkatan kolaborasi pertahanan dilakukan AS dan Jepang, menunjuk bagaimana kawasan yang semakin tidak stabil.

Pernyataan bersama yang dikeluarkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Menteri Pertahanan Lloyd Austin, dan mitra mereka dari Jepang Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa. Kebijakan luar negeri China disebut tengah berupaya membentuk kembali tatanan internasional untuk keuntungannya sendiri dengan mengorbankan orang lain.

"Keberatan keras... atas klaim maritim yang melanggar hukum, militerisasi fitur-fitur yang direklamasi, dan aktivitas yang mengancam dan provokatif China di LCS," tambahnya.

"Mengkritik keras kerja sama militer strategis yang berkembang dan provokatif Rusia dengan China," tegas pernyataan ketiganya lagi menyinggung pula pengadaan rudal balistik dan material lain dari Korea Utara (Korut) oleh Moskow untuk digunakan dalam perang Ukraina sambil menyebut kekhawatiran atas ekspansi persenjataan nuklir China "yang terus-menerus dan cepat".

Secara terpisah Blinken mengatakan semua aliansi AS "bersifat defensif". Ia mengatakan sekutu Washington tak memiliki ambisi terhadap apapun dan tak akan pernah bersifat ofensif.

"Namun, pada saat ancaman-ancaman ini meningkat, aliansi-aliansi kita, kemitraan-kemitraan kita, semakin dalam, semakin kuat, semakin efektif," ujarnya dalam konferensi pers.

Di sisi lain, Kamikawa mengatakan dunia kini berada pada titik balik yang bersejarah. Di mana ada perkembangan yang mengguncang fondasi tatanan internasional yang bebas dan terbuka berdasarkan supremasi hukum, secara terus menerus.

"Kita harus memperdalam dan mengembangkan aliansi AS-Jepang untuk menjaga tatanan internasional dan meningkatkan pencegahan," katanya.

Perlu diketahui, China mengklaim LCS, yang dilalui perdagangan triliunan dolar setiap tahunnya, hampir 90%. Ini membuat negeri itu berselisih dengan sebagian besar negara ASEAN, termasuk Indonesia di Laut Natuna Utara.

Khusus Jepang dan Beijing sendiri keduanya juga berselisih pendapat mengenai pulau-pulau yang disengketakan di Laut Cina Timur yang dikuasai Jepang. Salah satunya terkait Senkaku (nama Jepang) atau Diaoyu (nama China), pula tak berpenghuni tersebut berada di Kepulauan Pinnacle, yang saat ini berada di bawah administrasi Jepang namun dicatat China sebagai bagian dari Kecamatan Toucheng, Kabupaten Yilan.

Pekan lalu, AS mengonfirmasi rencana untuk mendirikan Markas Besar Pasukan Gabungan baru di Jepang, yang dipimpin oleh seorang komandan AS bintang tiga. Bakal ada 54.000 personel militer AS yang ditempatkan di sana.

Markas ini akan berfungsi sebagai mitra Komando Operasi Gabungan yang direncanakan Jepang untuk semua angkatan bersenjatanya, yang membuat militer kedua negara lebih gesit jika terjadi krisis di Taiwan atau semenanjung Korea. Pasukan AS di Jepang saat ini terkait dengan Komando Indo-Pasifik di Hawaii, sekitar 6.500 kilometer (4.000 mil) jauhnya dan 19 jam di belakang Tokyo.


(sef/sef) Next Article Tetangga RI 'Nekat' Bangun Fasilitas Raksasa di LCS, Siaga Lawan China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular