²©²ÊÍøÕ¾

Bos Kadin: Bonus Demografi Meledak, RI Harus Ekspor Tenaga Kerja

Arrijal Rachman, ²©²ÊÍøÕ¾
07 August 2024 08:50
Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Arsjad Rasjid dalam Main Event Sewindu Proyek Strategis Nasional (PSN) - Infrastructure Forum and Edutainment Expo. (Tangkapan Layar Youtube PerekonomianRI)
Foto: Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Arsjad Rasjid dalam Main Event Sewindu Proyek Strategis Nasional (PSN) - Infrastructure Forum and Edutainment Expo. (Tangkapan Layar Youtube PerekonomianRI)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Maraknya bonus demografi di Indonesia belum mampu ditampung oleh sektor industri. Hal ini ditenggarai oleh adanya tren investasi di sektor padat modal ketimbang padat karya. Tren ini sejalan dengan dampak periode digitalisasi industri, atau industry 4.0.

Kalangan pengusaha pun menyarankan pemerintah mulai melakukan gebrakan ekspor tenaga kerja ke negara-negara yang melakukan penduduknya sudah mulai menua atau aging population.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, era industri 4.0 secara nyata telah membuat jumlah lapangan kerja berkurang. Akibatnya, bonus demografi yang sedang marak tak mampu tertampung sektor industri.

"Dengan namanya Industry 4.0, itu digitalisasi, dan teknologi, pasti jumlah lapangan pekerjaan berkurang, karena diganti dengan mesin. Itu fakta loh. Nah, untuk itu kita harus antisipasi juga," ujar Arsjad dalam program Economic Update 2024 ²©²ÊÍøÕ¾, dikutip Rabu (6/8/2024).

Untuk mengantisipasi permasalahan langkah yang bisa dilakukan pemerintah ialah menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki skill sesuai dengan kebutuhan negara-negara berpenduduk tua.

Ekspor tenaga kerja itu, menurutnya, tidak hanya akan mengatasi masalah serapan tenaga kerja, namun juga bisa menjadi ajang untuk membawa pulang tenaga kerja terampil yang memiliki wawasan negara maju yang penduduknya sudah tua.

"Nah, itu menjadi kesempatan buat kita, untuk apa? Mengirim adik-adik kita ke negara-negara tersebut. Sambil untuk belajar juga. Membuka wawasan," kata Arsjad.

"Tapi pada saat yang sama, menyelesaikan penyelesaian lapangan pekerjaan. Karena kalau kita diam-diam, kita enggak mendorong juga skills ekspor ke luar negeri, apa yang terjadi 10 tahun dari sekarang, saya takut. Kenapa? Kita harus mendorong ekspor skills. Nah, ini penting sekali untuk mengantisipasi tadi, bonus demografi," tegasnya.

Terkait dengan maraknya investasi padat modal saat ini sebetulnya juga telah diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Ia menjelaskan, tren realisasi investasi yang masuk ke Indonesia saat ini lebih ke sektor padat modal seperti industri besi dan baja. Maka, yang terjadi ialah aliran modalnya yang masuk deras, namun serapan tenaga kerjanya terbatas.

"Ya tentu kan investasi yang terakhir kan kita lihat semuanya di industri baja. Baja itu industri yang capital intensive," kata Airlangga saat ditemui di kantornya, Jakarta, dikutip Selasa (30/7/2024).

Oleh sebab itu, pemerintah juga akan mendorong investasi padat karya ke depan untuk meningkatkan serapan tenaga kerja dari hasil investasi yang masuk. Salah satu yang menjadi target investasi padat karya ke depan ialah sektor semikonduktor.

"Nah salah satu labor intensive kan terkait dengan di semikonduktor. Tapi di fase terakhir, testing dan pabrikasi, ini yang terus lagi kita dorong," tegasnya.

Seiring dengan itu, sumber daya manusia (SDM) akan terus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan industri padat karya tersebut. Salah satu caranya dengan pendidikan vokasi, seperti yang telah disiapkan melalui Politeknik Industri Logam Morowali dan Politeknik Industri Petrokimia Banten.


(Arrijal Rachman/haa) Next Article Live Now! Buka-bukaan Ide & Gagasan Calon Pemimpin Jakarta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular