²©²ÊÍøÕ¾

Awas! Sri Mulyani Ingatkan Tensi Perang Dagang Makin Panas

Zefanya Aprilia, ²©²ÊÍøÕ¾
16 August 2024 16:34
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (16/8/2024). (Tangkapan Layar Youtube Kementerian Keuangan)
Foto: Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (16/8/2024). (Tangkapan Layar Youtube Kementerian Keuangan)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia  - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memperingatkan ancaman global yang dapat menggerus perekonomian di dalam negeri. Kondisi global itu, lanjutnya, masih memberikan sinyal ketidakpastian yang memerlukan kewaspadaan dan mitigasi ekstra.

Meski, kata dia, ada pola berulang. Yaitu tensi politik secara global, eskalasi antara blok di Amerika Serikat, Eropa, China, dan Rusia. Yang bahkan sudah pecah jadi perang, seperti di Ukraina. Begitu juga perang yang kini pecah di Timur Tengah.

"Dan kemudian yang terjadi juga yang disampaikan oleh Bapak Presiden. Terjadinya perang dagang, tidak hanya perang militer. Terjadi kenaikan instrumen tarif dan nontarif, untuk membendung perdagangan antar negara. Ini kemudian yang menciptakan kerentanan terhadap global value chain atau rantai pasok global," katanya saat Konferensi Pers RAPBN 2025, Transisi Efektif dan APBN Kredibel, di Jakarta, Jumat (16/8/2024). 

"Di sisi lain, dengan adanya berbagai kerentanan tadi, memicu apa yang disebut krisis pangan dan energi. Sehingga, memicu inflasi melonjak tinggi di negara maju, yang kemudian menimbulkan respons suku bunga meningkat tinggi. Meski ada harapan akan turun, tapi suku bunga tinggi terjadi sejak tahun 2022 hingga 2024 ini," sebutnya.

Kombinasi tensi global, disrupsi rantai pasok global, inflasi tinggi, dan suku bunga tinggi tersebut, kata dia, menggerus daya beli dan menekan minat investasi, menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia melemah. Hanya 3,1%, atau lebih rendah dari satu dekade sebelumnya mampu mencapai 4%. 

Di sisi lain, ada perubahan iklim dan teknologi digital termasuk kecerdasan buatan (AI), serta isu demografi akan jadi isu yang akan membentuk dan memengaruhi perekonomian global dan nasional. 


(dce/dce) Next Article APBN Pertama Prabowo Rp 3.613 T, Ini Rinciannya

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular