²©²ÊÍøÕ¾

Selamatkan Kelas Menengah RI, Ekonomi Harus Tumbuh 7%

Arrijal Rachman, ²©²ÊÍøÕ¾
27 August 2024 18:00
Sejumlah karyawan melihat gedung bertingkat yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta, Senin, (14/8). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
Foto: (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pemerintah menargetkan jumlah penduduk kelas menengah akan terus kembali membengkak mulai lima tahun mendatang. Namun, dengan catatan, pertumbuhan ekonomi harus naik di kisaran 6%-7% per tahun dari yang satu dekade terakhir stagnan di level 5%.

Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, dengan target pertumbuhan ekonomi itu, porsi kelas menengah dalam total jumlah penduduk akan naik ke level 20% lima tahun mendatang, dari yang kini 17,13%.

"Kan di dalam RPJPN 2025-2045 untuk bisa mencapai 6%-7%, salah satu syaratnya kita harus bisa mempertebal kelas menengah, middle class ini. Karena, sekarang middle class sekitar 17%, nanti bertahap menjadi di atas 20% di akhir lima tahun ke depan, di 2045 diharapkan menjadi 80%," kata Amalia di kawasan Gedung AA Maramis, Jakarta, Selasa (27/8/2024).

Wanita yang akrab disapa Winny itu mengatakan, untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi semakin cepat, dan memperlebar kelas menengah ke depan, industrialisasi menjadi sangat penting difokuskan ke depan. Supaya masyarakat yang kini tergolong sebagai kelas menengah rentan atau aspiring middle class dengan porsi mencapai 50% bisa naik kelas menjadi golongan kelas menengah.

"Tentunya kan industrialisasi menjadi sangat penting untuk menciptakan middle class jobs, menciptakan lapangan pekerjaan yang berkelas menengah, itu menjadi penting, supaya nanti yang tadinya informal bisa graduated bisa jadi formal, kemudian pendapatannya bisa naik kelas menjadi kelas menengah," ujar Winny.

"Sebenarnya kita aspiring middle class yang sekitar 50%, in tugas kita dalam RPJPN kita bagaimana menaikkan aspiring middle class menjadi middle class. Aspiring itu kan hampir dia menjadi middle class, ini ada 50% yang berpotensi kita naikkan menjadi middle class," ucap wanita yang juga menjabat sebagai Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) itu.

Sebelumnya, Ekonom senior yang juga merupakan mantan Menteri Keuangan era 2013-2014 Chatib Basri mengungkapkan, jumlah kelas menengah di Indonesia sudah terus merosot sejak 2019 atau sebelum merebaknya Pandemi Covid-19 karena daya belinya terus tertekan.

Memanfaatkan, data Bank Dunia, Chatib mengungkapkan pada 2018, kelas menengah sebesar 23% dari jumlah penduduk sedangkan 2019 tersisa 21% seiring membengkaknya kelompok kelas menengah rentan atau aspiring middle class (AMC) dari 47% menjadi 48%.

"Kecenderungan ini terus terjadi. Tahun 2023, kelas menengah turun menjadi 17%, AMC naik menjadi 49%, kelompok rentan meningkat menjadi 23%. Artinya sejak 2019, sebagian dari kelas menengah "turun kelas" menjadi AMC dan AMC turun menjadi kelompok rentan," tegas Chatib.

Dengan garis kemiskinan pada 2024 sekitar Rp 550.000, Chatib mengatakan, mereka dengan pengeluaran Rp 1,9 juta-Rp 9,3 juta per bulan masuk kategori kelas menengah. AMC adalah kelompok pengeluaran 1,5-3,5 kali di atas garis kemiskinan atau Rp 825.000-Rp 1,9 juta. Adapun rentan miskin, kelompok pengeluaran 1-1,5 kali di atas garis kemiskinan atau Rp 550.000-Rp 825.000 per bulan.


(arj/mij) Next Article Situasi RI Terbaru: Kelas Atas Aman, Menengah-Bawah Menderita

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular