²©²ÊÍøÕ¾

Beda Jauh Ramalan Sri Mulyani-Bos BI Soal Nasib Rupiah di 2025

M Rosseno Aji Nugroho, ²©²ÊÍøÕ¾
28 August 2024 10:40
Konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK I Tahun 2024 di Kementerian Keuangan, Selasa (30/1/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
Foto: Konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK I Tahun 2024 di Kementerian Keuangan, Selasa (30/1/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾-Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo beda pendapat soal ramalan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat pada 2025.

Sri Mulyani sebagaimana tercantum dalam asumsi makro Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 menetapkan asumsi nilai tukar sebesar Rp 16.100/US$. Sri Mulyani mengatakan pemerintah menganggap dunia masih penuh ketidakpastian dan hal tersebut terlihat dari perubahan nilai tukar yang terjadi dalam 6 bulan belakangan ini.

"Berbagai kejadian dalam 6 bulan terakhir memberikan kita pembelajaran yang luar biasa," kata dia dalam Rapat Paripurna tentang tanggapan pemerintah terhadap pemandangan umum fraksi-fraksi atas RUU APBN 2025, dikutip Rabu, (28/8/2024).

Sri Mulyani mengatakan pada 3 bulan yang lalu, Rupiah dan mata uang di seluruh dunia masih mengalami depresiasi yang sangat berat terhadap Dollar Amerika Serikat. Namun, dalam dua minggu ini Rupiah mengalami apresiasi yang cukup kuat. Menurutnya, perubahan cepat dalam waktu singkat inilah yang membuat pemerintah mewaspadai volatilitas di masa depan.

Meski demikian, Sri Mulyani mengatakan pemerintah terbuka apabila DPR ingin membahas lebih lanjut mengenai penetapan asumsi makro nilai tukar tersebut. Menurut dia, situasi dunia saat ini masih amat dinamis. "Terutama pada situasi yang masih sangat dinamis baik dari sisi global maupun dalam negeri," kata dia.

Sementara itu, BI memperkirakan nilai tukar rupiah secara rata-rata pada 2025 berada pada rentang Rp15.300-15.700. "Kami perkirakan nilai tukar rupiah Rp15.300-15.700 rerata 1 tahun," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo.

Beberapa faktor yang mendorong penguatan rupiah, kata Perry adalah suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) turun drastis menjadi 4,25% hingga akhir 2025. Faktor lain adalah imbal hasil yang menarik dari surat utang di Indonesia dan dampak positif dari hilirisasi.


(rsa/mij) Next Article Rupiah Terus Anjlok di Atas Rp 15.900, Ini Reaksi Airlangga

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular