²©²ÊÍøÕ¾

Optimisme Pengusaha Batu Bara di Tengah Tantangan Dunia

Verda Nano Setiawan, ²©²ÊÍøÕ¾
09 September 2024 18:50
APBI dalam Coaltrans Asia 2024, Nusa Dua, Bali. (Dok APBI/ICMA)
Foto: APBI dalam Coaltrans Asia 2024, Nusa Dua, Bali. (Dok APBI/ICMA)

Nusa Dua, ²©²ÊÍøÕ¾ - Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia atau Indonesian Coal Mining Association (APBI/ICMA) optimistis keberlangsungan bisnis di industri batu bara masih akan tetap terjaga. Sekalipun, industri ini banyak menghadapi tantangan, baik secara nasional maupun global.

Ketua Umum APBI Priyadi menyadari keharusan global untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil didorong oleh tujuan pencapaian target net zero emissions pada tahun 2060 atau lebih cepat. Namun demikian, hal tersebut tidak serta merta langsung menghilangkan peran dari komoditas emas hitam tersebut.

Terlebih, lanjutnya, kontribusi pertambangan batu bara terhadap negara masih sangat besar. Misalnya, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor pertambangan batu bara hingga akhir Juli 2024 tercatat sudah mencapai Rp 83,7 triliun atau 73% dari target tahun ini.

"Meskipun tantangan saat ini signifikan, itu tidak berarti industri pertambangan batu bara akan dihilangkan. Batu bara tetap ada," ungkapnya dalam acara Coaltrans Asia 2024, di Nusa Dua, Bali, Senin (9/9/2024).

Menurut Priyadi, sebagai eksportir batu bara termal terkemuka di dunia dan salah satu dari 5 produsen batu bara terbesar secara global, Indonesia memainkan peran penting. Oleh karena itu, produksi dan ekspor harus diseimbangkan dengan memprioritaskan kebutuhan dalam negeri.

"Perlu bekerja sama untuk memenuhi kewajiban pasar domestik batu bara, namun kami berharap bahwa konsep pasokan batu bara akan meningkatkan operasi penambangan dan dampak potensialnya," kata dia.

Lebih lanjut, pihaknya menyadari permintaan akan energi bersih belakangan ini cukup berkembang pesat. Namun di sisi lain, membahas mengenai prospek dan aspek pendanaan energi bersih sangat lah penting lantaran penyediaan teknologi bersih cukup mahal.

"Investasi yang signifikan diperlukan untuk mendukung perusahaan agar tetap bersemangat dengan inisiatif energi bersih. Energi hijau sebagai komponen visi transisi energi menggarisbawahi pentingnya implementasi komprehensif praktik ini, mencakup tanggung jawab lingkungan sebagai kewajiban yang penting dan tidak dapat dinegosiasikan," ujarnya.


(wia) Next Article Pandu Sjahrir Ungkap Tantangan di Industri Batu Bara RI, Apa Saja?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular