
Siap-Siap Ada Pembangkit Listrik Hijau Skala Jumbo di Era Prabowo

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - PT PLN (Persero) mengungkapkan bahwa bakal ada penambahan kapasitas pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) hingga 30 Giga Watt (GW) dalam beberapa tahun ke depan, sejalan dengan kebijakan transisi energi dari energi berbasis fosil ke energi berbasis energi baru terbarukan. Hal tersebut menyusul dibangunnya infrastruktur berupa jaringan transmisi yang disebut sebagai Green Enabling Transmission Line.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan bahwa permintaan dan konsumsi listrik saat ini cukup banyak berasal dari Pulau Jawa. Sedangkan kebanyakan pasokan listrik berbasis EBT berada dari luar Jawa.
Oleh karena itu, guna memastikan pasokan listrik EBT tersebar secara merata, maka pihaknya berencana untuk membangun Green Enabling Transmission Line.
"Kemudian juga kita bangun Green Enabling Transmission Line, ini akan ada tambahan renewable energy dalam skala besar lebih dari 30 GW tepuk tangan untuk kita semua," ujar Darmawan dalam acara Rakornas REPNAS 2024 di Jakarta, Senin (14/10/2024).
Sebelumnya, PT PLN (Persero) mengungkapkan draf revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) untuk periode 2024-2033 akan lebih hijau. Setidaknya dalam RUPTL tersebut pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) akan mempunyai porsi yang cukup besar.
Direktur Manajemen Risiko PT PLN (Persero) Suroso Isnandar mengatakan bahwa RUPTL 2024-2033 nantinya akan menggantikan RUPTL 2021-2030 yang saat ini masih berlaku. Adapun dalam RUPTL 2021-2030 kapasitas penambahan pembangkit EBT direncanakan sebesar 21 Giga Watt (GW) atau 51,6%.
"Saat ini kami sedang merancang the greenest RUPTL 2024-2033, ini merupakan produk dari Kementerian ESDM dan PLN, kami mengusulkan dan disetujui dan sampai tahun 2060 nanti, 2030 nanti akan tambah 21 GW, akan mencapai 51,6% EBT, apakah ini cukup? masih belum cukup," kata dia dalam acara Green Economic Forum 2024, Rabu (29/5/2024).
Suroso membeberkan PLN sejauh ini telah berhasil membatalkan 13 GW pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang sebelumnya direncanakan dalam RUPTL 2019-2028. PLN juga telah mengganti 1,8 GW PLTU dengan pembangkit EBT yang mempunyai fungsi penopang beban dasar atau base load dan 800 MW PLTU dengan pembangkit gas.
Selain itu, PLN juga telah menerapkan penggunaan biomassa melalui teknologi co-firing untuk menekan emisi dari PLTU batu bara. Setidaknya kebutuhan biomassa untuk tahun ini mencapai 2,2 juta ton dan pada tahun depan sebesar 10 juta ton.
"Pada intinya kami membangun suatu ekosistem yang menuju ramah lingkungan, agresif ini kami punya landasan yang jelas," kata dia.
(ven/wia) Next Article Bos PLN Beberkan Rencana Salurkan Energi Bersih ke Pusat Pasar
