²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Militer Israel Stress Perang di Gaza, Pulang Bunuh Diri

Thea Fathanah Arbar, ²©²ÊÍøÕ¾
30 October 2024 17:10
Sebuah kendaraan lapis baja melaju sementara bangunan-bangunan yang rusak terlihat di latar belakang, di tengah operasi darat yang sedang berlangsung oleh tentara Israel terhadap kelompok Islam Palestina Hamas, di Jalur Gaza, 13 September 2024. (REUTERS/Amir Cohen)
Foto: Tentara Israel (REUTERS/Amir Cohen)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Agresi Israel ke wilayah Gaza, Palestina, justru menimbulkan masalah baru bagi militer Negeri Zionis. Hal ini dikarenakan banyaknya laporan gangguan mental pasca trauma atau PTSD yang dilanda pasukan yang kembali ke rumah dari medan perang.

Di Januari misalnya, media Walla melaporkan bahwa 1.600 tentara Israel (IDF) telah menunjukkan gejala PTSD terkait pertempuran sejak dimulainya perang. Dari jumlah tersebut, 76% kembali bertugas setelah menerima perawatan dari petugas kesehatan mental yang ditugaskan di unit mereka di dekat zona pertempuran.

Beberapa dari mereka bahkan dilaporkan bunuh diri. Salah satunya adalah Eliran Mizrahi.

Mengutip °ä±·±·Ìý±õ²Ô³Ù±ð°ù²Ô²¹³Ù¾±´Ç²Ô²¹±ô, Rabu (30/10/2024), pria empat anak berusia 40 tahun itu berjuang melawan PTSD selama enam bulan setelah kepulangannya. Kini, ia telah meninggal karena bunuh diri tak lama sebelum ia seharusnya ditugaskan kembali.

"Ia berhasil keluar dari Gaza, tetapi Gaza tidak membebaskannya. Dan ia meninggal setelahnya, karena trauma pasca-trauma," kata ibunya, Jenny Mizrahi, kepada laman itu yang juga dikutip Jerusalem Post

IDF belum memberikan angka resmi mengenai jumlah prajurit yang bunuh diri. Tetapi dikatakan bahwa mereka telah bekerja tanpa lelah untuk menangani masalah kesehatan mental para prajuritnya.

"Mereka tidak tahu bagaimana memperlakukan mereka (tentara). Mereka (tentara) mengatakan perang itu sangat berbeda. Mereka melihat hal-hal yang tidak pernah terlihat di Israel," kata Jenny.

"Dia melihat banyak orang meninggal. Mungkin dia bahkan membunuh seseorang. (Namun) kita tidak mengajarkan anak-anak kita untuk melakukan hal-hal seperti ini, Jadi, ketika dia melakukan hal seperti ini, mungkin itu merupakan suatu kejutan baginya," tambahnya.

Selama bertugas di Gaza, Mizrahi mengemudikan bulldozer D-9. Ini adalah kendaraan lapis baja yang dapat menahan peluru dan bahan peledak.

Teman dan rekan pengemudinya, Guy Zaken, bersaksi di hadapan Knesset pada bulan Juni bahwa keduanya diperintahkan untuk 'menabrak teroris' hidup maupun mati dalam jumlah ratusan' pada beberapa kesempatan. Ia mengatakan ia tidak lagi makan daging karena hal ini.

"Ketika Anda melihat banyak daging di luar, dan darah, baik darah kami maupun darah mereka (Hamas), maka itu benar-benar memengaruhi Anda saat Anda makan," katanya mengacu pada mayat.

Selain bunuh diri, sejumlah pasien IDF yang mengalami PTSD juga bersuara terkait bagaimana mereka merasa pemerintah melupakan mereka. Seorang veteran IDF dan korban PTSD, Avichai Levy, mengatakan bahwa ia telah mengalami persoalan finansial yang berat setelah perang.

"Situasi keuangan saya sedang kacau, saya terlilit utang jutaan shekel. Saya tidak bisa mendapatkan pinjaman, dan sebentar lagi, saya mungkin akan berakhir di jalanan," ungkapnya.

"Teman-teman saya berhadapan dengan serangan roket dan tembakan. Para menteri mengabaikan kami; semua orang berpaling dan menghina intelijen kami," tegasnya.

Sementara itu, laporan dari Walla menyebut bahwa penyintas takut akan direkrut lagi dengan meluasnya perang ke Lebanon. Ada sekitar 760 permintaan bantuan psikologis sejak dimulainya perang, meskipun tidak semuanya terkait PTSD.

"Banyak dari kami sangat takut direkrut lagi untuk berperang di Lebanon," kata seorang petugas medis IDF yang bertugas selama empat bulan di Gaza yang berbicara dengan syarat anonim.

"Banyak dari kami tidak mempercayai pemerintah saat ini. Berapa banyak lagi orang seperti Eliran yang kalian butuhkan? Mengapa kalian berbohong kepada kami? Tidak ada yang peduli kepada kami sebelumnya, dan tidak ada yang melakukannya sekarang," timpal Levy.

Disclaimer: Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.


(sef/sef) Next Article Terungkap! Angka Militer Israel yang Tewas Naik Drastis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular