²©²ÊÍøÕ¾

PPN 12% Hajar Ritel Modern, 2 Produk Ini Bakal Paling Menderita

Ferry Sandi, ²©²ÊÍøÕ¾
20 November 2024 13:40
Suasana pusat penjualan elektronik Harco Mangga Dua di Jakarta, Kamis (25/4/2024). Harco Mangga Dua yang terkenal sebagai tempat pusat jual-beli elektronik terbesar di Jakarta kini kembali ramai setelah semapat sepi akibat pandemi Covid-19. (²©²ÊÍøÕ¾/Faisal Rahman)
Foto: Suasana pusat penjualan elektronik Harco Mangga Dua di Jakarta, Kamis (25/4/2024). Harco Mangga Dua yang terkenal sebagai tempat pusat jual-beli elektronik terbesar di Jakarta kini kembali ramai setelah semapat sepi akibat pandemi Covid-19. (²©²ÊÍøÕ¾/Faisal Rahman)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% pada tahun 2025 membuat industri ritel modern tertekan. Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja menyebut subsektor yang bakal terkena tekanan lebih besar bukan pada kuliner atau makanan dan minuman, melainkan fashion hingga elektronik.

"Saya kira fashion, elektronik, yang non-makanan saya kira akan terdampak lebih berat, karena kenapa? Kalau sektor makanan, minuman itu bisa banyak strategi. Bisa banyak melakukan inovasi-inovasi. Misalkan kemasannya diperkecil, kalau makanan, porsinya dibuat lebih kecil, dan sebagainya. Kemudian bumbu-bumbu makanannya, ataupun bahan-makanannya mungkin bisa dicari substitusi yang harganya tidak tinggi," katanya kepada ²©²ÊÍøÕ¾ dikutip Rabu (20/11/2024).

"Tetapi kalau produk-produk yang lain itu yang menurut saya lebih sulit. Bagaimana caranya mengurangi ukuran baju atau material baju? Saya kira susah. Jadi relatif yang non-makanan dan minuman itu akan lebih terdampak saya kira akibat rencana ini," lanjutnya.

Apalagi subsektor kategori makanan dan minuman (mamin) akan lebih banyak strategi dan untuk mengatasi masalah-masalah ini.

"Ada beberapa juga teman-teman pelaku usaha yang melakukan misalkan dengan melakukan packaging-nya itu dibuat lebih kecil begitu, kemasannya dibuat lebih kecil agar supaya bisa lebih terjangkau oleh masyarakat," sebut Alphonzus.

Hal itu yang dilakukan oleh pelaku usaha selama menghadapi situasi pelemahan daya beli masyarakat di kelas menengah bawah. Tapi tidak bisa dilakukan terus-menerus hal seperti ini, termasuk banyak kegiatan promo-promo belanja diskon-diskon.

"Tetapi kan tidak bisa terus-menerus hal ini dilakukan jadi saya kira biar bagaimanapun tetap harus ada solusi yang permanen, solusi yang menyeluruh, kondisi ini bersifat hanya sementara saja saya kira tetap harus solusi yang betul-betul komprehensif demikian," ujar Alphonzus.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indoensia, Alphonzus Widjaja dalam program ²©²ÊÍøÕ¾ Profit. (²©²ÊÍøÕ¾ TV)Foto: Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indoensia, Alphonzus Widjaja dalam program ²©²ÊÍøÕ¾ Profit. (²©²ÊÍøÕ¾ TV)
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indoensia, Alphonzus Widjaja dalam program ²©²ÊÍøÕ¾ Profit. (²©²ÊÍøÕ¾ TV)


(dce/dce) Next Article Bos Pengusaha Mal Beri Kabar Buruk, Orang RI Pilih Beli Barang Murah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular