²©²ÊÍøÕ¾

MINDialogue

Gegara PPN! Produk Nikel Cs Jadi Mahal Jika Dijual ke Dalam Negeri

Elga Nurmutia, ²©²ÊÍøÕ¾
Jumat, 10/01/2025 13:40 WIB
Foto: Ketua Komisi XII DPR RI, Bambang Patijaya saat memberi pemaparan dalam dalam diskusi panel MINDialogue "Hilirisasi dan Industrialisasi Strategi Kunci Menuju Indonesia Emas 2045" di Soehanna Hall, SCBC, Jakarta, Kamis (9/1/2025). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Ketua Komisi XII DPR, Bambang Patijaya buka-bukaan perihal alasan pelaku usaha di sektor hilirisasi pertambangan lebih memilih ekspor ketimbang memasok produknya untuk industri di dalam negeri. Salah satunya karena pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang begitu besar.

Bambang mengatakan, produk-produk intermediate hasil hilirisasi pertambangan seperti produk timah yang diolah menjadi ingot, lalu nikel menjadi feronikel, harganya jauh lebih mahal jika dijual ke dalam negeri.

"Ketika dia akan diproses lanjutan kepada industri downstream lainnya, maka PPN 11% itu akan menyebabkan barangnya lebih mahal, dibandingkan jika barang tersebut langsung diekspor kepada negara-negara kawasan ASEAN," ungkap dia dalam acara Mindialogue, dikutip Jumat (10/1/2025).


Dia melanjutkan, karena 98% produk-produk yang ada di ASEAN ini kebanyakan sudah tidak ada biaya masuk lagi. Alhasil, traffic perdagangan di antara negara di kawasan ASEAN terhadap produk-produknya itu sudah hampir tidak ada.

"Sehingga, barang ini menyebabkan lebih baik orang melakukan investasi itu dilakukan di negara-negara ASEAN, mungkin salah satunya saat ini adalah Vietnam. Lalu kemudian dibangunlah di sana, lalu kirim lagi ke Indonesia sebagai pasar dan akan resolusi PPN tersebut," imbuh dia.

Untuk itu, ia menyarankan agar para pemangku kebijakan mengevaluasi apa yang membuat Indonesia menjadi kurang kompetitif di mata investor.

"Saya pikir kita perlu berbesar hati untuk kembali melakukan evaluasi terhadap beberapa kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang malah justru sebetulnya menghambat dan mengurangi competitive advantage kita di dalam bagaimana memancing investasi untuk mendukung adanya hilirisasi dan industrialisasi," tandasnya.


(pgr/pgr)