²©²ÊÍøÕ¾

Pengusaha Tekstil Ungkap Aksi Preman Ormas: Memalak Truk Pabrik-Demo

Martyasari Rizky, ²©²ÊÍøÕ¾
06 March 2025 19:20
Efek berantai dari wabah virus corona di China sudah terasa dalam hal perdagangan khususnya rantai pasok bahan baku tekstil dan produk tekstil ke Indonesia. Produsen pakaian di dalam negeri yang selama ini bergantung dari kain dan pewarna dari China mulai kena dampaknya.

Wakil Ketua Kadin Indonesia Bidang Perdagangan Benny Soetrisno yang juga pemilik pabrik pakaian dan tekstil, mengatakan baru-baru ini dampak virus corona sudah terasa terhadap pasokan barang. Saat ini proses produksi barang masih memakai stok yang lama, tapi untuk bahan baku bulan depan sudah mengkhawatirkan.  

Ada sebagian belum bisa berangkat dari China, produksi belum Stop. Karena bahan baku yang belum bisa berangkat untuk produksi bulan April.
Jenis barang Kain dan zat Pewarna,
Foto: Penjualan Busana (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Para pelaku usaha di Indonesia meminta pemerintah mengambil langkah tegas dengan menertibkan organisasi masyarakat (ormas) yang kerap mengganggu dunia usaha, tak terkecuali industri tekstil. Pasalnya, industri tekstil tanah air kini sudah dihadapi oleh ancaman derasnya barang impor dan menurunnya daya saing.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Farhan Aqil menyebut beberapa tindakan ormas ini sudah sangat meresahkan dan berpotensi merugikan industri. Sebab, kerap kali mengganggu operasional perusahaan.

Farhan mengungkapkan, aksi ormas ini sering kali berbentuk demonstrasi di depan pabrik atau permintaan audiensi yang mengganggu kelancaran produksi.

"Kebebasan berkumpul dan mengeluarkan pendapat memang lumrah di Indonesia. Namun, terkadang tindakan ormas ini sedikit meresahkan dunia industri. Mereka melakukan demonstrasi di depan pabrik atau minta audiensi. Hal ini bisa mengganggu kegiatan produksi yang harus jalan 24 jam," kata Farhan kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Kamis (6/3/2025).

Tak hanya itu, beberapa kelompok ormas di daerah tertentu bahkan melakukan pemalakan terhadap angkutan barang industri. "Di Jawa Barat saja, satu truk angkutan kadang dimintai uang keamanan. Atau mereka sengaja merusak jalan dan meminta uang," tambahnya.

Preman Tarik Pungli dari Pencari Kerja

Selain gangguan terhadap operasional, isu lain yang sering muncul adalah dugaan pungutan liar (pungli) dalam proses rekrutmen tenaga kerja. Namun, Farhan membantah adanya praktik semacam itu di industri tekstil.

"Terkait rekrutmen, setahu kami industri tekstil tidak ada pungli. Karena memang dari pabriknya butuh tenaga kerja terampil. Justru pabrik akan rugi kalau tidak dapat tenaga kerja terampil hasil pungli," jelasnya.

Ia pun mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak mudah percaya dengan pihak-pihak yang mengaku bisa meloloskan seseorang ke dalam sebuah perusahaan dengan membayar sejumlah uang.

"Kalau ada ormas yang minta uang dengan jaminan pasti masuk kerja, itu sebuah kebohongan. Masyarakat harus paham bahwa proses seleksi masuk kerja itu melalui seleksi yang ketat," tegas dia.

Para pengusaha tekstil mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah tegas dalam menertibkan ormas-ormas yang kerap merugikan dunia usaha. Keberadaan mereka yang semakin mengganggu jalannya bisnis dikhawatirkan akan semakin memperburuk kondisi industri yang sudah berada di bawah tekanan akibat banjirnya barang impor.


(dce) Next Article Pengusaha Teriak Dipalak Ormas, Bos Buruh: Jangan Ribut, Lapor Polisi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular