
Inflasi Singapura Turun Jadi 0,9%, Terendah dalam 4 Tahun Terakhir

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Singapura mencatat inflasi sebesar 0,9% secara tahunan pada Februari 2025, menandai laju pertumbuhan paling lambat dalam 4 tahun terakhir, menurut laporan Departemen Statistik yang dirilis pada Senin (24/3/2025).
Angka tersebut sesuai dengan perkiraan para ekonom yang disurvei oleh Reuters dan lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan Januari yang mencapai 1,2%.
Inflasi inti, yang tidak memasukkan harga akomodasi dan transportasi pribadi, juga turun menjadi 0,6% pada Februari. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan 0,8% pada Januari dan prediksi 0,7% dalam survei Reuters.
Adapun penurunan inflasi di Singapura telah menjadi tren dalam beberapa bulan terakhir, yang mendorong Otoritas Moneter Singapura (MAS) untuk melonggarkan kebijakan moneternya pada Januari 2025. Ini adalah pelonggaran pertama sejak 2020, dengan alasan perlambatan inflasi yang lebih cepat dari perkiraan serta kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
MAS memproyeksikan inflasi utama akan berkisar antara 1,5% hingga 2,5% pada 2025, lebih rendah dari 2,4% yang diproyeksikan untuk 2024.
Selain itu, perkiraan inflasi inti juga diturunkan pada Januari menjadi rata-rata 1% hingga 2% pada 2025, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 1,5% hingga 2,5% dalam rilis kebijakan moneter Oktober 2024.
Pertumbuhan ekonomi Singapura juga diperkirakan akan melambat. Produk Domestik Bruto (PDB) diproyeksikan tumbuh sebesar 1% hingga 3% sepanjang 2025, lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan 4,4% yang tercatat pada 2024.
Pelonggaran kebijakan moneter oleh MAS dilakukan sebagai langkah antisipatif terhadap kemungkinan perlambatan ekonomi lebih lanjut. Para analis mengamati bahwa tren inflasi yang menurun dapat memberikan ruang bagi otoritas moneter untuk lebih fokus pada kebijakan pertumbuhan ekonomi guna menjaga stabilitas keuangan negara.
(luc/luc) Next Article Top! Ekonomi Singapura Tumbuh 4%, Lampaui Ekspektasi
