²©²ÊÍøÕ¾

Bersihkan Bali Dari Turis Asing Bandel

Arista Atmadjati, ²©²ÊÍøÕ¾
24 March 2023 11:55
Arista Atmadjati
Arista Atmadjati
Arista Atmadjati merupakan Dosen Manajemen Transportasi Udara, Universitas International University Liason Indonesia (IULI), BSD, Banten. Ia juga menjabat sebagai Chairman Aviation School AIAC dan dikenal sebagai pengamat penerbangan... Selengkapnya
Rental motorcycles parked in Kuta, Bali, Indonesia, on Wednesday, March 15, 2023. Foreign tourists in Bali wont be allowed to use motorcycles to get around the island after a string of accidents led to injuries and even deaths. Photographer: Nyimas Laula/Bloomberg via Getty Images
Foto: Bloomberg via Getty Images/Bloomberg

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi ²©²ÊÍøÕ¾Indonesia.com

Beberapa waktu lalu, pariwisata Bali dan Indonesia mencatat rekor yang patut kita banggakan.

Pertama, lembaga riset kredibel money.co.uk dari Inggris Raya menobatkan negara Indonesia sebagai tujuan wisata terindah di dunia. Sebelumnya, CNN dari Amerika Serikat (AS), menobatkan rendang sebagai makanan terlezat di dunia.

Tak lama berselang, content creatior terkemuka, Nash Daily, meng-endorse tempe yang disebut begitu nikmat dan banyak khasiat bagi vegetarian. Saya tentu berharap makin banyak masyarakat dunia yang vegetarian akan mencoba makanan khas Indonesia tersebut.

Tahukah Anda kalau di Kyoto, Jepang, sudah ada puluhan pabrik tempe yang produk-produknya jamak ditemukan di mall. Pun di AS di mana ada warga negara setempat yang sukses memproduksi tempe dan dijual di sejumlah super market.

Vloger backpacker kelas dunia pun turut mempopulerkan kekayaan Indonesia melalui media sosial secara mandiri. Banyak yang memuja keadaan masyarakat Indonesia dan kulinernya.

Misalnya Davud Akhundzada dari Azerbaijan yang hobi keliling ke desa-desa di Jakarta, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Ia banyak meliput kuliner kelas rakyat menengah bawah semisal minum es kelapa muda di Bali hingga tawar menawar dengan pedagang di Pasar Tanah Abang secara on the spot tanpa design pesanan.

Berdasarkan contoh-contoh di atas, saya punya ide. Harusnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bisa menggandeng pengusaha tempe Kyoto hingga vloger semacam Akhundzada untuk semakin mempopulerkan pariwisata Indonesia.



Ternoda
Beberapa waktu belakangan, dunia pariwisata Bali dan Indonesia, dihebohkan dengan ulah turis asing. Sebut saja mereka yang berasal dari Ukraina dan Rusia.

Beberapa tahun lalu turis asing asal Rumania dan Bulgaria terkenal sebagai pembobol ATM di Bali dan Banyuwangi. Saya sudah merasa mereka memang tidak berniat berwisata ke tanah air.

Belakangan malah muncul kabar para turis yang bermasalah dalam berlalu lintas. Polisi pun mereka tantang!

Saya sebagai rakyat biasa dan 7 tahun pernah menjadi dosen pariwisata di UGM hingga UI sangat terusik. Ini semua terkait kehormatan bangsa.

Saya salut kepada Gubernur Bali I Wayan Koster yang ingin mencabut policy visa on arrival bagi turis dari Ukraina dan Rusia. Saya usul agar ditambah pula turis dari Rumania dan Bulgaria karena mereka identik dengan spesialis pembobol ATM.

Niat mereka dari Ukraina, Rusia, Bulgaria, dan Rumania, memang tidak tulus berwisata, tapi mereka itu ingin berbisnis. Secara tidak langsung mereka merebut rezeki saudara-saudari kita asli Bali.

Problem mendasar bisnis mereka sudah merangsek sama dengan orang Bali, misalnya rental sepeda motor. Bimbingan mengendarai sepeda motor, sesuatu yang konyol sekali bukan?

Bahkan di antara mereka ada yang punya NIK Bali. Jelas ada persekongkolan di sini dengan aparatur sipil setempat.

Saya pernah tinggal di Bali tahun 1990, tepatnya di kota Denpasar. Sejatinya isu penyelewengan dokumen kependudukan dan jual beli vila, rumah, pabrik, sudah marak.

Bule-bule kaya ingin punya vila dengan menikahi wanita asal Bali. Setelah itu, mereka akan balik nama vila-vila tersebut.

Sejak tahun 1990, sudah ada malapraktek dokumen dan notaris tentunya. Herannya kok semua percaya dengan pasangan campuran itu.

Tinjau ulang VOA
Indonesia sebenarnya sudah punya UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Sekarang tinggal apakah regulator mau meninjau ulang atau menerapkan UU itu atau sekadar pajangan semata.

Sebagai negara besar dengan potensi pariwisata yang masif, kita tidak usah takut dengan melarang VOA bagi turis dari Ukraina hingga Bulgaria. Hal serupa juga berlaku untuk Jakarta di mana banyak turis dari Nigeria yang nyambi jadi bandar narkoba.

Kita pernah punya polisi pariwisata yang keren. Tapi saya orang Yogyakarta jarang melihat polisi pariwisata lagi.

Saya mengambil contoh Kota Yogyakarta sebagai kota turisme setelah Bali karena Yogya punya keraton. Kita harus respek menjaga nilai agung kesultanan.

Justru menurut saya di Yogyakarta, bule-bule sopan. Idealnya Pemda Bali bisa benchmark dengan Pemda DIY.

Semoga kita tahun tahun depan bisa lebih selektif memilih wisman. Tinjau ulang saja beberapa policy VOA.

Semoga target wisman masuk menjadi kenyataan dan pariwisata kita menjadi lebih baik. Semoga...


(miq/miq)