²©²ÊÍøÕ¾

Kekhawatiran Kesehatan Mental Gen Z & Solusi Berupa Digital Journaling

Izzatul Hafeez, ²©²ÊÍøÕ¾
24 March 2025 10:10
Izzatul Hafeez
Izzatul Hafeez
Izzatul Hafeez merupakan Product Manager Muslim Pro. Ia memiliki semangat untuk menciptakan perangkat digital yang dapat menunjang kehidupan pengguna Muslim Pro agar lebih mudah, memiliki tujuan, dan bermakna. Dalam peran utamanya di Muslim Pro, Izzatul b.. Selengkapnya
Flexing di Medsos, Sasaran Empuk Penipu Online Kuras Rekening
Foto: Ilustrasi Gen Z. (Ilham Restu/²©²ÊÍøÕ¾)

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi ²©²ÊÍøÕ¾Indonesia.com

Tuntutan hidup di era modern semakin banyak. Menyeimbangkan tanggung jawab akademik atau profesional, memenuhi ekspektasi budaya yang ada di masyarakat, dan menghadapi besarnya pengaruh media sosial dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental.

Bagi Gen Z - mereka yang lahir antara tahun 1997 dan 2012 - mengadopsi strategi untuk menghadapi tekanan hidup yang sesuai dengan nilai-nilai mereka menjadi sangat penting. Bagi Muslim Indonesia, melakukan kegiatan yang menjadi pelampiasan yang sehat, seperti journaling, yang sekaligus selaras dengan nilai-nilai Islam dapat memberikan manfaat besar. Aktivitas semacam ini dapat meningkatkan kesehatan mental secara keseluruhan dan menciptakan gaya hidup yang seimbang.



Kekhawatiran Kesehatan Mental di Kalangan Gen Z
Semua orang mengalami stres, tanpa memandang usia. Namun, penelitian menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental sangat umum di kalangan Gen Z.

Sebuah laporan dari IDN Times mengungkapkan bahwa kesehatan mental dan kesejahteraan (well-being) menjadi perhatian terbesar kedua generasi ini, dengan 51% menyadari pentingnya hal tersebut. Mengingat Gen Z merupakan kelompok demografis terbesar di Indonesia, yakni mencakup 27,94% dari total populasi, jelas bahwa kesehatan mental menjadi isu mendesak bagi banyak orang Indonesia.

Tantangan yang dihadapi generasi ini semakin kompleks. Kelompok individu tertua dari Gen Z kini sedang melewati tahap penting dalam hidupnya, seperti memulai karier, mengelola keuangan, dan mengeksplorasi identitas diri.

Pengaruh dari media sosial semakin memperburuk situasi ini, dengan platform seperti Instagram dan TikTok sering kali menciptakan budaya membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan standar yang tidak realistis.

Di Indonesia, tekanan budaya terkait kesuksesan, harapan keluarga, dan norma masyarakat sering kali menjadi penyebab masalah kesehatan mental yang dialami kaum muda. Selain itu, banyak dari mereka yang merasa sulit untuk mencari bantuan atau membahas masalah ini secara terbuka.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 oleh Kementerian Kesehatan juga menunjukkan 6,1% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas pernah didiagnosis mengalami depresi. Namun, menurut laporan IDN Times, hanya 9% dari mereka yang didiagnosis depresi mendapatkan pengobatan secara rutin.

Kurangnya kesadaran tentang kesehatan mental, terbatasnya akses ke layanan kesehatan mental, serta stigma yang melekat pada masalah kesehatan mental adalah beberapa alasan utama yang menghambat mereka untuk mencari bantuan.

Digital Journaling Membantu Penyelarasan Spiritual dan Kesehatan Mental
Agama dan spiritualitas adalah bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut studi Pew Research 2019, sekitar 98 persen orang Indonesia percaya bahwa agama, Tuhan, dan doa adalah bagian penting dalam hidup mereka. Fondasi spiritual ini bisa menjadi dukungan yang kuat untuk kesehatan mental, tetapi juga bisa menjadi tantangan jika disalahartikan atau diterapkan secara tidak tepat.

Islam mengajarkan bahwa setiap penyakit, baik fisik maupun mental, memiliki potensi untuk disembuhkan. Bagi sebagian orang, kesembuhan ini dapat datang melalui hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan, komunitas, dan keluarga.

Selain itu, Islam mendorong upaya proaktif dalam menghadapi kesulitan, seperti mencari bantuan dari profesional, misalnya dengan mengunjungi terapis atau konselor untuk mendapatkan panduan dari ahli. Selain itu, membentuk kebiasaan sehat, seperti journaling, dapat menjadi alat yang ampuh untuk refleksi diri dan penyembuhan emosional.

Digital Journaling kini menjadi alat populer untuk meningkatkan kesejahteraan mental, terutama di kalangan Gen Z yang merupakan generasi digital. Dengan menggunakan aplikasi journaling, pengguna dapat mencatat emosi, menetapkan tujuan pribadi, dan merefleksikan perjalanan kesehatan mental mereka.

Journaling menawarkan banyak manfaat, termasuk menyediakan ruang aman bagi individu untuk mengekspresikan perasaan tanpa takut dihakimi. Aplikasi mobile yang mudah diakses dan praktis juga membantu pengguna mempertahankan konsistensi dalam kebiasaan journaling mereka.

Bagi Muslim, journaling secara digital tidak hanya menjadi sarana ekspresi emosional. Aplikasi yang dirancang dengan baik dapat mencakup fitur-fitur yang selaras dengan nilai-nilai Islam, seperti memberikan saran dari Al-Qur'an dan Sunnah.

Aplikasi ini juga dapat menyediakan pengingat untuk shalat, puasa, dan ibadah lainnya, yang membantu pengguna merefleksikan pertumbuhan spiritual mereka. Selain itu, adanya pusat pengetahuan dalam aplikasi dapat membantu pengguna menemukan jawaban atas pertanyaan berdasarkan ajaran Islam, yang mana sangat berharga terutama di masa-masa sulit.

Selain meningkatkan kesejahteraan mental, Muslim juga perlu menahan diri untuk tidak menghakimi mereka yang menghadapi kesulitan kesehatan mental. Sayangnya, beberapa orang menggunakan agama untuk menstigmatisasi masalah kesehatan mental, dengan menyatakan kondisi seperti depresi atau kecemasan disebabkan oleh kurangnya iman. Perspektif ini tidak hanya mengabaikan kompleksitas kesehatan mental tetapi juga menghalangi individu mencari bantuan.

Islam, sebaliknya, mengajarkan pandangan yang lebih penuh kasih dan mendalam. Allah SWT telah menjanjikan bahwa setiap orang akan menghadapi tantangannya masing-masing, dan perjuangan kesehatan mental adalah salah satunya. Sama seperti kita mungkin diuji dengan berbagai bentuk kesulitan, ujian kita dapat muncul dalam bentuk kesombongan atau merasa lebih baik daripada orang lain.

Oleh karena itu, memiliki komunitas yang aman dan mendukung dalam aplikasi journaling juga dapat mendorong dan membantu pengguna tetap teguh saat menghadapi perjalanan kesehatan mental mereka. Dengan menggabungkan refleksi pribadi dan panduan spiritual, digital journaling menjadi alat yang komprehensif untuk pengembangan diri, memungkinkan pengguna memantau kesehatan mental mereka dan memperdalam hubungan dengan keimanan mereka.

Meskipun manfaatnya jelas, pengguna harus tetap waspada terhadap keamanan dan privasi data mereka. Konten dalam jurnal digital sering kali bersifat pribadi atau sensitif, sehingga sangat penting untuk memilih aplikasi dengan enkripsi yang kuat untuk memastikan ekspresi pikiran dan perasaan Anda pada jurnal tetap aman.

Dengan menggunakan aplikasi yang dirancang dengan baik, Gen Z dapat memanfaatkan kekuatan digital journaling sambil memastikan privasi dan kebahagiaan serta kesehatan mental mereka tetap terjaga.


(miq/miq)

Tags
Recommendation