
Cadev Melesat Dekati Rekor, BI Sukses Tarik Dolar Eksportir?

- Cadangan devisa Indonesia naik 5 bulan beruntun, dan mendekati rekor tertinggi sepanjang masa.Â
- Kenaikan cadangan devisa lebih dipengaruhi penarikan pinjaman pemerintah.Â
- Operasi moneter TD Valas DHE yang dirilis BI pada awal Maret mulai menarik minat eksportir untuk menempatkan dolar-nya di dalam negeri, tetapi belum memberikan dampak yang signifikan ke cadangan devisa.
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Cadangan devisa (Cadev) Indonesia mencatat kenaikan empat bulan beruntun pada pada Maret 2023. Kenaikan pada bulan lalu bahkan cukup besar hingga mencapai posisi tertinggi sejak Desember 2021.
Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa per akhir Maret 2023 adalah sebesar US$ 145,2 miliar, naik US$ 4,9 miliar dari Februari. Dalam lima bulan, Cadev sudah melesat US$ 15 miliar, dan mendekati rekor tertinggi sepanjang masa US$ 146,9 miliar.
Namun, sekali lagi kenaikan tersebut belum ditopang devisa hasil ekspor yang sebenarnya sangat besar. Kenaikan masih ditopang penarikan pinjaman pemerintah.
"Peningkatan posisi cadangan devisa pada Maret 2023 antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah," tulis BI dalam keterangan resminya, Senin (10/4/2023).
Seperti diketahui Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bakal menarik utang baru hingga Rp 696,4 triliun di tahun ini.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu Suminto sebelumnya menjelaskan sumber pembiayaan utang tadi bakal berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 90% - 95% dan pinjaman sekitar 5% -10%.
Artinya, pinjaman pemerintah di tahun ini akan berkisar Rp 34,8 triliun - Rp 69,6 triliun.
Di sisi lain, kebutuhan akan intervensi nilai tukar rupiah juga minim yang membuat cadangan devisa bisa terjaga. Sepanjang Maret, rupiah tercatat menguat 1,7% melawan dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan tersebut bahkan masih berlanjut di awal April ini.
Minimnya kebutuhan intervensi juga terlihat dari inflow di pasar obligasi. Dua pekan pertama Maret, sebenarnya investor asing banyak melepas Surat Berharga Negara (SBN), hingga terjadi capital outflow hingga lebih dari Rp 8 triliun. Rupiah pun melemah.
Tetapi setelahnya arah angin berbalik, terutama sejak Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat kolaps. Aliran modal kembali masuk ke dalam negeri, pasar obligasi berbalik mengalami capital inflow hingga Rp 14,2 triliun di akhir Maret.
Penarikan pinjaman plus minimnya intervensi membuat cadangan devisa melonjak pada Maret. Sementara untuk operasi moneter Term Deposit Valuta Asing Devisa Hasil Ekspor (TD Valas DHE) yang dikeluarkan BI sejak 1 Maret lalu masih belum memberikan dampak yang signifikan.
TD Valas DHE bertujuan bisa menarik valuta asing milik eksportir yang ditempatkan di luar negeri. Maklum saja, devisa hasil ekspor yang nilainya jumbo jika dilihat dari neraca perdagangan yang sudah mencatat surplus 34 bulan beruntun.
Total nilai surplus selama periode tersebut mencapai US$ 116,6 miliar, berdasarkan data Refinitiv.
Saat neraca perdagangan terus mengalami surplus, cadangan devisa Indonesia justru sempat mengalami tren penurunan, sebelum kembali menanjak sejak Oktober 2022.
Lelang term deposit valas yang dilakukan BI pada Selasa (5/4/2023) mampu menyerap US$ 56,5 juta. Itu dikatakan menjadi yang tertinggi dalam empat lelang yang dilakukan. Artinya, pada Maret tentunya term deposit valas BI belum berdampak besar ke cadangan devisa.
"Penempatan dolar tertinggi dalam empat lelang. Kemarin, eksportir menempatkan US$26,5 juta dalam bentuk deposit 3 bulan (sebelumnya, hampir semua penawaran menggunakan fasilitas 1 bulan," papar tulisan Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro dan tim, Rabu (5/4/2023).
Menurut Satria, BI terus menaikkan suku bunga fasilitas DHE untuk menarik eksportir, dengan fasilitas 1 bulan dan 3 bulan sekarang menghasilkan masing-masing 4,87% dan 5,09%, dibandingkan dengan 4,64% dan 4,92% saat pertama kali diperkenalkan.
²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA RESEARCH
(pap/pap)
