²©²ÊÍøÕ¾

Polusi Udara Belum Membaik, Saham Ini Malah Ketiban Berkah

Chandra Dwi, ²©²ÊÍøÕ¾
02 September 2023 16:15
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Polusi udara jadi perhatian sejak beberapa pekan terakhir. Namun hingga hari ini, belum ada tanda-tanda perbaikan kualitas udara di beberapa kota besar di Indonesia.

Polusi udara yang memburuk membuat masyarakat kembali dihadapkan oleh masalah kesehatan, setelah mereka terbebas dari pandemi Covid-19 yang menjangkiti Indonesia selama kurang lebih tiga tahun.

Akibatnya, banyak masyarakat yang kembali mengakses pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, klinik, maupun rumah sakit akibat terpapar polusi udara. Tak hanya itu, masyarakat yang sebelumnya sempat terbebas dari pemakaian masker, mau tidak mau kembali mengenakannya agar dapat mengurangi dampak paparan polusi.

Dari kasus memburuknya polusi udara, tak sedikit emiten di sektor kesehatan yang kembali mendapat 'durian runtuh' akibat polusi udara. Sebagian besar, emiten sektor kesehatan yang mendapat 'cuan' dari polusi udara merupakan emiten rumah sakit.

Berikut saham-saham yang mendapat 'durian runtuh' akibat polusi udara.

Dari data di atas, secara mayoritas merupakan emiten rumah sakit. Saham PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK), emiten pengelola Rumah Sakit Grha Kedoya menjadi saham rumah sakit yang penguatannya paling besar pada perdagangan Jumat kemarin, yakni melonjak 4,76% ke posisi Rp 1.320/saham.

Namun dalam sepekan terakhir, saham RSGK hanya mampu menguat 0,76%. Bahkan dalam sebulan terakhir, saham RSGK justru ambles 6,71%.

Sedangkan selain emiten rumah sakit, hanya beberapa yang mencatatkan kinerja positif pada perdagangan kemarin. Tetapi, secara mingguan maupun bulanan, kinerjan sahamnya patut diapresiasi.

Saham emiten produsen masker yakni PT Jayamas Medica Industri Tbk (OMED) pada perdagangan kemarin ditutup melonjak 6,15% ke posisi Rp 190/saham. Bahkan dalam sepekan terakhir, saham OMED sudah melejit 18,01%. Sedangkan dalam sebulan terakhir juga sudah terbang 8,57%.

Emiten rumah sakit mendominasi saham 'cuan' di kala polusi udara belum dapat dikatakan membaik. Hal ini karena sudah banyak masyarakat yang terpapar polusi, mengalami masalah kesehatan, mulai dari yang ringan hingga gejala berat seperti infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA. Bahkan, jumlah pasien ISPA meningkat tajam.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin pun buka suara. Menurutnya, pasien ISPA sebelum Covid-19, mencapai 50.000 pasien. Per akhir Agustus lalu, jumlahnya naik hingga 200.000 pasien.

Bahkan pada hari ini saja, kualitas udara di beberapa kota besar, terutama di Jakarta masih berada di status tidak sehat. Berdasarkan data IQAir pada pagi hari ini Sabtu (2/9/2023) pukul 06.19 WIB, kualitas udara Jakarta mencapai AQI US 169 dan polutan utama PM2.5. Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 18,2 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO.

Angka ini lebih tinggi dibandingkan AQI US hari sebelumnya dimana AQI US berada di angka 153.

Kota Jakarta masih menempati urutan teratas dalam daftar kota utama dunia dengan kualitas udara terburuk.

Dalam rangking kota AQI langsung dari beberapa kota di Indonesia, hari ini pukul 06.10 WIB, lagi-lagi kota Karawang, Jawa Barat masuk dalam rangking pertama dari 10 rangking kota paling berpolusi di Indonesia.

Provinsi Jawa Barat (Jabar) mendominasi daftar dengan menempatkan tiga kota, termasuk Karawang, Depok, dan Pasar Kemis.

Kota-kota di luar Jawa juga sudah mulai masuk ke daftar seperti Terenteng (Kalimantan Barat) dan Palembang (Sumatera Selatan).

Berikut rangking kota paling berpolusi di Indonesia.

Di lain sisi, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan penanganan polusi di Jakarta salah satunya penutupan PLTU yang menggunakan batubara di sektor industri. Sebagai gantinya PT PLN (Persero) akan mengaliri listriknya dengan harga yang lebih murah.

Luhut ditunjuk sebagai pejabat yang memimpin penanganan polusi udara Jakarta.

"Kemudian industri sekarang diidentifikasi dan punya pakai listrik batu bara kita identifikasi dan bisa kita tutup. dan diganti dengan PLN. dia masih ada excesses (kelebihan) 4 Giga Watt, excess capacity," kata Luhut di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (1/9/2023).

Luhut menjelaskan blak-blakan masalah polusi udara tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Karena dibutuhkan kerja yang terintegrasi antara banyak pihak.

"Kami semua kerjakan sekarang begitu terintegrasi dan imbauan kita tak perlu saling salah-salahkan, karena ini nggak akan selesai dalam sebulan dua bulan. It takes 3 months atau bahkan 1 tahun baru bisa diselesaikan," kata Luhut di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (1/9/2023).

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation