²©²ÊÍøÕ¾

²©²ÊÍøÕ¾ Research

Mobil Listrik Tak Laku, Ternyata Orang RI Maunya Ini

Aulia Mutiara Hatia Putri, ²©²ÊÍøÕ¾
02 June 2023 18:00
Pekerja menyelesaikan dekorasi pameran kendaraan listrik Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2023 di Jakarta, Selasa (16/5/2023). Pameran ini berlangsung pada 17-21 Mei 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta.
Foto: (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)
  • Kendaraan listrik dipandang sebagai salah satu teknologi untuk dekarbonisasi sektor transportasi
  • Namun, Belakangan isu mobil listrik sepi peminat kian menyeruak tak hanya di Indonesia namun juga di negara tetangga beberapa juga mengalami hal yang sama.
  • Lantas apa yang menyebabkan kendaraan listrik tak laku? Apasih kendalanya sehingga masyarakat masih terkesan enggan membelinya?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kendaraan listrik dipandang sebagai salah satu teknologi untuk dekarbonisasi sektor transportasi. Meski demikian, isu kendaraan listrik sepi peminat kian menyeruak tak hanya di Indonesia namun juga di negara tetangga beberapa juga mengalami hal yang sama.

Di luar negeri sendiri, produk Tesla dilaporkan masih tetap tidak laku di pasaran. Pabrikan mobil listrik milik Elon Musk tersebut padahal sudah sampai beberapa kali mengobral harga jual.

Tesla melakukan pemangkasan harga terjadi di China. Selama berbulan-bulan keputusan itu diambil sebagai langkah strategis untuk membantu Tesla menopang permintaan di tengah meningkatnya persaingan.

Namun setelah melakukannya, pemotongan harga yang terakhir kali tak mendapat respons terbaik dari pembeli. Hal ini dikonfirmasi oleh analis mobil dari Morgan Stanley, Adam Jonas.

Di Indonesia sendiri mengalami hal yang serupa. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) membeberkan alasan di balik permintaan mobil listrik yang masih minim di Indonesia meski sudah ada insentif dari pemerintah lewat bantuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 1% dari 11%.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves mengatakan, setidaknya ada tiga alasan masyarakat masih ogah untuk membeli mobil listrik.

Pertama, karena keterbatasan model yang membuat masyarakat tidak memiliki banyak pilihan model mobil listrik. Kedua, harga mobil listrik yang dijual di Indonesia masih terhitung mahal. Dan yang terakhir, adalah karena infrastruktur yang masih belum lengkap di dalam negeri.

Hal ini sejalan dengan laporan yang dirilis oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) yang mencatatkan mengapa kendaraan listrik di Indonesia masih sepi peminat dibandingkan dengan kendaraan lain. Simak penyebabnya.

Beberapa hambatan di atas harusnya bisa menjadi evaluasi dan masukan bagi pemerintah jika ingin adopsi kendaraan listrik meningkat signifikan.

Sekali lagi, ini adalah target yang ambisius, tetapi harus dipenuhi jika kita ingin melepaskan diri dari bahan bakar fosil. Untuk mencapai hal ini, pemerintah harus mengarahkan upayanya untuk menciptakan lingkungan yang mendukung adopsi kendaraan listrik.

Infrastruktur Masih Belum Lengkap

Stasiun pengisian baterai listrik alias infrastrukturnya masih begitu terbatas. Melansir dari laporan Institute for Essential Services Reform (IESR) melaporkan hal yang sama bahwa Adopsi EV terhambat oleh kurangnya infrastruktur.

IESR melaporkan, adopsi EV memang mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, meski mengalami pertumbuhan yang begitu besar di tahun 2022, tingkat adopsi EV masih jauh dari target NDC Indonesia.

Infrastruktur pengisian daya yang tidak memadai, biaya di muka yang tinggi, dan kemampuan mengemudi, persepsi konsumen dan kurangnya pemahaman tentang EV menjadi persoalan yang mesti diperhatikan pemerintah selain mendorong banyaknya penggunanya.

Ketersediaan infrastruktur pengisian daya memainkan peran penting dalam adopsi EV mengurangi kecemasan jangkauan konsumen karena sebagian besar EV memiliki jarak mengemudi atau berkendara yang lebih rendah dibandingkan ke ICEV.

IESR juga menguak jarak berkendara adalah hambatan utama untuk adopsi EV. Selain itu, durasi pengisian daya yang lama, rendah kinerja, dan jangkauan perjalanan EV yang terbatas juga dianggap sebagai penghalang

Jika kita berkaca pada Norwegia, sebagai salah satu negara yang paling berhasil mengembangkan penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai, peran infrastruktur tempat pengisian baterai ternyata cukup besar dalam mempromosikan penggunaan kendaraan listrik pada masyarakat.

Riset yang menganalisis kemajuan mobil listrik pada periode 2009-2019 di Norwegia menunjukkan penempatan pos pengisian baterai listrik di suatu daerah mampu mendorong tingkat kepemilikan kendaraan listrik hingga lebih dari 200%.

Pertumbuhan ini tercapai dalam kurun waktu 5 tahun setelah pemasangan unit pengisian baterai listrik. Bahkan meski fasilitas pengisian baterai di rumah (home charging) sudah tersedia, keberadaan tempat pengisian baterai tetap dianggap sebagai stimulus peningkatan penggunaan kendaraan listrik.

Maka dari itu, jika Indonesia mau memperbanyak mobil listrik, maka stasiun pengisian baterai listrik harus diperbanyak. Penggunanya juga harus mendapatkan insentif yang menarik.

Melihat data di atas, maka percepatan penyediaan stasiun pengisian baterai listrik juga perlu dilakukan dengan meningkatkan produksi dalam negeri.

Harga Kendaraan Listrik Terbilang Mahal

Untuk mengatasi ini pemerintah memberikan kemudahan dalam bentuk pemberian insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap pembelian kendaraan listrik roda empat dan bus.

Hal itu diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 38 Tahun 2023 tentang Pajak Pertambahan Nilai Atas Penyerahan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Roda Empat Tertentu dan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Bus Tertentu yang Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2023 (PMK PPN DTP Kendaraan Listrik).

Dalam aturan tersebut, insentif yang diberikan mobil listrik diberikan lewat bantuan PPN menjadi 1%. Insentif PPN ini berlaku untuk Tahun Anggaran 2023 mulai pajak April 2023 sampai dengan masa pajak Desember 2023.

"Dalam pelaksanaannya, program ini akan berlangsung secara bertahap dan terukur," ungkap Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam keterangan tertulisnya, Senin (3/4/2023).

Program ini sejalan dengan roadmap percepatan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai dan mengacu pada Peraturan Presiden nomor 55 Tahun 2019, insentif PPN DTP diberikan terhadap mobil listrik dan bus listrik dengan kriteria nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)

Tapi perlu diketahui, bahwa masyarakat di Indonesia ini memiliki kebiasaan 'menimbang-nimbang' sesuatu terlebih kendaraan listrik utamanya mobil ini cukup merogoh kocek yang dalam.

Meskipun sudah di subsidi, namun jika merasa harganya punya perbandingan kedaraan yang lebih murah atau istilahnya 'nambah dikit, dapat yang modelnya disenangi, terpercaya dan mudah bisa dikemudikan untuk perjalanan jauh'.

Maka sebetulnya yang pemerintah lakukan tak cukup hanya memberikan subsidi agar harganya murah saja, namun berkolaborasi bagaimana menciptakan kendaraan listrik yang 'worth it' bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Artinya perlu dipertimbangkan modelnya, mendalami kebutuhan masyarakat seperti apa apalagi masyarakat punya kebiasaan mudik dan bepergian. Karena sejauh ini mobil listrik dikenal dengan keterbatasan jangkauan.

Mitsubishi Xpander berhasil menempati tahtamobil terlaris di Indonesia pada April 2023 dengan penjualan dari pabrik ke dealer (wholesale) sebanyak 3.474 unit. Capaian itu berhasil menggeser Honda Brio yang sempat menjadi mobil terlaris di Tanah Air sepanjang 2022 dan selama tiga bulan berturut-turut awal tahun ini.

Dari data ini sebetulnya kita bisa belajar dan menyimpulkan hal-hal apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Inilah yang perlu didalami lebih lanjut.

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(aum/aum)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation