
Bocoran dari Pejabat AS, Ini Alasan China Dkk Borong Emas

- Bank sentral di berbagai negara terus memborong emas sejak tahun lalu, dan berlanjut hingga tahun ini.
- WGCÂ melaporkan pada kuartal I-2023 pembeliannya mencapai 228 ton, rekor terbesar sepanjang sejarah.Â
- Mantan pejabat AS menyebut langkah tersebut merupakan upaya untuk melakukan diversifikasi dan mengurangi pengaruh pemerintah AS.
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Sejak tahun lalu, bank sentral di berbagai negara sangat agresif memborong emas. World Gold Council (WGC) pada awal Januari lalu melaporkan bank sentral China (PBoC) memborong emas sebanyak 32 ton pada November 2022.
Pembelian emas oleh PBoC adalah yang pertama kali sejak September 2019 atau lebih dari tiga tahun lalu.
Kemudian PBoC sendiri mengumumkan pembelian emas sebesar 30 ton pada Desember 2022. Dengan demikian, dalam dua bulan PBoC memborong 62 ton emas.
Tidak hanya PBoC, bank sentral di berbagai negara juga terus memborong emas. WGC melaporkan jumlah pembelian pada 2022 menjadi yang terbesar dalam 55 tahun terakhir, bahkan masih berlanjut di kuartal I-2023.
Berdasarkan laporan WGC, bank sentral di berbagai negara memborong 228,4 ton emas pada kuartal I-2023. Pembelian tersebut melesat 176% dibandingkan kuartal I tahun lalu, saat perang Rusia-Ukraina baru meletus pada Februari 2022.
Pembelian tersebut juga menjadi rekor terbesar di kuartal I, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"(Pembelian) ini mengesankan, mengingat pada tahun lalu terjadi rekor permintaan," tulis World Gold Council.
Bank sentral Singapura dilaporkan memborong 69 ton emas, disusul China 58 ton, Turki 30 ton, dan India 7 ton.
Philip Dielh mantan direktur Mint AS, salah satu biro di Departemen Keuangan AS, menyebut diversifikasi menjadi alasan bank sentral agresif memborong emas, sebab menurutnya tidak ada yang bisa menjamin nilai dolar AS.
"Kita bicara bank sentral, bank pemerintah. Mereka (bank sentral) melakukan diversifikasi. mereka memiliki banyak aset yang berbeda kebanyakan dalam bentuk dolar AS, dan mereka ingin mendiversifikasi aset mereka karena tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi dengan dolar AS, tidak ada garansi dolar AS bisa mempertahankan nilainya," kata Dielh dalam sebuah diskusi di acara In Conversation, Money Reserve, Selasa (6/6/2023).
Porsi dolar AS di cadangan devisa global pun menurun. Data Currency Composition of Official Foreign Exchange Reserve (COVER) dari IMF, nilai dolar AS dalam cadangan devisa global memang mengalami penurunan drastis.
Pada kuartal IV-2021, nilainya mencapai US$ 7.085,01 miliar, sementara pada kuartal IV-2022 sebesar US$ 6.471,28 miliar.
Secara pangsa, pada 2021 sebesar 58,8%, sedangkan pada 2022 turun menjadi 58,4%. Pangsa tersebut menjadi yang terendah dalam 27 tahun terakhir. Pada awal 200an, pangsa dolar AS di cadangan devisa global masih di atas 70%.
Dielh menambahkan bank sentral juga ingin mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS, sehingga mengurangi pengaruh pemerintah AS dalam membuat kebijakan.
"Emas membuat mereka lebih independen dan memberikan perlindungan di masa sulit," tambahnya.
²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA RESEARCH
(pap/pap)