
Perubahan Iklim Jadi Monster Mengerikan, Dunia Rugi Triliunan

- El Nino diramal bakal menghampiri dunia pada Agustus hingga Oktober 2023 di berbagai wilayah dunia, termasuk Indonesia.
- Kekeringan, penurunan produksi produk hasil usaha tani menjadi suatu hal yang tak bisa dihindari.
- Ini tentu bakal mempengaruhi harga! Sehingga 'momok' inflasi yang kembali melonjak datang menghampiri.
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Organisasi Meteorologi Dunia atau WMO telah mengeluarkan laporan pemantauan terbaru mengenai peluang terjadinya El Nino pada tahun 2023. Tim peneliti memprediksi El Nino yang bakal terjadi dalam kategori kuat sehingga dampaknya bisa lebih besar.
Secara geografis, Indonesia terletak di antara Benua Asia dan Australia serta Samudra Hindia dan Pasifik. Pertukaran massa udara serta interaksi atmosfer dan laut yang terjadi di wilayah tersebut berpengaruh terhadap iklim Indonesia.
Salah satu fenomena global interaksi atmosfer laut yang terjadi di Samudera Pasifik dan menjadi climate driver di Indonesia adalah El Nino Southern Oscillation (ENSO). ENSO terbagi dalam dua kejadian yaitu fase dingin (La Nina) dan fase hangat (El Nino).
La Nina dan El Nino dapat menyebabkan musim kemarau dan musim hujan di Indonesia bersifat lebih basah atau lebih kering.
Maka dari itu, ancaman El Nino tak mengecualikan Indonesia. Kenaikan suhu permukaan laut di bagian timur Samudra Pasifik ini akan berpotensi menurunkan produksi padi dan mengganggu stabilitas harga pangan.
El Nino kali ini muncul ketika osilasi permukaan laut di Samudra Hindia memasuki periode menghangat. Perubahan ini merupakan fase positif dari fenomena yang disebut Dipol Samudra Hindia (IOD).
Dalam situs BMKG, El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah sekitarnya, termasuk seperti di Indonesia.
Menurut BMKG, El Nino memiliki dampak yang beragam dalam lingkup skala global. Beberapa negara di kawasan Amerika Latin seperti Peru, saat terjadi El Nino akan berdampak pada meningkatnya curah hujan di wilayah tersebut. Sedangkan di Indonesia secara umum dampak dari El Nino adalah kondisi kering dan berkurangnya curah hujan.
Mengapa fenomena El Nino yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah hingga timur dapat berdampak terhadap curah hujan di Indonesia?
Hal ini disebabkan karena adanya Sirkulasi Walker yang berputar sejajar dengan garis khatulistiwa. Pada kondisi netral, Sirkulasi Walker di Indonesia berbentuk konvergen (naik), sehingga meningkatkan potensi pertumbuhan awan konvektif pembentuk hujan.
Sedangkan saat terjadi El Nino, Sirkulasi Walker akan bergeser karena melemahnya angin pasat timuran sehingga di wilayah Indonesia Sirkulasi Walker akan berbentuk subsiden (turun) yang menyebabkan potensi pertumbuhan awan konvektif berkurang, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Sebagai informasi, kondisi geografis Indonesia yang luas dan berbentuk kepulauan, maka dampak dari El Nino juga bervariasi antar wilayah di Indonesia.
Indonesia terakhir kali menghadapi El Nino dan IOD secara bersamaan pada 2019. El Nino yang lemah dan IOD yang kuat saat itu bermuara ke jumlah kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang tinggi.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), luas wilayah karhutla pada 2019 mencapai 1,6 juta hektar. Angka ini tiga kali lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
El Nino yang Resmi Dimulai, PBB Peringatkan Siaga Satu
Badan cuaca PBB pada Selasa (4/7/2023) mengumumkan permulaan fenomena iklim dan memperingatkan kembalinya fenomena tersebut membuka jalan bagi kemungkinan lonjakan suhu global dan kondisi cuaca ekstrem.
Organisasi Meteorologi Dunia memperkirakan bahwa ada kemungkinan 90% dari peristiwa El Nino bertahan hingga paruh kedua tahun ini dan diperkirakan "setidaknya dengan kekuatan sedang".
Ini mendesak pemerintah di seluruh dunia untuk menanggapi deklarasinya dengan mengambil langkah segera untuk membantu melindungi kehidupan mahluk hidup dan mata pencaharian.
"Permulaan El Nino akan sangat meningkatkan kemungkinan memecahkan rekor suhu dan memicu panas yang lebih ekstrem di banyak bagian dunia dan di lautan," kata Petteri Taalas, sekretaris jenderal WMO dikutip ²©²ÊÍøÕ¾ International.
"Deklarasi El Nino oleh WMO adalah sinyal bagi pemerintah di seluruh dunia untuk memobilisasi persiapan guna membatasi dampak terhadap kesehatan kita, ekosistem kita, dan ekonomi kita," katanya.
Peringatan dini dan tindakan antisipatif dari peristiwa cuaca ekstrem yang terkait dengan fenomena iklim besar ini sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian.
Pembaruan mengikuti laporan dari National Oceanic and Atmospheric Administration pada awal Juni, yang mengatakan bahwa kondisi El Nino hadir dan diperkirakan secara bertahap menguat hingga musim dingin di Belahan Bumi Utara.
Jangan Anggap Enteng, Siaga Satu Bagi Dunia!
Secara terpisah, laporan WMO pada bulan Mei, yang dipimpin oleh Kantor Met Inggris, memperingatkan ada 66% kemungkinan bahwa rata-rata tahunan suhu global dekat permukaan antara tahun 2023 dan 2027.
Suhu diperkirakan akan secara singkat melampaui 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri untuk setidaknya 1,5 derajat Celcius. setidaknya satu tahun.
Ambang batas 1,5 derajat Celcius adalah batas suhu global aspirasional yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris 2015 yang penting.
Pentingnya diakui secara luas karena apa yang disebut titik kritis menjadi lebih mungkin melampaui tingkat ini. Titik kritis adalah ambang di mana perubahan kecil dapat menyebabkan perubahan dramatis pada seluruh sistem pendukung kehidupan Bumi.
"Ini bukan untuk mengatakan bahwa dalam lima tahun ke depan kita akan melampaui tingkat 1,5°C yang ditentukan dalam Perjanjian Paris karena perjanjian itu mengacu pada pemanasan jangka panjang selama bertahun-tahun," kata Chris Hewitt, direktur layanan iklim WMO dalam sebuah catatan.
"Namun, ini adalah peringatan lain, atau peringatan dini, bahwa kita belum berada di arah yang benar untuk membatasi pemanasan dalam target yang ditetapkan di Paris pada 2015 yang dirancang untuk secara substansial mengurangi dampak perubahan iklim," tambah Hewitt.
Saat dunia semakin panas, jutaan pekerja menghadapi tantangan tekanan panas dan kehilangan produktivitas.
Awas! Proyeksi Kerugian Bisa Mencapai US$ 2.400 Miliar Pada 2070
Eropa sudah dicengkeram gelombang panas mengerikan pada musim panas 2022 lalu, ini memunculkan dampak yang tak 'main-main'.
Misalnya kebakaran hutan, kekeringan, hingga kematian. Dampak ini sebetulnya sudah banyak diketahui orang di seluruh dunia. Cuaca ekstrem dapat menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan.
Kantor Met Inggris memproyeksikan bahwa musim panas di negara Eropa akan lebih hangat antara 1 dan 6 derajat Celcius pada tahun 2070, dan sebanyak 60% lebih kering.
Ia menambahkan bahwa gelombang panas global yang terkait dengan perubahan iklim cenderung meningkat. Baru minggu ini dikatakan bulan lalu adalah Juni terpanas di Inggris dalam catatan.
Gambaran keseluruhannya menantang. Pada Mei 2023, Organisasi Meteorologi Dunia mengatakan "ada kemungkinan 98% bahwa setidaknya satu dari lima tahun ke depan, dan periode lima tahun secara keseluruhan, akan menjadi rekor terpanas."
Sebuah laporan baru-baru ini dari Institution of Mechanical Engineers (IMechE) menggambarkan bagaimana karyawan dapat terpengaruh saat suhu naik.
"Kenyamanan termal sangat penting di tempat kerja dan jika tidak tercapai, moral, produktivitas, kesehatan, dan keselamatan kemungkinan besar akan memburuk," kata analisis tersebut.
Menurut mereka yang terlibat dalam produksi laporan tersebut, lingkungan kerja yang lebih hangat dapat menciptakan beberapa skenario yang sangat menantang.
"Ada banyak hal selain hanya orang-orang yang menjadi lelah dan kelelahan dan tidak dapat fokus pada tugas-tugas industri yang mereka coba lakukan," kata Tim Fox, penulis utamanya, kepada ²©²ÊÍøÕ¾Â International.
Itu termasuk "peningkatan potensi kecelakaan, karena pemikiran kognitif orang tidak setajam biasanya".
Masalah yang berkaitan dengan produktivitas juga berlaku untuk peralatan, fasilitas, dan bangunan. Sehingga, kepanasan pada akhirnya mengakibatkan hilangnya produktivitas ekonomi, hal ini berdampak pada ekonomi nasional dan internasional.
Fox dan rekan penulisnya tidak sendirian dalam menyoroti kesulitan dunia yang lebih panas. Pada tahun 2019, Organisasi Perburuhan Internasional menerbitkan sebuah laporan yang berisi beberapa detail serius.
"Kerugian ekonomi akibat tekanan panas di tempat kerja diperkirakan mencapai US$ 280 miliar pada tahun 1995, kemudian diproyeksikan meningkat menjadi US$2.400 miliar pada tahun 2030, dengan dampak tekanan panas yang paling terasa di negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah dan rendah" kata badan PBB tersebut.
Bila dirupiahkan maka kerugian akibat perubahan iklim pada 1995 yang menembus US$ 280 miliar setara Rp 4.214 triliun (US$1=Rp 15.050). Sementara itu, kerugian pada 2030 yang mencapai US$ 2.400 miliar setara dengan Rp 36. 120 triliun.Â
Laporan ILO juga menyoroti sektor mana yang kemungkinan akan menanggung beban kenaikan suhu rata-rata.
Akibat suhu panas ini, mereka yang bekerja di bidang konstruksi dan pertanian diperkirakan akan terkena dampak terburuk masing-masing menyumbang 60% dan 19% dari jam kerja yang hilang akibat tekanan panas pada tahun 2030.
Maka dari itu, perubahan iklim seperti ini adalah masalah serius. ILO menggambarkannya sebagai mengacu pada "panas yang diterima melebihi apa yang dapat ditoleransi tubuh tanpa gangguan fisiologis."
Pekerjaan luar ruangan lainnya mungkin juga terpengaruh. Dalam wawancaranya dengan ²©²ÊÍøÕ¾Â International, Fox menyoroti potensi tantangan yang dihadapi para pekerja di kilang minyak, pabrik gas, dan pekerjaan kimia.
Situasi keseluruhan tampak serius. Bagi banyak orang, persiapan dan adaptasi akan menjadi sangat penting.
IMechE mengatakan ini akan melibatkan perubahan pada desain bangunan, infrastruktur, dan aset serta sistem fisik lainnya, baik yang berkaitan dengan yang sudah ada maupun yang belum dibangun atau diproduksi, serta pekerjaan, pendidikan, rekreasi. dan kegiatan lain yang dilakukan manusia.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan bersamaan dengan laporannya pada bulan April, organisasi tersebut mengatakan bahwa mereka juga menginginkan pembaruan mendesak untuk "panduan terkait dampak panas pada tenaga kerja" sehingga perusahaan dapat membuat rencana dan membuat perubahan di lingkungan kerja mereka.
Waspadai Dampak Nyata Bagi Indonesia
Yang pertama kali menjadi sorotan tentu saja pertanian. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yaitunegara dengan perekonomian bergantung atau ditopang oleh sektor pertanian. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah serta dipercaya dapat mendorong perekonomian negeri.
Namun dengan adanya ancaman ini tentunya menjadi 'momok' mengerikan bagi Indonesia. Ada banyak komoditas pertanian yang terdampak. Namun Padi menjadi yang menarik untuk diperhatikan.
Fenomena El Nino ini diperkirakan bakal memangkas produksi padi pada 2023. Laju penurunannya diperkirakan berkisar 2 juta ton gabah kering giling (GKG).
Berkaca pada 2019, ketika Indonesia menghadapi El Nino dam IOD memperkirakan produksi padi turun 7,7% ke 54,6 juta ton GKG dari tahun sebelumnya. Penurunan terjadi di tengah cuaca ekstrem. Sawah menghadapi banjir pada awal tahun dan kekeringan selama paruh tahun kedua.
Melihat data BPS, produksi padi pada musim panen di Maret 2023 sudah mampu naik tipis. Namun, produksinya diperkirakan hanya tumbuh 0,53% ke 23,9 juta ton GKG pada periode Januari hingga April 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.
Sebab itu, pemerintah harus mempersiapkan langkah untuk mengantisipasi dampak El Nino lebih lanjut. Dalam hal ini, harus dipikirkan bagaimana penurunan produksi ini tidak terlalu bermuara kepada tekanan inflasi tang lebih tinggi.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
(aum/aum)