
Walau Catatkan Rekor, Harga Batu Bara Tak Berdaya Pekan Ini!

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga batu bara kontrak September masih terpantau terkoreksi pekan ini walau mencatatkan rekor penguatan beruntun terpanjang dalam 13 tahun terakhir atau sejak Desember 2009.
Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak September ditutup di posisi US$ 159,5 per ton atau naik 2,24% pada perdagangan hari terakhir pekan ini, Jumat (25/8/2023). Koreksi yang terjadi dua hari beruntun menyebabkan harga batu bara dalam sepekan masih berada di zona merah, turun 0,78%.
Walau begitu, kenaikan pada akhir pekan ini menunjukkan tren penguatan harga yang masih kencang akibat persediaan yang belum mampu memenuhi sisi permintaan. Batu bara melanjutkan penguatan, setelah koreksi dua hari. Pekan ini batu bara terapresiasi sebanyak 3 kali dan terdepresiasi 2 kali.
Sebelumnya, batu bara mencatat rekor yang harus terpatahkan pekan ini. Rekor terakhir kali tercipta pada akhir Desember 2010 atau 12 tahun terakhir. Pada saat batu bara melambung luar biasa pada 2022 lalu pun, harga batu bara tidak mampu mencetak penguatan selama 12 hari. Penguatan terlamanya berlangsung sepuluh hari beruntun.
Sentimen pergerakan sepanjang pekan ini datang dari China yang belum mencapai puncak musim panasnya, permintaan India yang berpotensi menguat kembali, Perancis yang mendapat izin mengelola pembangkit listrik batu bara, dan permasalahan rencana mogok kerja di tambang Australia yang mengancam pasokan gas.
Diawali dari China sebagai konsumen, produsen, dan importir batu bara. Negeri pusat manufaktur dunia ini sempat mengalami perlambatan industri akibat kebijakan lockdown yang memaksa menahan perekonomian.
Seiring pandemi yang mereda, perekonomian China sempat masih tertahan yang membuat permintaan batu bara masih rendah. Pemerintah China melakukan segala cara, seperti stimulus pemangkasan suku bunga sebesar 10 basis poin menjadi 3,45% bulan Agustus yang masih belum berhasil mengangkat komoditas energi murah ini.
Namun, situasi tak terduga dengan cuaca panas yang mencapai rekor menjadi awal perjalanan batu bara kembali menguat. Suhu mendidih bak 'neraka' ini menyebabkan warga China banyak menggunakan pendingin ruangan yang membutuhkan tenaga dari si pasir hitam. Selain itu, suhu panas juga menyebabkan surutnya air di pembangkit listrik tenaga air yang menyebabkan adanya peralihan ke batu bara.Â
Alhasil, harga batu bara terus menguat sampai-sampai mencatatkan rekor penguatan beruntun dalam 13 tahun terakhir atau Desember 2009. Dengan cuaca panas ekstrim China yang belum sepenuhnya berakhir, ini menjadikan adanya kemungkinan permintaan yang tinggi dan harga menguat. Dan lagi, potensi industri yang diperkirakan akan menguat berpotensi mendorong batu bara akan semakin melesat.
Beralih ke India, kabar baik untuk batu bara datang dari negara yang berada di posisi kedua pengguna komoditas energi kotor ini. MelansirHellenic Shipping News,Pembangkit listrik berbasis batubara yang diimpor diminta untuk beroperasi dengan kapasitas penuh hingga akhir Oktober
Perpanjangan ini terjadi di tengah puncak permintaan listrik di negara ini yang mencapai rekor tertinggi baru pada bulan ini. Pada tanggal 17 Agustus 2023, permintaan puncak listrik di negara ini mencapai 234 GW melampaui proyeksi Otoritas Listrik Pusat (CEA) yang memperkirakan permintaan.
Tingginya permintaan batu bara dari pembangkit listrik India akan membuka peluang meningkatnya kebutuhan impor batu bara yang akan turut mendorong kenaikan harga. Selain itu, ini juga menunjukkan ekspektasi tingginya permintaan, sehingga India perlu memastikan pasokan.
Dari Eropa, industri batu bara turut kedatangan kabar positif. Pemerintah Perancis mengeluarkan keputusan yang menambah jumlah jam kerja pembangkit listrik tenaga batu bara hingga akhir tahun depan.
Hal ini akan meningkatkan mengizinkan pembangkit listrik tenaga batu bara untuk beroperasi selama 500 jam tambahan selama musim dingin mendatang.
Keputusan tersebut menyusul konsultasi publik yang diadakan oleh Kementerian Transisi Energi Perancis pada tanggal 3-25 Juli, yang menyatakan bahwa keputusan tersebut "diperlukan untuk menjamin keamanan pasokan listrik dalam situasi luar biasa saat ini." Dikutip dariArgus Media.
Hal ini menunjukkan Eropa telah mulai mempersiapkan peningkatan kebutuhan energi dalam menghadapi musim dingin yang membutuhkan pendingin ruangan. Alhasil, pembangkit listrik akan mengalami lonjakan permintaan dan menjadi kemungkinan penguatan harga ke depan.
Komoditas gas sebagai substitusi batu bara masih menantikan kabar dari serikat pekerja Wheatstone milik Chevron yang masih menantikan keputusan pemogokan.Sebelumnya, Woodside yang juga mengalami ancaman pemogokan telah menemukan kesepakatan untuk menaikkan gaji karyawannya.
Pemungutan suara dilakukan pada hari Kamis untuk para pekerja di fasilitas Wheatstone milik Chevron akan diumumkan pada Senin sore.
Penantian yang tidak disukai pelaku pasar akibat ketidakpastian menyebabkan harga gas alam sebagai substitusi batu bara turut terapresiasi. Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) melesat ke 8,88% ke 34,78 euro per mega-watt hour (MWh). Dalam sepekan, harga gas masih terkoreksi 4,49%.
(mza/mza)