Asia Jadi Raja Baru Ekonomi Dunia, ASEAN Motornya

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Asia, terutama Asia Tenggara, diharapkan menjadi motor utama penggerak ekonomi dunia di tengah lesunya ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Eropa.Â
Asian Development Bank (ADB) mempertahankan perkiraan pertumbuhan negara-negara berkembang di Asia dan Pasifik sebesar 4,8% tahun ini, seiring tingginya permintaan domestik yang terus mendukung pemulihan kawasan.
Perkiraan pertumbuhan untuk tahun depan direvisi sedikit menjadi 4,7% dari perkiraan 4,8% pada bulan April, karena permintaan ekspor barang elektronik dan barang manufaktur lainnya di kawasan ini melambat.
Mengingat perkembangan yang seimbang, perkiraan pertumbuhan untuk Asia Timur dipertahankan sebesar 4,6% pada 2023 dan 4,2% pada 2024, untuk Asia Selatan sebesar 5,5% pada 2023 dan 6,1% pada 2024, dan untuk Pasifik sebesar 3,3% pada 2023 dan 2,8% pada2023. 2024.
Prospek pertumbuhan dalam Prakiraan pertumbuhan untuk Kaukasus dan Asia Tengah disesuaikan turun dari 4,4% menjadi 4,3% pada 2023 dan dari 4,6% menjadi 4,4% pada 2024 setelah produksi minyak di Azerbaijan turun lebih dari yang diharapkan.
Prospek pertumbuhan Asia Tenggara sedikit diturunkan dari 4,7% menjadi 4,6% pada 2023 dan dari 5,0% menjadi 4,9% pada 2024, yang mencerminkan melemahnya permintaan global terhadap ekspor manufaktur.
Kendati direvisi ke bawah, Asia Tenggara akan menjadi kawasan dengan pertumbuhan tertinggi di Asia.
Sebagai perbandingan, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksi ekonomi AS akan tumbuh 1,8% pada tahun ini dan 1% pada 2024. Ekonomi zona Eropa diperkirakan akan tumbuh 0,9% pada 2023 dan 1,5% pada 2024.
Membaiknya pertumbuhan di Asia akan ditopang oleh inflasi yang rendah dan permintaan yang membaik.
ADBÂ memperkirakan inflasi di negara-negara berkembang Asia diperkirakan sebesar 3,6% tahun ini, melandai dibandingkan dengan proyeksi pada April sebesar 4,2%. Sementara itu, perkiraan inflasi pada2024 dinaikkan menjadi 3,4% dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,3%.
Inflasi menurun menuju rata-rata pra-pandemi karena tekanan sisi pasokan berkurang dan pengetatan moneter terus dilakukan. Trennya menurun di semua subkawasan tahun ini seiring dengan harga bahan bakar dan pangan. Inflasi inti lebih beragam.
Angka tersebut tetap tinggi di banyak negara di Asia Timur dan Tenggara karena tingginya harga bahan baku dan bangkitnya aktivitas rekreasi yang mendorong kenaikan harga jasa. Namun, angka tersebut mulai menunjukkan tren penurunan di Kaukasus dan Asia Tengah, yang sebagian mencerminkan efek dasar (base effect) di sana.
Inflasi di Kaukasus dan Asia Barat diperkirakan akan tetap tinggi sebesar 10,6% pada 2023 dan 7,8% pada 2024.
Perkiraan inflasi untuk Asia Timur turun tajam menjadi 1,3% pada 2023 dan sedikit lebih tinggi menjadi 2,1% pada 2024.
Perkiraan inflasi 2023 untuk Asia Selatan dipertahankan pada angka 8,1%, dan proyeksi tahun 2024 direvisi naik menjadi 6,4%.
Perkiraan inflasi untuk Asia Tenggara direvisi turun untuk kedua tahun tersebut. Penurunan inflasi dari 4,4% menjadi 4,3% pada 2023 dan dari 3,3% menjadi 3,2% pada 2024 mencerminkan pelonggaran harga komoditas global dan kebijakan moneter yang lebih ketat.
Inflasi diperkirakan masih moderat hingga 5,0% pada tahun 2023 dan 4,4% pada tahun 2024 di subkawasan Pasifik secara keseluruhan.
Inflasi diperkirakan akan moderat, dengan tingkat yang berbeda-beda di seluruh kawasan. Namun, tekanan harga akan bervariasi antar negara pada tahun 2023 berdasarkan data Asian Development Outlook.
![]() |
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)