²©²ÊÍøÕ¾

Perang Israel-Hamas: 4 Hal Mengerikan Ini Bikin Dunia Was-Was

Susi Setiawati, ²©²ÊÍøÕ¾
13 October 2023 10:55
Siapa Hamas? Faksi Palestina yang Buat Israel Gaungkan Perang
Foto: Infografis/ Siapa Hamas? Faksi Palestina yang Buat Israel Gaungkan Perang /Aristya Rahadian

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Perekonomian global yang terguncang oleh tingginya inflasi kini kembali menghadapi krisis geopolitik di Timur Tengah setelah serangan mendadak Hamas terhadap Israel dan deklarasi perang berikutnya oleh Hamas.

Militan Hamas, Palestina, pada Sabtu (7/10/2023) menembakkan lebih dari 5.000 roket dari Jalur Gaza ke arah Israel, menewaskan sedikitnya 700 orang dan melukai ribuan lainnya, serangan terburuk di tanah Israel dalam beberapa dekade.

Sebagai pembalasan, Israel secara resmi menyatakan perang dan menyetujui langkah militer yang signifikan, ketika militer menghancurkan militan Hamas yang masih berada di kota-kota selatan dan meningkatkan pemboman di Jalur Gaza. Korban tewas akibat perang kini mencapai  lebih dari 1.500 di  Jalur Gaza dan Israel lebih dari 1.300 orang.

Perang antara Israel dan Hamas menimbulkan serangkaian risiko baru terhadap perekonomian global yang sudah rapuh.

Dampak perang Israel dan Hamas terhadap perekonomian global mungkin memerlukan waktu untuk menjadi jelas namun akan menjadi lebih parah jika konflik menyebar ke seluruh Timur Tengah, terutama Iran, yang merupakan produsen minyak utama dan pendukung Hamas.

Lalu apa saja dampaknya terhadap perekonomian dan pasar global?

1. Harga minyak mendidih

Harga minyak mentah dapat melonjak tajam jika ketegangan di Timur Tengah terus meningkat, rumah bagi hampir sepertiga pasokan minyak global.

Saat perang mulai terjadi, pada Senin (9/10/2023) harga minyak WTI lompat 4,34% dan minyak brent melesat 4,22%, bahkan keduanya sempat menyentuh 5% sebelum tutup di 4%. Setelah kenaikan tersebut, minyak kembali terkoreksi tiga hari beruntun dan berakhir pada penutupan perdagangan Kamis (12/10/2023) dimana minyak WTI di posisi US$82,91 per barel dan brent US$86 per barel.

Krisis ini sepertinya tidak akan menimbulkan ancaman besar terhadap pasokan minyak kecuali jika krisis ini menyebar lebih jauh ke negara-negara lain di kawasan yang dapat berkembang menjadi perang proksi yang lebih dahsyat, yang melibatkan Amerika Serikat dan Iran.

Meskipun ada laporan bahwa Iran terlibat dalam serangan terhadap Israel, setiap kemungkinan pembalasan terhadap Teheran dapat membahayakan jalur kapal melalui Selat Hormuz, saluran penting yang sebelumnya diancam akan ditutup oleh Iran.

India dapat terkena dampaknya jika harga tetap tinggi karena gangguan pasokan lebih lanjut. Bergabungnya Iran dalam konflik ini dapat mempengaruhi rute laut dan meningkatkan biaya transportasi dan asuransi. Minyak mentah yang lebih tinggi akan mendistorsi neraca perdagangan dan CAD sehingga memberikan tekanan pada rupee.

2. Inflasi

Ketika harga minyak mentah melonjak, ancaman inflasi yang tinggi kembali menghantui perekonomian global. Amerika Serikat, India, China, dan negara-negara besar lainnya merupakan importir minyak yang besar dan dapat mengalami inflasi impor yang tinggi jika harga minyak tetap tinggi.

Ketika harga minyak naik, biaya produksi berbagai industri dan biaya energi untuk dunia usaha dan rumah tangga juga meningkat sehingga mendorong inflasi lebih tinggi.

3. Kenaikan suku bunga

Harga energi yang tinggi dan tren inflasi baru dapat melemahkan upaya bank sentral untuk mengendalikan inflasi. Hal ini dapat menyebabkan suku bunga berada pada tingkat yang tinggi untuk jangka waktu yang lama.

Kekhawatiran terhadap suku bunga yang lebih tinggi mengurangi prospek pertumbuhan ekonomi global. Bank Sentral AS pun akan mengindikasikan bahwa kenaikan suku bunga akan terjadi lagi dan suku bunga akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

4.Ìý Pasar global

Perang Israel dan Hamas telah menakuti pasar ekuitas dan investor beralih ke aset-aset safe haven seperti emas dan dolar Amerika Serikat (AS). Investor tetap berhati-hati dan mewaspadai peristiwa global dengan sentimen penghindaran risiko yang menguasai pasar.

Saat pasar saham bergejolak karena perang, harga emas justru akan meningkat.

Saat perang mulai terjadi, pada Senin (9/10/2023) harga emas naik 1,56% dan masih melanjutkan trend kenaikannya hingga perdagangan berjalan Jumat (13/10/2023) di harga US$1.870,99 per troy ons.

Selain itu, Indeks dolar berpotensi terus menguat jika perang terus berkelanjutan dan meluas. Pada perdagangan Kamis (12/10/2023) indeks dolar AS ditutup menguat 0,74% di level 106,59.

Sementara itu, investor institusi asing (FII) terus melakukan penjualan karena imbal hasil obligasi yang lebih tinggi dan harga minyak mentah yang tinggi dapat menambah lebih banyak masalah.


²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation