
Malapateka di Bumi Mengganas, Dunia Rugi Rp 1.000 T lebih

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Wilayah Asia sedang dilanda cuaca ekstrem dan menanggung dampak besar dari perubahan iklim. Menurut Badan Cuaca PBB World Meteorological Organization (WMO), Asia adalah wilayah yang paling terkena dampak perubahan iklim, cuaca dan bahaya terkait air secara global tahun lalu.
Dalam laporan yang diterbitkan pada Selasa (29/4/2024), WMO mengatakan banjir dan badai menjadi penyebab utama korban jiwa dan kerusakan ekonomi pada 2023, sementara dampak gelombang panas semakin parah.
Laporan tersebut menemukan bahwa Asia mengalami pemanasan lebih cepat dibandingkan rata-rata global, dengan kenaikan suhu pada 2023 rata-rata hampir 2 derajat Celsius (3,6 derajat Fahrenheit) di atas rata-rata tahun 1961-1990.
Badan tersebut juga mengatakan 79 bencana yang terkait dengan bahaya cuaca terkait air dilaporkan terjadi di Asia pada tahun lalu. Dari jumlah tersebut, sekitar 80% disebabkan oleh banjir dan badai, dengan lebih dari 2.000 kematian dan sembilan juta orang terkena dampak langsung.
![]() Warga mengantri untuk mengambil air dari truk saat penjatahan air di La Calera, pinggiran Bogota, Kolombia, Selasa, 16 April 2024. Di tengah kekeringan terkait pola cuaca El Niño, beberapa wilayah di Kolombia mengambil tindakan untuk mengambil air dari truk. membatasi konsumsi air ketika jumlah waduk terbatas. (AP Photo/Fernando Vergara) |
Laporan Keadaan Iklim di Asia tahun 2023 juga menemukan bahwa banjir adalah penyebab utama kematian dalam peristiwa yang dilaporkan pada 2023 "dengan selisih yang cukup besar".
Laporan tersebut juga menyoroti bahwa sebagian besar gletser di kawasan pegunungan tinggi di Asia telah kehilangan masanya secara signifikan karena suhu tinggi dan kondisi kering yang memecahkan rekor.
Curah hujan berada di bawah normal di Himalaya dan pegunungan Hindu Kush di Pakistan dan Afghanistan pada 2023, sementara di China barat daya mengalami kekeringan, dengan tingkat curah hujan di bawah normal hampir setiap bulan sepanjang tahun.
Dalam laporan tersebut, suhu rata-rata yang sangat tinggi tercatat dari Siberia bagian barat hingga Asia Tengah, dan dari China bagian timur hingga Jepang, dengan Jepang mengalami rekor musim panas terpanas.
Kerugian di Kawasan Asia Pasifik Karena Bencana Alam
Menurut perusahaan asuransi Aon dalam laporannya baru-baru ini, kerugian ekonomi di kawasan Asia Pasifik akibat bencana alam melonjak hingga US$65 miliar atau setara Rp 1.057 triliun atau Rp1,06 kuardriliun pada 2023, terutama disebabkan oleh banjir di China dan kekeringan di India.
Dari total kerugian, hanya 9%, atau US$6 miliar, yang ditanggung oleh asuransi, jauh di bawah rata-rata abad ke-21 sebesar US$15 miliar.
Laporan tersebut menemukan bahwa banjir masih menjadi ancaman yang paling merugikan di Asia-Pasifik selama empat tahun berturut-turut, menyumbang lebih dari 64% total kerugian pada tahun 2023. Kerugian akibat banjir tahunan telah melebihi US$30 miliar sejak tahun 2010.
China menderita kerugian terberat di Asia-Pasifik dengan kerugian terkait banjir sebesar US$32,2 miliar, atau lebih dari setengah total kerugian di wilayah tersebut, menurut laporan tersebut.
![]() Kekeringan dan dampaknya |
Hong Kong, Korea Selatan, India dan Pakistan juga mengalami banjir besar dan curah hujan tertinggi sepanjang tahun. Banjir di Asia Selatan khususnya, mengakibatkan hampir 2.900 kematian. Aon mencatat bahwa kerugian terkait banjir telah mencapai lebih dari US$30 miliar setiap tahun sejak tahun 2010.
Laporan tersebut juga menyoroti peningkatan suhu dan gelombang panas yang tidak terduga, khususnya kondisi kekeringan di China dan India. Aon mencatat bahwa meskipun gelombang panas merupakan salah satu risiko yang paling mematikan, namun risiko-risiko ini biasanya hanya menjadi titik buta dalam industri asuransi.
Aon juga mengatakan bahwa gempa bumi besar berkontribusi pada meningkatnya kerusakan, menyusul gempa bumi di Provinsi Herat di Afghanistan pada bulan Oktober dan Provinsi Gansu di China pada bulan Desember 2023, yang masing-masing merenggut hampir 1.500 nyawa dan merusak lebih dari 200.000 rumah.
"Dengan iklim yang mendorong terjadinya rekor cuaca ekstrem baru, dunia usaha semakin perlu mengukur dan mengatasi dampak langsung dan tidak langsung dari risiko iklim," ujar George Attard, CEO Solusi Reasuransi Aon di wilayah Asia Pasifik.
Meskipun perubahan iklim biasanya tidak termasuk dalam sepuluh risiko terbesar bagi dunia usaha, ia mengatakan bahwa hal ini berdampak langsung pada empat bidang utama yakni gangguan bisnis, pergeseran tren pasar, gangguan rantai pasokan, dan perubahan peraturan.
Secara global, bencana alam menyebabkan kerugian ekonomi sekitar US$380 miliar pada 2023, meningkat 22% dari rata-rata abad ke-21, menurut laporan tersebut. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh gempa bumi dan badai konvektif yang parah di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
²©²ÊÍøÕ¾ Research
