
Banyak Pabrik Alas Kaki Tutup: Karena Warga RI Irit Beli Sepatu?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ -Industri alas kaki dihadapkan pada sejumlah persoalan mulai pertumbuhan industrinya yang stagnan serta melandainya konsumsi masyarakat terhadap alas kaki.
Penutupan pabrik PT Sepatu Bata Tbk(BATA) menjadi salah satu puncak dari banyaknya persoalan di industri tersebut.Â
BATA terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadapp 233 pekerja atau buruh langsung imbas penghentian salah satu pabrik sepatu di daerah Purwakarta, Jawa Barat.
Sebelum BATA, sejumlah pabrik sepatu juga menutup operasi atau merelokasi pabrik atas nama meringankan beban biaya.
Pabrik sepatu untuk Adidas milik investor asal Korea Selatan, PT Parkland World Indonesia (PWI) 1melakukan PHK pada Juni 2023.Â
Pabrik sepatu Adidas di Tangerang, Banten juga telah melakukan PHK atas sekitar 1.400 karyawan pada Mei 2023.
Direktur Utama PT Panarub Industry Budiarto Tjandra kepada ²©²ÊÍøÕ¾ menjelaskan perlambatan ekonomi global menjadi salah satu alasan penutupan sejumlah pabrik sepatu.
PT Dean Shoes di Karawang, Jawa Barat, telah memangkas sebanyak 2.538 karyawan dengan alasan efisiensi perusahaan.
"Jadi kalau untuk situasi global saat ini masih kurang baik, kurang bagus untuk industri alas kaki. Karena kan industri alas kaki kita itu mayoritas ekspor ke Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Kita tahu kondisi ekonomi di AS dan Eropa juga belum pulih. Jadi terdampak dari sana," ungkap Tjandra kepada ²©²ÊÍøÕ¾.
Data Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan ekonomi dunia melambat pada 2022 dan 2023 karena tingginya inflasi, ketatnya suku bunga hingga perang Rusia-Ukraina.
Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh 1,9% pada 2022 dan 2,5% pada 2023. Ekonomi Eropa hanya tumbuh 3,4% pada 2022 dan 0,4% pada 2023. Kedua negara merupakan salah satu tujuan ekspor terbesar produk sepatu.
Data Kementerian Perdagangan menunjukkan ekspor produk alas kaki (HS 64) turun 16,8% menjadi US$ 6,44 miliar atau sekitar Rp 103,82 triliun (US$ 1=16.125).
Jika melihat data Badan Pusat Statistik (BPS) sekitar 50% ekspor didominasi oleh sepatu olah raga. Pasar Amerika Serikat (AS) menyedot hampir 50% ekspor alas kaki Indonesia.
Ekspor alas kaki sebenarnya mengalami kenaikan signifikan dalam empat tahun terakhir yakni 46% dari US$ 4,41 miliar pada 2019 menjadi US$ 6,44 miliar pada 2023.
Fakta Mengejutkan Industri Sepatu: Masyarakat RI Kurangi Belanja Sepatu
Pertumbuhan industri alas kaki stagnan tetapi konsumsi produk alas kaki juga turun.
Data BPS menunjukkan sektor industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki pada dua tahun sebelum pandemi (2018-2019) rata-rata mencapai 4,29%. Dua tahun periode normal pasca pandemi (2022-2023), rata-rata pertumbuhan sebesar 4,74%.
Setahun sebelum pandemi, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki bahkan terkontraksi 0,85%. Kontraksi terus berlanjut di awal pandemi 2020.
Sementara itu, konsumsi pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya terus melandai dalam dua tahun terakhir. Pertumbuhanya hanya pada periode kuartal II-2023 di mana terdapat tiga momen penting yakni Idul Fittri dan Idul Adha serta tahun ajaran baru.
Dalam empat tahun terakhir, rata-rata konsumsi pakaian,alas kaki, dan jasa perawatannya hanya tumbuh 2,82%.
Adanya pergeseran atau shifting konsumsi dari kebutuhan membeli sepatu dan fashion menjadi salah satu penyebab turunnya konsumsi fashion, termasuk sepatu.
Data Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan adanya penurunan belanja yang besar untuk fashion dan jewelry atau perhiasan bahkan untuk periode Ramadhan yang berlangsung dari 12 Maret-9 April 2024.
Porsi fashion sebelum Ramadhan sebesar 9,6% sementara jewelry sebesar 5,3%. Sedangkan pada Maret 2024 turun cukup tajam masing-masing menjadi 8,3% dan 3,2%.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat cenderung menggunakan dana yang ada untuk konsumsi kebutuhan dasar dibandingkan dengan membeli sesuatu untuk mempercantik penampilan.
Porsi belanja masyarakat Indonesia untuk fashion pada Ramadhan 2024 hanya 8,3% dari total. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan Ramadhan 2023 yang tercatat 9,5-12,1%.
Porsi belanja fashion stagnan setelah anjlok sebesar 8,2% pada Januari. Porsi belanja fashion fashion yang ada di kisaran 8,2-8,3% adalah yang terendah sejak Agustus 2021 atau saat Indonesia dihantam gelombang Delta yang sangat mematikan.
²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA RESEARCH
[email protected]
