²©²ÊÍøÕ¾

Saham Astra (ASII) Turun ke Level Terendah 4 Tahun, Ini Alasannya

Riset, ²©²ÊÍøÕ¾
15 May 2024 14:03
Menara Astra
Foto: Astra

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Saham emiten holding Grup Astra yakni PT Astra International Tbk (ASII) terpantau kembali merana pada perdagangan sesi I Rabu (15/5/2024), melanjutkan koreksinya yang sudah terjadi sejak perdagangan Selasa kemarin.

Beberapa penyebab merananya ASII setidaknya dalam tiga hari terakhir yakni penjualan mobil nasional dan perseroan yang cenderung menurun di April yang juga berimbas ke kinerja keuangan pada kuartal I-2024, adanya periode ex-date dividen tunai perseroan pada perdagangan kemarin, dan ancaman BYD terhadap perseroan.

Hingga pukul 12:00 WIB, saham ASII melemah 0,87% ke posisi harga Rp 4.540/unit. Pada penutupan perdagangan Selasa kemarin, ASII ditutup ambruk 9,75% ke 4.580/unit.

Saham ASII pada sesi I hari ini sudah ditransaksikan sebanyak 21.369 kali dengan volume sebesar 61,99 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 283,37 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 183,8 triliun.

Saham ASII kembali terkoreksi pada hari ini, sehingga sudah tiga hari beruntun saham induk dari Grup Astra tersebut sudah terkoreksi. Dalam tiga hari terakhir, ASII sudah terkoreksi hingga 11,41%.

Sedangkan dalam sebulan terakhir, ASII terpantau ambles 12,27% dan sepanjang tahun ini sudah merosot hingga 19,65%.

Lebih jauh ini saat ini saham ASII sudah berada di level yang sama kala kinerja saham perusahaan tertekan selama pandemi. Harga penutupan ASII kemarin merupakan harga terendah dalam nyaris 4 tahun, di mana terakhir kali saham ASII menyentuh level Rp 4.500-an terjadi pada Oktober 2024.

Ada beberapa penyebab lesunya ASII dalam beberapa hari terakhir, mulai dari investor asing yang melepas saham ASII pada perdagangan kemarin hingga karena penjualan mobil Grup Astra yang juga lesu.

Pada perdagangan kemarin, terpantau asing melepas ASII hingga mencapai Rp 567,7 miliar. Dalam sepekan terakhir, asing telah melepas ASII sebanyak Rp 540,3 miliar.

Tak hanya itu saja, saat ini periode pembagian dividen ASII masih berlangsung di mana pada perdagangan kemarin merupakan periode ex-date dividen tunai ASII di pasar reguler dan negosiasi, sehingga potensi koreksi akibat aksi profit taking tak dapat dihindarkan. Namun sayangnya, ASII sudah terkoreksi sejak periode cum-date dividen tunai pada Senin lalu.

Di lain sisi, penjualan mobil secara nasional dan dari sisi perusahaan juga menjadi sentimen negatif bagi ASII. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), penjualan mobil pada April lalu total wholesales yang dicetak para pabrikan sebanyak 48.637 unit, turun 34,9% dibanding bulan yang sama tahun lalu yang mencapai 74.724 unit.

Sedangkan dari sisi penjualan ritel yang berhasil dikantongi pabrikan pada bulan itu hanya 58.779 unit, juga ambles 14,8% dibanding April 2023 yang mencapai 82.088 unit.

Pada periode tersebut Toyota melakukan pengiriman kepada dealer atau wholesales sebanyak 15.201 unit. Daihatsu menyusul di bawahnya dengan penjualan mencapai 9.481 unit. Sementara penjualan Honda pada April 2024 mencapai 4.911 unit.

Sedangkan data empat bulan pertama 2024 juga tak kalah suramnya. Periode Januari-April 2024, berdasarkan data Gaikindo, wholesales atau penjualan mobil dari pabrikan ke dealer di empat bulan awal tahun ini anjlok dalam mencapai 22,8% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Sepanjang Januari - April 2024, total wholesales yang dibukukan seluruh pabrikan mobil 263.706 unit, turun jauh dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 341.582 unit.

Pada periode Januari - April 2024, total penjualan mobil Astra mencapai 146.570 unit. Sementara itu, penjualan mobil Low-Cost Green Car (LCGC) Astra mencapai 44.331 unit kendaraan.

Pada periode April 2024 saja, penjualan mobil LGCG Astra mencapai 7.926 unit atau turun 34,33% MoM dari 12.070 unit pada Maret 2024. Jika dibandingkan secara tahunan, penjualan itu turun 15,46% yoy.

Selain itu, masuknya pabrikan mobil listrik asal China, yakni Build Your Dreams atau BYD, membuat isu pergeseran pangsa pasar mobil di Indonesia. BYD dinilai akan menggerus pangsa pasar atau market share ASII yang selama ini mendominasi.

Meski sejatinya merek Toyota saat ini masih didominasi oleh mobil jenis hybrid, tetapi dengan adanya BYD, maka hal tersebut dapat mengancam dominasi ASII.

Dari kinerja keuangannya, laba bersih ASII pada kuartal I-2024 mencapai Rp 7,46 triliun. Angka tersebut turun 14% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya, yang sebesar Rp 8,72 triliun.

Laba bersih tersebut tercatat sedikit membaik apabila mengecualikan penyesuaian nilai wajar atas investasi di GOTO dan Hermina yakni menjadi Rp 8,13 triliun atau turun 5% secara tahunan (yoy).

Mengutip laporan keuangannya, capaian laba tersebut berasal dari pendapatan bersih sebesar Rp 81,21 triliun. Pendapatan ini turun 2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 4,76 triliun.

Laba bersih ASII sebagian besar berasal dari kontribusi sektor otomotif (Rp 2,75 triliun), jasa keuangan (Rp 2,09 triliun) dan alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi (Rp 2,79 triliun). Sementara sisanya berasal dari sektor agribisnis, infrastruktur dan logistik serta properti.

Penurunan kinerja ini merefleksikan penurunan kinerja dari bisnis alat berat dan pertambangan serta otomotif Grup.

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(fsd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation