
Deretan Presiden Iran Hidupnya Tragis: Tewas Dibom-Kecelakaan Heli

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Presiden Iran Ebrahim Raisi dinyatakan meninggal pada Senin (20/5/2024) setelah helikopter yang ditumpanginya hancur berkeping-keping. Tak hanya Raisi, Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian serta para delegasi yang berada di dalamnya juga tewas.
Di antara mereka yang berada di dalam pesawat terdapat tiga awak. Ada pula gubernur Provinsi Azerbaijan Timur, seorang imam, kepala keamanan Raisi, dan seorang pengawal, menurut outlet media Sepah yang dikelola IRGC.
Untuk diketahui, helikopter yang dinaiki Raisi jatuh di area pegunungan di perbatasan Iran dan Azerbaijan, tepatnya di 100 kilometer kota Tabriz, dekat sebuah desa bernama Tavil. Cuaca buruk diyakini menjadi salah satu penyebab kecelakaan.
Tewasnya Raisi saat menjabat sebagai Presiden Iran ini pada akhirnya digantikan posisinya oleh wakil presiden pertama dengan persetujuan dari pemimpin tertinggi, yang mempunyai keputusan akhir dalam segala urusan negara.
Sepanjang sejarah Iran, terdapat delapan presiden yang pernah memimpin negara tersebut. Dimulai Abolhassan Banisadr pada 1980 hingga Ebrahim Raisi.
Banisadr selaku presiden pertama Iran meninggal di rumah sakit Pitié-Salpêtrière di Paris di usianya yang berumur 88 tahun. Kematiannya terjadi setelah lama sakit, kata keluarganya di situs resmi Bani-Sadr.
Sementara Mohammad-Ali Rajai yang merupakan presiden kedua Iran hanya menjabat 28 hari atau tak sampai satu bulan pada 1981 dan tewas akibat ledakan bom di hari-hari kacau setelah Revolusi Islam di negara tersebut.
Presiden Iran berikutnya yakni Ali Khamenei yang memimpin Iran hampir delapan tahun. Khamenei terpilih sebagai presiden pada bulan Oktober 1981 dan terpilih kembali pada tahun 1985.
Khamenei meninggal 12 hari setelah ia menjalani operasi pendarahan usus. Pada saat itu, Iran mengatakan kesehatan Khomeini memburuk dan mendesak negaranya untuk berdoa bagi pemimpinnya, yang menjalani operasi bulan lalu karena pendarahan di sistem pencernaannya.
Presiden keempat Iran diisi oleh Akbar Hashemi Rafsanjani yang menjabat hampir delapan tahun layaknya Khamenei. Menurut laporan resmi dia meninggal karena serangan jantung saat berenang di kolam renang di Teheran utara pada 8 Januari 2017.
Namun, putra Rafsanjani yakni Mohsen Hashemi mengatakan kematian ayahnya pada 2017 cukup "mencurigakan". Dia mengatakan bahwa belum ada bukti kematian yang wajar. Dia mengatakan tidak ada air di paru-parunya, yang berarti dia tidak tenggelam.
Dia menambahkan, keluarga tersebut tidak pernah diberikan akses terhadap rekaman CCTV. Fakta bahwa dokter di rumah sakit mengatakan dia "hampir" meninggal ketika dibawa masuk juga "mencurigakan".
Presiden Iran kelima yakni Mohammad Khatami yang menjabat penuh selama delapan tahun (1997-2005). Khatami selama masa kepresidenannya menyajikan rencana reformasi yang terbatas.
Hingga kini, ia masih aktif khususnya dalam hal mengecam pemerintah atas tingkat inflasi yang meroket. Termasuk ia juga mengkritik pendekatan pemerintah terhadap reformasi ekonomi, khususnya pengurangan subsidi yang menurutnya seharusnya diterapkan secara bertahap untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk.
Presiden Iran lanjut berganti dan dipimpin oleh Mahmoud Ahmadinejad sebagai presiden keenam selama delapan tahun (2005-2013). Semasa kepemimpinannya, ia dengan gigih membela program nuklir Iran dari kritik internasional, sekaligus memicu kecaman internasional dengan komentar-komentar yang ditujukan terhadap Israel dan menyebut Holocaust sebagai mitos.
Masa jabatan keduanya diwarnai kontroversi setelah penindasan terhadap demonstrasi yang menentang penyimpangan pemilu. Pasca kepemimpinan Ahmadinejad, Hassan Rouhani menduduki jabatan sebagai Presiden Iran ketujuh dengan selama delapan tahun juga (2013-2021).
Pada 2024, Rouhani didiskualifikasi dari pencalonannya untuk masa jabatan keempat di Majelis Ahli, badan musyawarah yang fungsi utamanya adalah menggantikan Khamenei jika dia meninggal atau menjadi tidak mampu.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)