5 Alasan IHSG Melesat 2% dalam Sepekan, Bakal Berlanjut?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Perjalanan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan ini berada di jalur positif dengan mencatatkan kenaikan sebesar 2,16% di level 6.879,98 hingga perdagangan Jumat (21/6/2024).
Kenaikan IHSG dalam sepekan juga didorong dari dana asing yang kembali ke pasar saham Indonesia. Dimana pembelian asing dalam seminggu tercatat Rp693,78 miliar baik pasar regular, negosiasi maupun tunai.
Dalam sepekan dana asing mulai kembali mengoleksi saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Astra International Tbk (ASII), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Sektor perbankan juga mulai menguat didorong dari hasil pertumbuhan kredit perbankan Indonesia yang kembali mencatatkan pertumbuhan diatas target Bank Indonesia (BI).
Positifnya pergerakan IHSG dalam sepekan ini didorong dari beberapa sentimen positif dalam negeri. Berikut rangkuman pendorong kenaikan IHSG dalam sepekan.
1. Hasil Neraca Dagang Indonesia Kembali Surplus
Neraca Perdagangan Indonesia pada Mei 2024 kembali surplus sebesar US$2,93 miliar atau sekitar Rp47,9 triliun. Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah membukukan surplus selama 49 bulan berturut-turut.
Surplus bulan Mei sebesar US$2,93 miliar, berasal dari nilai ekspor yang lebih besar dari nilai impor. Berdasarkan data BPS, nilai ekspor Mei 2024 tercatat sebesar US$22,33 miliar, secara bulanan naik 13,82%.
Sedangkan nilai impornya tercatat sebesar US$19,40 miliar, secara bulanan naik 14,82%. Penyumbang utama peningkatan nilai impor adalah impor bahan baku penolong, sedangkan peningkatan ekspor disumbang oleh sektor industri pengolahan.
2. Pertumbuhan Kredit Perbankan Indonesia
Bank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit pada Mei 2024 naik 12,15% secara tahunan (yoy). Pertumbuhan kredit sebagian besar didorong sektor perdagangan, industri, dan jasa dunia usaha.
Dari sisi penawaran, minat penyaluran kredit didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai 8,63% (yoy) pada periode yang sama. Selain itu, pertumbuhan kredit juga ditopang oleh berlanjutnya strategi relaksasi alat likuiditas ke perbankan serta didukung likuiditas seiring dengan penerapan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi, yang masing-masing tumbuh sebesar 14,80% (yoy), 11,59% (yoy), dan 10,47% (yoy) pada Mei 2024.
Adapun pembiayaan syariah tumbuh lebih tinggi, yakni 14,07% yoy, sedangkan kredit UMKM tumbuh 6,74% yoy.
Pertumbuhan kredit perbankan pada periode Mei tersebut sudah berada diatas target Bank Indonesia (BI) pada tahun 2024 di kisaran 10%-12%.
3. Uang Beredar Tumbuh
Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi uang beredar (M2) pada Mei 2024 tercatat sebesar Rp8.965,9 triliun atau tumbuh 7,6% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 6,9% (yoy).
Perkembangan ini terutama didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 6,3% (yoy) dan uang kuasi sebesar 8,8% (yoy). Kemudian, perkembangan M2 pada Mei 2024 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan aktiva luar negeri bersih.
4. Suku Bunga RI Ditahan
Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 20-21 Juni 2024. Suku bunga Deposit Facility tetap ke posisi 5,50% dan suku bunga Lending Facility sebesar 7%.
Keputusan menahan suku bunga acuan BI tersebut konsisten dengan kebijakan moneter pro-stability, yaitu sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024 dan 2025, termasuk efektivitas dalam menjaga aliran masuk modal asing dan stabilitas nilai tukar rupiah.
5. Perubahan Kebijakan Full Call Auction (FCA)
Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengubah beberapa kriteria saham notasi khusus yang dapat berpotensi masuk Full Call Auction (FCA). BEI telah merevisi kriteria nomor 1, 6, 7 dan 10. Berikut perubahannya:
Perubahan FCA tentu mendorong beberapa saham keluar dari FCA. BEI pun mengumumkan pencabutan efek bersifat ekuitas dari pemantauan khusus yang berlaku sejak 21 Juni 2024, terdapat enam saham yang berhasil keluar dari efek pemantauan khusus sekaligus FCA.
Penguatan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) pun mendorong kenaikan IHSG dalam penutupan akhir pekan.
Dengan adanya perubahan pada kebijakan FCA, diharapkan akan ada saham-saham baru lainnya yang akan segera keluar dari notasi pemantauan khusus dan dapat mendorong laju IHSG ke arah yang lebih positif, hingga melanjutkan sentimen positif pada pekan depan.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
