
Pak Jokowi, RI Jebol! Asing Ramai-Ramai Kabur

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Arus dana asing di pasar keuangan Indonesia mencatat net sell atau jual neto dalam sepekan untuk pertama kalinya setelah membukukan net buy dalam enam pekan beruntun.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 19-20 Juni 2024 bahwa investor asing tercatat jual neto Rp0,78 triliun terdiri dari jual neto Rp1,42 triliun di pasar saham, beli neto Rp0,45 triliun di Surat Berharga Negara (SBN) dan beli neto Rp0,19 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Terakhir kali, pasar keuangan Indonesia mencatat jual neto dalam sepekan adalah pada pekan 22-25 April 2024.
Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 13 Juni 2024, investor asing tercatat jual neto Rp42,10 triliun di pasar SBN, jual neto Rp9,35 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp117,77 triliun di SRBI.
Derasnya capital outflow di pasar keuangan Indonesia menjadi kekhawatiran banyak pihak. Pasalnya, kondisi tersebut ikut membuat rupiah ambruk. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sampai memanggil Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur BI untuk menjelaskan pelemahan rupiah.
Investor asing semakin sering keluar dari pasar keuangan domestik di tengah kuatnya perekonomian Amerika Serikat (AS). Data Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur AS menunjukkan fase ekspansif.
PMI manufaktur AS naik ke level tertinggi dalam tiga bulan di 51,7 pada Juni 2024 dari 51,3 pada bulan Mei, mengalahkan perkiraan 51, menurut perkiraan awal.
Angka tersebut menandakan perbaikan kondisi bisnis di sektor produksi barang selama dua bulan berturut-turut.
"Peningkatan ini terjadi secara luas, karena peningkatan permintaan terus mempengaruhi perekonomian. Meskipun dipimpin oleh sektor jasa, yang mencerminkan belanja domestik yang kuat, ekspansi tersebut didukung oleh pemulihan yang sedang berlangsung di bidang manufaktur, yang sepanjang tahun ini sedang menikmati masa pertumbuhan terbaiknya selama dua tahun," papar Kepala Ekonom Bisnis di S&P Global Market Intelligence, Chris Williamson.
PMI Manufaktur AS yang meningkat ini pada akhirnya membuat indeks dolar AS (DXY) kembali mengalami apresiasi dan menyentuh level 105,8.
Kendati ekonomi AS saat ini terpantau cukup kuat dan menarik minat investor, namun investor asing masih tercatat masuk ke pasar keuangan domestik terkhusus di instrumen SRBI yang mengalami net foreign flow selama delapan pekan beruntun di tengah imbal hasil yang cukup tinggi.
BI menegaskan suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan pada tanggal 14 Juni 2024 tercatat menarik masing-masing pada level 7,16%, 7,28%, dan 7,35%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan posisi suku bunga ini mendukung efektivitas SRBI sebagai instrumen pro-market dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Hingga 14 Juni 2024, Perry mengungkapkan posisi instrumen SRBI tercatat sebesar Rp666,53 triliun.
"Penerbitan SRBI telah menarik aliran masuk asing ke dalam negeri, tercermin dari kepemilikan investor asing yang mencapai Rp179,86 triliun (26,98% dari total outstanding)," kata Perry, Kamis (20/6/2024).
Sementara itu, instrumen BI lainnya, yakni Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) telah mendulang investasi hingga US$ 2,30 miliar dan US$ 395 juta.
Ke depan, Perry memastikan akan terus mengoptimalkan berbagai inovasi instrumen pro-market baik dari sisi volume maupun daya tarik imbal hasil, dan didukung kondisi fundamental ekonomi domestik yang kuat, untuk mendorong berlanjutnya aliran masuk portofolio asing ke pasar keuangan domestik.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)