²©²ÊÍøÕ¾

Setelah Pabrik Tutup & Banjir PHK, Kabar Buruk Bakal Timpa RI Lagi

mae, ²©²ÊÍøÕ¾
01 July 2024 10:42
Pabrik. (²©²ÊÍøÕ¾/Sefti Oktarianisa)
Foto: Pabrik. (²©²ÊÍøÕ¾/Sefti Oktarianisa)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾- Aktivitas manufaktur Indonesia terjun bebas ke level terendah dalam 13 bulan pada Juni 2024. Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini, Senin (1/7/2024) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia jatuh ke 50,7 pada Juni 2024.

Indeks lebih rendah dibandingkan Mei 2024 yakni 52,1. Indeks bahkan menjadi yang terendah sejak Mei 2023 atau 13 bulan terakhir terakhir.

PMI manufaktur Indonesia sudah melandai dalam tiga bulan beruntun. Penurunan PMI Manufaktur pada Juni 2024 sebesar 2,7% adalah yang terdalam sejak September 2023 (turun 2,9%).

Kendati demikian, PMI manufaktur Indonesia masih berada dalam fase ekspansif selama 34 bulan terakhir.PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

S&P Global menjelaskan penurunan PMI Juni dipicu laju ekspansi yang lebih lambat baik dalam output maupun pesanan baru. Produksi naik dengan laju terendah sejak Mei 2023, sementara pertumbuhan pesanan baru adalah yang terlemah dalam 13 bulan terakhir. Penjualan ekspor yang lemah juga mengurangi pesanan. Bisnis ekspor baru turun untuk keempat kalinya berturut-turut.

Trevor Balchin, Direktur Ekonomi di S&P Global Market Intelligence, mengatakan PMI jeblok ini adalah hal yang tak biasa.

"Terjadi penurunan momentum yang signifikan di sektor manufaktur Indonesia pada Juni, di mana pertumbuhan pesanan baru hampir berhenti karena ekspor turun untuk keempat kalinya berturut-turut," tutur Balchin, dalam website resmi S&P Global.

Dia menambahkan indeks PMI tetap sedikit di atas level tren jangka panjangnya. Namun, outlook-nya mengkhawatirkan dengan Indeks Future Output tidak berubah dari level Mei dan merupakan salah satu yang terendah dalam sejarah

Perlambatan PMI juga membuat perekrutan pada Juni sangat minim.

"Terjadi penurunan pertama dalam pekerjaan yang tertunda dalam tujuh bulan. Arah perjalanan (pemesanan) juga menunjukkan kemungkinan adanya kontraksi pesanan baru pada awal paruh kedua tahun ini, yang akan menjadi yang pertama sejak pertengahan 2021," imbuh Balchin.

Perlambatan PMI Manufaktur juga berdampak pada sisi kepercayaan dunia bisnis. S&P mencatat kepercayaan dunia bisnis masih berada di level terendah dalam empat tahun.


Pelemahan rupiah juga menjadi beban baru karena membuat harga bahan baku terus meningkat tajam.

Dengan produksi yang naik lebih cepat daripada pesanan baru maka produsen Indonesia berhasil mengurangi bisnis yang tertunda pada Juni. Backlog pekerjaan turun untuk pertama kalinya sejak November tahun lalu. Data terbaru juga menunjukkan bahwa stok barang jadi turun untuk pertama kalinya sejak Januari dan dengan laju penurunan tercepat sejak Juli 2022.

Volume pembelian bahan baku terus naik tetapi dengan laju pertumbuhan yang paling lambat sejak November 2022. Stok bahan baku terus meningkat, meskipun dengan kecepatan yang lebih rendah.

Tekanan pada rantai pasokan umumnya tidak terasa, karena waktu pengiriman dari pemasok tetap tidak berubah dibandingkan dengan Mei. Rantai pasokan telah secara umum stabil sejak akhir 2023. Terdapat laporan sporadis tentang keterlambatan pengiriman dan kekurangan bahan baku, namun perusahaan lain secara luas melaporkan pengiriman pesanan secara langsung.

Kepercayaan Dunia Usaha Masih Rendah

Ada perbaikan pada ekspektasi bisnis untuk 12 bulan mendatang. Dunia bisnis optimis adanya peningkatan produksi hingga Juni 2025.

Ekspektasi mencerminkan proyek-proyek baru, pelanggan baru, peningkatan daya beli klien, inflasi yang lebih rendah, dan kebijakan pemerintah yang mendukung. Namun, tingkat optimisme tetap tidak berubah sejak Mei dan termasuk yang terendah dalam sejarah.

Keyakinan yang rendah mengenai produksi masa depan membatasi penyerapan tenaga kerja pada bulan Juni, sehingga jumlahnya hampir tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan tren yang telah terjadi hampir satu tahun lamanya.

PHK Semakin Merajalela?

Dengan PMI Manufaktur yang semakin melambat dan terancam mengalami kontraksi maka perekrutan tenaga kerja bakal semakin sedikit. Sebagai catatan, badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tengah melanda Indonesia, terutama sektor tekstil.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi mengatakan, PHK di pabrik-pabrik TPT tersebut awalnya sebagai langkah efisiensi yang dilakukan perusahaan. Namun, beberapa diantaranya tetap tak bisa bertahan meski telah melakukan PHK.

Setidaknya ada 36 perusahaan tekstil menengah besar yang tutup dan 31 pabrik lainnya melakukan PHK karena efisiensi sejak 2019.

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation