- Pasar keuangan Tanah Air mengecewakan pada perdagangan Selasa kemarin, di mana rupiah berhasil menguat di kala IHSG dan SBN merana.
- Wall Street berakhir di zona merah di tengah wait and see pelaku pasar menunggu laporan keuangan
- Dampak mundurnya Biden serta datangnya musim laporan keuangan diperkirakan akan menjadi penggerak pasar hari ini
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pasar keuangan Tanah Air kembali beragam pada perdagangan Selasa (23/7/2024) kemarin di mana rupiah akhirnya berhasil menguat, sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik melemah dan SBN melanjutkan kenaikan imbal hasilnya.
Pasar keuangan Indonesia diharapkan kompak menguat pada hari ini menjelang datangnya musim laporan keuangan. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,11% ke posisi 7.313,85. Perdagangan IHSG kemarin pun cenderung volatil. Meski volatil, tetapi IHSG masih mampu bertahan di level psikologis 7.300.
Nilai transaksi IHSG mencapai sekitar Rp 8,4 triliun dengan melibatkan 29miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak267saham menguat,308 saham melemah, dan 220 saham cenderung stagnan.
Investor asing tampaknya mulai melakukan aksi jual bersih (net sell) yang mencapai Rp 86,94 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 122,99 miliar di pasar reguler, sedangkan di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat masih melakukan pembelian bersih (net buy) mencapai Rp 36,05 miliar.
Sedangkan di bursa Asia-Pasifik kemarin, secara mayoritas kembali melemah, di mana IHSG menjadi salah satunya. Namun, indeks VNI Vietnam menjadi yang paling buruk yakni ambruk 1,82%. Sedangkan indeks Taiex Taiwan menjadi yang terbaik, yakni melonjak 2,76%.
Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Selasa kemarin.
Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin berhasil ditutup terapresiasi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), setelah melemah tiga hari beruntun, meski penguatan kemarin cenderung tipis.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat tipis 0,06% di angka Rp16.205/US$ kemarin, Selasa (23/7/2024). Hal ini mematahkan tren pelemahan terjadi pada rupiah selama tiga hari beruntun.
Sementara di Asia, mata uangnya secara mayoritas menguat. Hanya beberapa yang melemah. Namun kali ini, rupiah berada di deretan mata uang Asia yang menguat. Tetapi, yen Jepang menjadi yang terbaik yakni menguat 0,61%.
Sedangkan peso Filipina menjadi yang terburuk, yakni terkoreksi 0,13%. Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Selasa kemarin.
Adapun di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin masih melanjutkan pelemahan, terlihat dari imbali hasil (yield) yang terus mencatatkan kenaikan. Bahkan, yield SBN acuan sudah menyentuh level 7%.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau kembali naik 1,5 basis poin (bp) menjadi 7,004%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield naik, maka tandanya investor sedang melepas SBN.
Nilai tukar rupiah sedikit mengalami apresiasi kemarin di tengah ketidakpastian global yang cenderung berkurang.
"Fakta bahwa Biden mendukung Kamala Harris mengurangi ketidakpastian. Mungkin ada sedikit penurunan perdagangan karena Wakil Presiden Harris dianggap memiliki peluang menang yang sedikit lebih baik," kata Jay Hatfield, CEO di Infrastructure Capital Advisors, dikutip dari ²©²ÊÍøÕ¾ International.
Selain itu, mundurnya Biden dari kontestasi pencalonan telah membuat sejumlah investor buka suara. Ekonom bank Swiss UBS menyebut bila Harris dicalonkan, maka pelaku pasar akan melihat keberlanjutan dari program Biden.
Selain itu, sentimen bank sentral AS (The Fed) yang diperkirakan pasar akan memangkas suku bunganya pada September 2024 ini dinilai pasar mampu mengurangi tekanan terhadap rupiah.
Namun sayangnya, IHSG malah yang justru melemah kemarin. Koreksi IHSG terjadi karena saham perbankan raksasa menjadi pemberat terbesar IHSG kemarin.
Jika melihat dari sisi konstituen, penekan (laggard) kemarin paling besar dari saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 13,11 poin, kemudian saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) 11,84 poin, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) 6,96 poin, PT Astra International Tbk (ASII) 3,21 poin, dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) 1,93 poin.
Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street ditutup terkoreksi pada perdagangan Selasa (23/7/2024) atau Rabu dini hari waktu Indonesia, karena investor mengalihkan fokus mereka ke rilis kinerja keuangan terbaru dua emiten raksasa teknologi AS.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,14% ke posisi 40.358,09, S&P 500 terkoreksi 0,16% ke 5.555,74, dan Nasdaq Composite turun tipis 0,06% menjadi 17.997,35.
Padahal, keduanya dengan keduanya mencatat angka pendapatan yang positif di kuartal II-2024. Tesla mencatat kenaikan pendapatan yang mengejutkan karena menyerahkan lebih banyak kendaraan melebihi ekspektasi pelaku pasar, dibantu oleh pemotongan harga dan insentif.
Sementara itu, Alphabet (Google) melampaui perkiraan pendapatan yang didorong oleh peningkatan penjualan iklan digital dan permintaan yang sehat terhadap layanan komputasi awannya (cloud).
Sebelum mempublikasikan kinerja keuangan kuartal II-2024, kedua saham ditutup bervariasi, dengan Tesla ditutup ambles 2%, sedangkan Alphabet naik 0,1%.
Rilis kinerja keuangan pada kuartal II-2024 dari raksasa teknologi akan menjadi kunci dalam menentukan apakah rekor kenaikan pada 2024 dapat dipertahankan, atau apakah saham-saham di AS dinilai sudah terlalu tinggi.
Pertanyaan apakah peralihan dari negara-negara kaya ke sektor-sektor yang berkinerja buruk akan terus berlanjut juga menjadi perhatian para investor
"Kami memperhatikan pendapatan, karena itulah yang penting pekan ini dan pekan depan, dan reaksi harga terhadap pendapatan tersebut akan sangat berpengaruh," kata Jack Janasiewicz, ahli strategi portofolio di Natixis Investment Managers, dikutip dari Reuters.
"Sampai saat ini belum ada kepastian dan kami memerlukan lebih banyak bukti bahwa hal ini berkelanjutan, dan hal ini sekali lagi akan berdampak pada pendapatan," tambah Janasiewicz.
Pergeseran ke saham-saham berkapitalisasi kecil juga terjadi ketika investor semakin bersemangat bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan segera mulai menurunkan suku bunga, sebuah langkah yang dipandang sangat membantu bagi perusahaan-perusahaan kecil dan lebih berorientasi pada siklus.
Larry Tentarelli, kepala strategi teknikal di Blue Chip Daily Trend Report mengatakan bahwa perpindahan dari saham-saham teknologi megacap ke saham-saham berkapitalisasi kecil yang terlihat pada pekan lalu dinilai masih wajar.
Dia mengatakan kenaikan besar pada Senin kemarin adalah bagian dari upaya investor untuk mengantisipasi laporan pendapatan yang berpotensi positif selama beberapa hari ke depan dan pembacaan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) yang akan dirilis pada akhir pekan ini.
"Saya yakin cerita rotasi ini masih utuh. Jika kita mendapatkan laporan inflasi yang bullish, saya pikir Anda bisa melihat kenaikan lainnya pada saham-saham berkapitalisasi kecil dan bank-bank," ujar kata Tentarelli, dikutip dari ²©²ÊÍøÕ¾ International.
Investor cenderung wait and see menanti rilis data inflasi PCE karena akan menggambarkan kondisi inflasi dari sisi selain inflasi utama. Inflasi PCE sendiri juga menjadi ukuran inflasi favorit The Fed, sehingga data tersebut akan mempengaruhi sikap The Fed ke depannya.
Tetapi, pasar semakin optimis bahwa suku bunga The Fed dapat mulai dipangkas pada pertemuan September mendatang, atau dua bulan lagi.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, pasar memperkirakan The Fed akan memulai memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan September mendatang mencapai 93,6%.
Sedangkan di pertemuan November, pasar juga memprediksi The Fed memangkas suku bunga untuk kedua kalinya yang mencapai 53,1%. Kemudian pada pertemuan terakhir di 2024 tepatnya pada Desember, pasar yang memprediksi The Fed kembali memangkas suku bunga ketiga kalinya mencapai 47,7%.
Pada hari ini, pelaku pasar perlu mencermati beberapa sentimen, terutama terkait dengan dimulainya rilisnya kinerja keuangan emiten di kuartal II-2024 di AS dan semester I-2024 di dalam negeri.
Sebagaimana diketahui, pelaku pasar di AS kembali melirik saham-saham teknologi, saham-saham yang berorientasi dengan pertumbuhan, dan saham-saham yang sebelumnya rentan terhadap era suku bunga tinggi.
Dengan semakin optimisnya pasar akan berakhirnya era suku bunga tinggi pada tahun ini, maka harapannya bahwa pada periode mendatang, maka emiten-emiten dapat kembali bergairah. Namun sebelum mengarah ke arah kinerja kedepannya, maka pelaku pasar akan memantau kinerja emiten di kuartal II-2024 atau semester I-2024 terlebih dahulu.
Dari dalam negeri, dua emiten besar yang tentunya memiliki kapitalisasi pasar besar (big cap) akan memulai merilis kinerja keuangannya pada semester I-2024. Adapun emiten tersebut yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
Pada hari ini, BBCA dan UNVR akan menggelar siaran pers terkait paparan kinerja keuangan semester I-2024.
Pada siaran pers BBCA, turut hadir Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, beserta jajaran direksi BCA dan jajaranKomisarisBCA. Adapun siaran pers ini akan digelar secara daring pada hari ini sekitar pukul 16:00 WIB.
Sedangkan untuk siaran pers UNVR, turut hadir Presiden Direktur UNVR, Benjie Yap dan Vivek Agarwal selaku Direktur Finance UNVR. Adapun siaran pers ini akan digelar secara daring pada hari ini sekitar pukul 17:20 WIB.
Sebagai catatan, BCA membukukan kenaikan laba bersih 34% (year on year/yoy) menjadi Rp 24,2 triliun pada semester I-2023. Pada kuartal I-2024, BCA mencatatkan laba bersih konsolidasi senilai Rp 12,9 triliun atau naik 11,7 % secara tahunan (yoy)
Sementara itu, PT Unilever Indonesia melaporkan penjualan bersih sebesar Rp20,3 triliun pada semester I-2023.
Laba bersih pada semester I - 2023 anjlok 19,5% dibanding periode sama tahun 2022 yang sebesar Rp 3,42 triliun. Pada kuartal I-2024, laba PT Unilever menembus hingga Rp1,44 triliun atau naik 3% (yoy).
Laporan semester I-2024 akan mencerminkan seberapa kuat perusahaan menghadapi gejolak ekonomi global, pelemahan rupiah, dan pelemahan daya beli.
Khusus untuk Unilever, kinerja semester I-2024 juga akan mencerminkan ketangguhan perusahaan di tengah derasnya isu boikot anti-Israel yang sempat membebani perusahaan.
Selain BCA dan Unilever, PT Bank Rakyat Indonesia juga akan mengumumkan kinerja keuangan semester I-2024 pada Kamis pekan ini (25/4/2024).
Musim Lapkeu di AS
Sementara itu dari AS, pasar akan memantau rilis data big tech. Adapun Alphabet dan Tesla sudah terlebih dahulu merilis kinerja kuartal II-2024 setelah penutupan pasar di Wall Street.
Kinerja keuangan dari raksasa teknologi pada kuartal II-2024 akan menjadi kunci dalam menentukan apakah rekor kenaikan pada tahun 2024 dapat dipertahankan, atau apakah saham-saham AS dinilai terlalu tinggi.
Pertanyaan apakah peralihan dari negara-negara kaya ke sektor-sektor yang berkinerja buruk akan terus berlanjut juga menjadi perhatian para investor
Kinerja yang kuat dari para pemimpin pasar dapat meredakan beberapa kekhawatiran yang baru-baru ini menghantui perusahaan-perusahaan mega caps, termasuk kekhawatiran atas valuasi yang melebar dan kemajuan yang ditandai dengan kenaikan yang menggiurkan pada saham-saham seperti Nvidia yaitu naik 145% tahun ini, meskipun terjadi penurunan baru-baru ini.
Foto: ReutersRotasi Sektor di Wall Street |
Di sisi lain, tanda-tanda bahwa laba melemah atau belanja terkait kecerdasan buatan kurang dari yang diperkirakan akan menguji narasi dominasi teknologi yang telah mendorong kenaikan saham tahun ini.
Hal ini dapat dengan cepat berubah menjadi masalah bagi pasar yang lebih luas.
Kinerja perusahaan bagi para pemimpin pasar diperkirakan akan mencapai standar yang tinggi. Sektor teknologi AS diproyeksikan meningkatkan pendapatan dari tahun ke tahun sebesar 17%, dan pendapatan untuk sektor layanan komunikasi yang mencakup Alphabet dan induk Facebook Meta terlihat meningkat sekitar 22%.
Kenaikan tersebut akan melampaui perkiraan kenaikan S&P 500 secara keseluruhan sebesar 11%, berdasarkan analisis LSEG IBES.
Gonjang-Ganjing di AS
Suhu politik di AS semakin memanas setelah Joe Biden mundur dari pilpres 2024. Wakil Presiden Kamala Harris kini digadang-gadang bakal menggantikan Biden sebagai wakil Demokrat untuk pilpres 2024.
Polling Reuters menunjukkan Kamala membuka keunggulan tipis 2% atas kandidat dari Parti Republik Donald Trump setelah Presiden Joe Biden mengakhiri kampanye pencalonannya dan memberikan tongkat estafet kepada Kamala.
Jajak pendapat baru yang dilakukan pada Senin dan Selasa mengikuti Konvensi Nasional Partai Republik di mana Trump secara resmi menerima nominasi pada Kamis, serta pengumuman Biden pada hari Minggu pekan laluu bahwa dia meninggalkan perlombaan dan mendukung Kamala.
Kamala dalam kampanyenya menyatakan bahwa dia telah mengamankan nominasi Demokrat, memimpin Trump dengan skor 44% berbanding 42% dalam jajak pendapat nasional, perbedaan ini berada dalam margin kesalahan sebesar 3%.
Kamala dan Trump berada pada posisi imbang 44% dalam jajak pendapat tanggal 15-16 Juli, dan Trump memimpin dengan selisih 1% dalam jajak pendapat tanggal 1-2 Juli.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis data indeks keyakinan konsumen Korea Selatan periode Juli 2024 (04:00 WIB),
- Rilis data flash reading PMI manufaktur Australia periode Juli 2024 (06:00 WIB),
- Rilis data flash reading PMI manufaktur Jepang periode Juli 2024 (07:30 WIB),
- Rilis data flash reading PMI manufaktur Uni Eropa versi HCOB periode Juli 2024 (15:30 WIB),
- Rilis data flash reading PMI manufaktur Inggris versi S&P Global periode Juli 2024 (07:30 WIB),
- Rilis data flash reading PMI manufaktur Amerika Serikat versi S&P Global periode Juli 2024 (20:45 WIB),
- Rilis data penjualan rumah baru Amerika Serikat periode Juni 2024 (21:00 WIB),
- Rilis data persediaan minyak mentah EIA periode pekan yang berakhir 19 Juli 2024 (21:30 WIB).
- ²©²ÊÍøÕ¾ menggelar Coffee Morning Energy dengan tajuk "Dilema Subsidi Energi RI di Tengah Lesunya Daya Beli Warga (08.00 WIB)
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
- Siaran pers paparan kinerja keuangan semester I-2024 PT Bank Central Asia Tbk (16:00 WIB),
- Siaran pers paparan kinerja keuangan semester I-2024 PT Unilever Indonesia Tbk (17:20 WIB).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
[email protected]