
Tok! The Fed Tahan Suku Bunga, Beri Sinyal Penurunan Rate di September

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%. Namun, The Fed memberi sinyal kuat akan memangkas suku bunga pada pertemuan September mendatang.
The Fed kembali menahan suku bunga selama delapan pertemuan beruntun setelah berakhirnya rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (1/8/2024).
The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September, November, Desember 2023, Januari 2024, Maret 2024, Mei 2024, Juni 2024, dan Juli/ Agustus 2024.
Berbeda dengan rapat FOMC sebelumnya, The Fed pada rapat bulan ini lebih memberi sinyal jelas soal pemangkasan suku bunga mulai September mendatang. Dalam pernyataannya, The Fed menjelaskan jika inflasi kini sudah mengarah kepada target sasaran mereka di kisaran 2%.
"Dalam beberapa bulan terakhir ada kemajuan lebih lanjut menuju target inflasi 2%. Jika syarat tersebut terpenuhi, kebijakan pemangkasan suku bunga bisa menjadi opsi pada pertemuan berikutnya di September," kata ChairmanThe Fed Jerome Powell dalam konferensi pers usai rapat FOMC, dikutip dari ²©²ÊÍøÕ¾ International.
Pemangkasan suku bunga diperkirakan sebesar 25 bps. Powell menegaskan pemangkasan suku bunga sebesar 50 bps belum ada dalam bayangan The Fed.
"Saya tidak ingin menjelaskan terlalu spesifik soal apa yang akan kami lakukan, tetapi itu (pemangkasan 50 bps) bukan sesuatu yang kami pertimbangkan saat ini," katanya.
Powell mengatakan kondisi ekonomi AS sudah berbeda jauh dengan setahun yang lalu. Inflasi kini sudah melandai sementara tingkat pengangguran sudah meningkat. Klaim tunjangan pengangguran juga menunjukkan warga AS tetap menganggur lebih lama.
Sebagai catatan, inflasi AS mencapai 3% (year on year/yoy) pada Juli 2024, jauh lebih rendah dibandingkan Agustus 2023 yang masih bercokol di angka 3,7% (yoy).
Tingkat pengangguran mencapai 4,1% pada Juni 2024, meningkat dibandingkan 3,8% pada Agustus 2023.
"Data inflasi pada kuartal II (2024) menambah keyakinan kami dan data yang lebih baik baik lakan semakin memperkuat keyakinan tersebut," kata Powell.
Kendati inflasi dan tingkat pengangguran sudah bergerak ke arah yang diinginkan The Fed, Powell mengingatkan masih ada risiko yang mengancam.
"Komite akan dengan hati-hati menilai data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko," ujarnya.
Powell Bantah Isu Politik
Powell mengingatkan kalaupun suku bunga memang dipangkas pada September mendatang maka hal itu tidak ada kaitannya dengan pemilihan umum presiden (pilpres) AS. Dia mengatakan The Fed akan mengambil keputusan berdasarkan data yang berkembang.
Sebagai catatan, The Fed akan menggelar rapat kembali pada 16-17 September 2024. Rapat tersebut akan menjadi yang terakhir sebelum pilpres AS digelar pada 5 November mendatang. Pertemuan FOMC setelah September baru akan digelar pada 6-7 November 2024.
Jika The Fed memangkas suku bunga pada September, pasar dan pelaku bisnis bisa melihatnya seolah-olah The Fed membantu Partai Demokrat dalam pilpres. Pemangkasan suku bunga akan membantu keuangan warga AS tepat sebelum menuju tempat pemungutan suara.
Sebaliknya, jika Fed menunggu hingga pertemuan November, yang berlangsung hanya sehari setelah pilpres maka pemangkasan terlihat seperti memberi amunisi kepada Partai Republik dengan pelonggaran kebijakannya.
"Kami tidak pernah menggunakan alat kebijakan yang kami miliki untuk mendukung atau menentang partai politik, seorang politisi, atau hasil politik apa pun," kata Powell.
Dia juga mengatakan bahwa kebijakan atau proyeksi ekonomi bank sentral tidak mempertimbangkan siapa yang memenangkan kursi kepresidenan.
"Kami tidak akan pernah membuat keputusan kebijakan berdasarkan hasil pemilihan yang belum terjadi. Itu akan menjadi batas dan tidak akan pernah kami lampaui," tegasnya.
Pada pertemuan FOMC sebelumnya di Juni, The Fed memberikan pembaharuan atau update mengenai proyeksi ekonomi mereka. The Fed memperkirakan inflasi inti pengeluaran pribadi warga AS atau PCE akan mencapai 2,5-2,9% pada akhir tahun ini, lebih tinggi dibandingkan proyeksi pada Maret yakni 2,3-2,7%.
Pertumbuhan ekonomi AS pada 2024 direvisi ke bawah menjadi 1,9-2,3% untuk 2024, dari 2,0-2,4% pada proyeksi Maret.
Angka pengangguran diperkirakan ada di 4,0-4,1% pada 2024, lebih tinggi dibandinga proyeksi Maret yakni 3,9-4,1%.
Reaksi Pasar
Bursa saham AS, Wall Street, langsung melonjak setelah keputusan The Fed. Tader juga kembali memborong saham teknologi seiring dengan lonjakan harga saham chip.
S&P 500 melonjak 1,58% dan ditutup di 5.522,30, sementara Nasdaq Composite meroket 2,64% menjadi 17.599,40. Ini adalah penutupan terbaik sejak Februari untuk kedua indeks tersebut. Dow Jones Industrial Average naik 0,24% ke posisi 40.842,79.
Dow Jones sempat terbang 1,1%. S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik hingga 2,1% dan 3,2% sebelum memangkas kenaikan tersebut.
Greg McBride, kepala analis keuangan di Bankrate, mengatakan sinyal pemangkasan suku bunga pada September adalah hal baik. Namun, dia mengingatkan pasar agar tidak terlalu optimis pada langkah The Fed berikutnya. Dia juga mengatakan jika dampak pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps kemungkinan tidak akan signifikan kepada masyarakat. Pasalnya, kenaikan suku bunga sudah terlalu tinggi.
"Suku bunga naik dengan cepat, tetapi akan turun dengan perlahan," kata Greg, kepada CNN Business.
Scott Wren, kepala strategi pasar global senior di Wells Fargo Investment Institut, juga mengatakan jika pasar sebaiknya menjaga ekspektasi mereka mengenai pemotongan suku bunga pada 2025.
"Pasar sekarang memiliki kebiasaan menjadi terlalu optimis terkait pemotongan suku bunga. Kami mencurigai bahwa pasar saat ini terlalu optimis." Ujar Scott, kepada ²©²ÊÍøÕ¾ International.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONSIA RESEARCH
(mae/mae)