²©²ÊÍøÕ¾

Ambruk! Terburuk dalam 3 Tahun, PMI Manufaktur RI ke Zona Merah

mae, ²©²ÊÍøÕ¾
01 August 2024 08:34
Presiden Joko Widodo meluncurkan mobil listrik pertama yang dirakit di Indonesia dalam kunjungan kerjanya ke pabrik PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, pada Rabu, 16 Maret 2022. (Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo meluncurkan mobil listrik pertama yang dirakit di Indonesia dalam kunjungan kerjanya ke pabrik PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, pada Rabu, 16 Maret 2022. (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾-ÌýAktivitas manufaktur Indonesia mengalami kontraksi pada Juli 2024. Ini adalah kontraksi pertama sejak Agustus 2021 atau hampir tiga tahun terakhir.

Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini, Kamis (1/8/2024) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia jatuh dan terkontraksi ke 49,3 pada Juli 2024. PMI Manufaktur Indonesia terus memburuk dan turun selama empat bulan terakhir. PMI anjlok dari 54,2 pada Maret 2024 menjadi 49,3 pada Juli 2024.

Puncaknya adalah konrtraksi pada Juli 2024 setelah PMI manufaktur Indonesia ada dalam fase ekspansif selama 34 bulan sebelumnya.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi atau berada di zona negatif.

Paul Smith, Direktur Ekonomi di S&P Global Market Intelligence, menjelaskan PMI mengalami kontraksi karena penurunan permintaan.

"Pesanan baru dan produksi turun untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun. Karena itu, para produsen bersikap hati-hati, dengan aktivitas pembelian sedikit dikurangi dan pekerjaan turun pada tingkat tercepat sejak September 2021," tutur Paul, dikutip dari situs resminya.

S&P menjelaskan menurunnya permintaan disebabkan oleh lesunya pasar. Kondisi ini membuat penjualan turun untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun.  Ekspor menurun meskipun dalam skala yang lebih kecil. Adanya keterlambatan dalam pengiriman juga ikut menekan ekspor.

Kendala dari sisi pasokan juga membatasi perusahaan dalam meningkatkan output dan membuat keterlambatan pengiriman. Waktu tunggu rata-rata yang semakin panjang akibat tantangan pengiriman lewat jalur laut juga terus terjadi.  Data survei terbaru menunjukkan bahwa waktu tunggu rata-rata kini lebih lama. Ini adalah kali pertama situasi tersebut terjadi dalam tiga bulan terakhir.

"Salah satu yang membuat waktu tunggu lebih lama dan pengiriman lebih panjang adalah karena situasi di Laut Merah" tulis S&P dalam laporannya.

Seperti diketahui, kondisi di Laut Merah dalam bahaya dan menegangkan karena serangan kelompok Houthi.

Dia menambahkan adanya kendala dari sisi pasokan menambah kesulitan perusahaan. 

PHK Terus Terjadi

Data S&P menunjukkan perusahaan memilih untuk mengurangi jumlah staf untuk ketiga kalinya dalam empat bulan terakhir. 

"Produsen memilih untuk mengurangi aktivitas pembelian mereka pada Juli. Kondisi ini adalah yang pertama sejak Agustus 2021. Jumlah pekerja juga dipangkas dengan angka pengurangan yang terbesar dalam hampir tiga tahun. Ada banyak laporan tentang tidak diperpanjangnya kontrak karyawan yang sudah habis masa berlakunya," ujar S&P.

Namun, perusahaan masih optimis ada kenaikan output ke depan. Inflasi input pada barang melandai tetapi biaya output meningkat.

"Ada harapan bahwa PMI Manufaktur akan kembali naik karena perusahaan berada pada tingkat kepercayaan tertinggi sejak Februari. Ada harapan bahwa penjualan dan kondisi pasar akan membaik selama tahun mendatang," jelas Paul.

Inflasi input barang melandai pada Juli meskipun tetap tinggi karena harga bahan baku naik. Harga bahan mentah juga diperburuk dengan pelemahan nilai tukar. Untuk mengantisipasi hal tersebut, produsen merespons dengan menaikkan biaya mereka sendiri ke tingkat tertinggi dalam tiga bulan.

Kendati situasinya memburuk, pengusaha masih optimis dalam melihat ekonomi 12 bulan mendatang. Optimisme bahkan menjadi yang tertinggi sejak Februari.

"Pelaku usaha dan perusahaan percaya akan adanya perbaikan dalam volume penjualan dan penguatan kondisi pasar selama tahun depan," ujarnya.

²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation