
Fenomena Baru: Pasar Emas Mirip Kapal Penuh Penumpang, Semua Mau Beli

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾- Harga emas kembali menguat, meski berada sedikit di bawah puncak tertinggi sepanjang masa. Logam mulia ini naik meskipun menghadapi penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Topangan kuat dari China membuat emas kembali perkasa.
Merujuk data Refinitif, harga emas ditutup di posisi US$ 2.521,18 per troy ons pada perdagangan Kamis (29/8/2024). Harganya melonjak 0,77%. Penguatan ini berbanding terbalik dengan pelemahan 0,88% pada hari sebelumnya.
Harga emas melandai lagi hari ini. Pada Jumat (30/8/2024) pukul 06.20 WIB, harga emas melandai tipis 0,02% ke US$ 2.520,69 per troy ons.
Harga emas sempat mencapai puncak tertinggi pada Selasa (27/8/2024) di US$ 2.524 per troy ons, meskipun sempat menurun, tren jangka panjang masih menunjukkan kekuatan harga.
Penguatan dolar AS dan imbal hasil US Treasury yang tinggi telah menjadi tantangan bagi harga emas. Pada penutupan perdagangan kemarin, indeks dolar menguat ke 101,343 dari 101,094 pada hari sebelumnya. Imbal hasil US Treasury 10 tahun menguat ke 3,84% atau tertinggi sejak 19 Agustus 2024.
Kenaikan nilai dolar membuat emas lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, sehingga mengurangi minat beli. Selain itu, emas tidak memberikan imbal hasil, membuatnya kurang menarik dibandingkan dengan obligasi saat imbal hasil Treasury meningkat.
Dolar dan imbal hasil menguat setelah data ekonomi AS menunjukkan perbaikan. Pertumbuhan ekonomi AS berdasarkan revisi terbaru ada di angka 3,0% (year on year/yoy) pada kuartal II-2024, naik dari 2,8% pada proyeksi sebelumnya.
Sementara itu, klaim pengangguran juga menurun menjadi 231.000 pada pekan yang berakhir pada 24 Agustus 2024, turun dari 233.000 pada pekan sebelumnya.Â
Perbaikan dua indikator ini menunjukkan ekonomi AS masih kencang sehingga inflasi bisa kembali panas.
Kendati indikator ekonomi AS berlari kencang, harga emas tetap melesat karena dibantu faktor positif dari China. Data World Gold Council (WGC) menunjukkan bahwa impor emas bersih China meningkat sebesar 17% pada Juli, atau menjadi kenaikan sejak Maret.
Permintaan emas di China diperkirakan akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang seiring dengan penyesuaian konsumen terhadap harga yang lebih tinggi, menurut pejabat industri, dengan ketidakpastian ekonomi dan kekhawatiran tentang kelemahan mata uang mendorong aliran investasi.
Kebangkitan permintaan di negara konsumen terbesar dunia dari logam mulia ini dapat lebih mendukung lonjakan harga emas global, yang mencapai rekor tertinggi minggu lalu.
"Pembeli China sedang menyesuaikan diri dengan harga yang lebih tinggi. Pada Juli, mereka memilih menunggu tetapi baru-baru ini, permintaan investasi telah meningkat lagi. Diskon semakin menyusut seiring dengan meningkatnya permintaan," kata seorang trader kepada Financial Express.
Sejumlah analisis memperkirakan harga emas bisa terkoreksi karena sudah terlalu tinggi. Daniel Ghali, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, mengklaim perdagangan kontrak panjang untuk emas kini sudah terlalu ramai.
"Risiko penurunan kini lebih kuat. Kapal ini penuh sesak. Bahkan, belum pernah semeriah ini sebelumnya. Apakah Anda sudah mendapatkan slot di sekoci?" tutur Daniel, kepada Reuters.
Dalam hitungannya, entry emas kini ada di $2.533 per troy ons, target di $2,300, dan stop loss di $2,675.
Pendapat berbeda disampaikan analis pasar utama di Gainesville Coins, Everett Millman. Menurutnya, emas masih berpotensi naik dengan cepat.
"Pasar tampaknya sudah memperhitungkan pemotongan suku bunga apapun, dan sekarang tinggal pertanyaan tentang besaran pemotongan. Ekspektasi saya saat ini adalah setidaknya hingga kita sampai pada pertemuan Fed berikutnya, pasar emas kemungkinan akan bergerak sideway tetapi tampaknya ada dukungan kuat karena geopolitik." tuturnya.
Di Timur Tengah, pertempuran berlanjut di Jalur Gaza antara Israel dan militan Hamas. Pembicaraan yang dimediasi secara internasional untuk mengakhiri konflik terus berlanjut, dengan Hamas dan Israel saling menyalahkan atas kurangnya kemajuan.
Hari ini, pelaku emas menunggu data pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) untuk Juli 2024, ukuran inflasi yang menjadi pertimbangan utama Fed, dirilis. Para ekonom memperkirakan inflasi inti PCE akan naik menjadi 2,7% (yoy) pada Juli dari 2,6% pada Juni YoY .
Inflasi yang lebih tinggi akan melemahkan emas karena menunjukkan bahwa Fed perlu menjaga suku bunga tetap tinggi lebih lama; sebaliknya, hasil yang lebih rendah dari yang diharapkan akan berdampak positif bagi harga emas.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
[email protected]