²©²ÊÍøÕ¾

Newsletter

Ekonomi AS Tumbuh Perkasa, Pesta Pasar Keuangan RI Bisa Berlanjut

Robertus Andrianto, ²©²ÊÍøÕ¾
Jumat, 30/08/2024 05:57 WIB
Foto: Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/8/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pasar keuangan Indonesia tengah diliputi rasa optimisme di kalangan investor. Hal ini tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah yang kompak mencapai posisi rekor baru,

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi pada perdagangan Kamis (29/8/2024), setelah sempat mencetak rekor tertinggi intraday di level psikologis 7.700.

IHSG ditutup melemah 0,41% ke posisi 7.627,6 setelah sempat menyentuh level psikologis 7.700, IHSG pun terkoreksi kembali ke level psikologis 7.600.

Nilai transaksi indeks sangat ramai yakni mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan melibatkan 17 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 264 saham naik, 317 saham turun, dan 206 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor bahan baku menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan yakni mencapai 1,38%.

Sementara dari sisi saham, emiten perbankan yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi penekan terbesar IHSG yakni mencapai 11,7 indeks poin.

Selain BMRI, adapula emiten pertambangan batu bara yang kemarin sempat menghebohkan pelaku pasar karena adanya transaksi crossing jumbo yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN), yang membebani IHSG sebesar 8,3 indeks poin.

Di sisi lain, rmenguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,06% di angka Rp15.410/US$ pada Kamis (29/8/2024). Hal ini sejalan dengan penutupan perdagangan kemarin (28/8/2024) yang terapresiasi 0,45%.

Lebih lanjut, posisi ini juga merupakan yang terkuat sejak akhir Desember 2023 atau sekitar delapan bulan lalu.

Penantian pelaku pasar menjadi hal yang mendorong pergerakan rupiah dan IHSG yakni data pertumbuhan ekonomi AS estimasi kedua untuk kuartal II-2024 pada malam hari nanti.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan produk domestik bruto (PDB) perkiraan kedua AS pada kuartal II-2024 akan tumbuh 2,8%, sama seperti perkiraan awal yang diumumkan pada Juli.

Setiap perubahan dapat memengaruhi ekspektasi terhadap langkah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) berikutnya, meski The Fed sudah mengindikasikan akan memangkas suku bunga acuannya mengingat waktunya telah tiba.

Revisi ini juga akan sangat penting untuk menilai ketahanan ekonomi AS dalam menghadapi potensi penurunan suku bunga.

Hingga saat ini, survei CME FedWatch Tool menunjukkan 65,5% pelaku pasar berekspektasi terjadi penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin (bps), Sementara 34,5% sisanya justru berekspektasi terjadi penurunan suku bunga yang lebih besar yakni 50 bps.

Lebih lanjut pemangkasan pada September diperkirakan tidak akan terjadi sekali pada sisa akhir tahun ini. Namun juga akan diikuti pemangkasan pada November dan Desember. Masing-masing 25 basis poin dan 50 basis poin. Sehingga pada akhir tahun diperkirakan suku bunga The Fed akan berada di target 4,25% hingga 4,5% atau turun sebesar 100 basis poin.

Jika hal ini benar-benar terjadi, maka rupiah dapat lebih perkasa di hadapan dolar AS mengingat DXY berpotensi turun lebih dalam.


(ras/ras)
Pages

e:banner stickystaticbanner -->