
Terkuak! Ini Makna Jubah Serba Putih yang Dipakai Paus Fransiskus

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Pakaian Paus bukan hanya sekadar busana, tetapi juga simbol dari kekuasaan spiritual dan tradisi Gereja Katolik Roma. Setiap elemen dari pakaian Paus memiliki makna mendalam yang mencerminkan sejarah, kewenangan, dan peranannya dalam gereja.
Paus mengenakan zucchetto, yaitu topi putih kecil berwarna putih yang selalu dipakai. Sebagai catatan, topi putih kecil atau ³ú³Ü³¦³¦³ó±ð³Ù´ÇÌýini hanya Paus yang bisa mengenakannya. Paus juga menggunakanÌý²õ´Ç³Ü³Ù²¹²Ô±ð atau cassock, yaitu jubah panjang dengan berbagai aksesori seperti Mozzetta (jubah putih) dan Oversleeves.Ìý
![]() Paus mengenakan Zuchetto, Mozzeta dan Oversleeves. Beserta Pectoral Cross. |
Tradisi jubah putih untuk Paus dimaknai sebagai simbol-simbol kasih sayang, kepolosan dan kemurnian Kristus. Menurut berbagai sumber, tradisi jubah putih ini dimulai sejak masa kepemimpinan Paus Pius V pada abad ke 16.
Kemudian, penambahan pectoral cross di lehernya menunjukkan kekuatan spiritual dan pengabdian kepada Tuhan.Ìý
Paus Fransiskus juga terlihat acap kali memakai kalung salib yang menggambarkan Yesus sedang menggendong seekor domba. Salib dada yang dikenakan Paus Fransiskus lebih sederhana dengan bahan yang terbuat dari perak, bukan emas atau perhiasan.
Sementara itu, cincin nelayan yang dikenakannya merujuk pada Santo Petrus dan memiliki fungsi tradisional sebagai alat untuk menandatangani dokumen resmi.Ìý
![]() Cincin Nelayan yang Dikenakan Paus |
Sebagai informasi Santo Petrus adalah salah satu murid Yesus yang dahulu adalah seorang nelayan. Kemudian ditunjuk Yesus menjadi muridnya dalam pelayanan dan menjadi Paus pertama.
Pakaian Paus pada saat misa juga memiliki simbolisme khusus. Miter, penutup kepala berbentuk kerucut yang dikenakan selama upacara publik, serta alb, jubah putih yang melambangkan kesucian dan kasih karunia, adalah contoh dari ornamen liturgis yang menekankan peran Paus sebagai pemimpin rohani.
![]() Miter, hiasan kepala kain tinggi dan runcing yang terbuat dari linen atau sutra. Sebagai pengganti Tiara yang sudah tidak lagi digunakan. |
Chasuble, jubah luar yang dikenakan di atas alb, menggambarkan kekuasaan pastoral, dengan warna yang berubah sesuai dengan hari-hari liturgi. Selain itu, pallium dan stole juga menandakan otoritas pastoral dan pengajaran.
Pakaian Paus juga mencerminkan perubahan dalam tradisi Gereja Katolik. Triregnum, tiara tiga tingkat yang dahulu dikenakan selama "penobatan" Paus, kini tidak lagi digunakan.
![]() Triregnum Tiara / Papal Tiara |
Keputusan Paus Paulus VI , yang memimpin umat Gereja Katolik pada abad ke-16, untuk meletakkan tiara tersebut di altar dan menjualnya untuk disumbangkan kepada orang miskin menunjukkan pergeseran menuju kesederhanaan dan pelayanan.
Sejak saat itu, tiara tidak lagi menjadi bagian dari upacara resmi gereja, mencerminkan perubahan dalam sikap gereja terhadap simbol kekuasaan material.
Perubahan dan pemilihan pakaian Paus juga menunjukkan dinamika dalam hubungan gereja dengan dunia luar. Mantum, jubah panjang yang sempat jarang dipakai, dihidupkan kembali oleh Paus Benediktus XVI sebagai tanda kekuasaan dan otoritas gereja.
![]() Papal Mantum yang di kenakan Paus Pius VII |
Ini menunjukkan bagaimana simbol-simbol tradisional dapat digunakan untuk menegaskan kembali posisi dan misi gereja dalam konteks modern.
Pakaian Paus lebih dari sekadar serangkaian busana; ia merupakan manifestasi dari tradisi, dan identitas spiritual gereja Katolik Roma. Melalui simbol-simbol ini, Paus tidak hanya meneruskan warisan sejarah tetapi juga menyesuaikan diri dengan perubahan zaman sambil tetap mempertahankan esensi dari perannya sebagai pemimpin rohani.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
[email protected]
