²©²ÊÍøÕ¾

30 Hari Kinerja IHSG di Era Prabowo, Jokowi Hingga SBY: Mana Terburuk?

Susi Setiawati, ²©²ÊÍøÕ¾
22 November 2024 10:20
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (1/4/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
Foto: (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) makin bikin ketar ketir investor. Lantaran, dalam sebulan ini pergerakan IHSG telah anjlok 8,31% dan mendarat di level 7.140,91 pada perdagangan Kamis (21/11/2024).

Ambruknya IHSG disebabkan banyak faktor mulai dari terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS), capital outflow, hingga memburuknya sejumlah indikator dalam negeri seperti melandainya pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Sepanjang November ini, IHSG sudah ambruk 5,71%. Buruknya kinerja IHSG ini menjadi catatan buruk di awal periode kepemimpinan presiden baru Prabowo Subianto.

 Sejak pelantikan Prabowo Subianto Djojohadikusumo dan Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024-2029 pada 20 Oktober 2024, IHSG belum juga mampu kembali di jalur uptrend.

Tercatat sebulan usai pelantikan presiden Prabowo, IHSG justru terperosok 7,3% hingga 19 November 2024, tepat satu bulan Prabowo menjabat sebagai presiden RI.

Jika melihat track record dalam lima pemerintahan RI terakhir, satu bulan pemerintahan Prabowo menjadi pencatatan IHSG terburuk dalam sejarah.

Turunnya IHSG didorong dari penjualan asing yang terus menerus sebulan pemerintahan RI yang baru. Dalam sebulan tercatat net sell asing mencapai Rp15,04 triliun.

Selain itu, memburuknya kondisi ekonomi Indonesia mendorong investor asing kabur dari tanah air.

Data Bank Indonesia menunjukkan net foreign sell telah terjadi selama enam pekan beruntun atau sejak pekan kedua Oktober 2024 dengan total jual neto lebih dari Rp30 triliun.

Sepanjang November ini terdapat data-data ekonomi Indonesia yang menunjukkan performa penurunan sehingga mendorong larinya investor dari pasar keuangan Indonesia.

Tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2024 sebesar 4,95% secara year on year (yoy). Angka tersebut lebih rendah dari periode kuartal II-2024 sebesar 5,05% (yoy).

Selain itu, kabar penahanan suku bunga Bank Indonesia (BI) menjadi kabar yang kurang menyenangkan bagi investor asing.

Dewan gubernur Bank Indonesia kembali memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI Rate pada November 2024 di level 6%. Demikian juga untuk suku bunga deposit facility sebesar 5,25% dan suku bunga lending facility sebesar 6,75%.

Keputusan ini ditempuh sebagai upaya BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global, seusai kembali terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.

Hal-hal tersebut lah yang mendorong kurang bergairahnya pasar keuangan tanah air.


²©²ÊÍøÕ¾ Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation