²©²ÊÍøÕ¾

Newsletter

Dow Jones Pulih Usai Terpuruk 10 Hari Beruntun, IHSG Ikut Bangkit?

Robertus Andrianto, ²©²ÊÍøÕ¾
Jumat, 20/12/2024 05:59 WIB
Foto: Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/8/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)
  • Dow Jones bangkit dari keterpurukan diharapkan menular ke IHSG
  • Tekanan terhadap pasar negara berkembang masih kuat
  • HAri ini ada pengumuman suku bunga bank sentral China

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak melemah pada perdagangan kemarin (20/12/2024) setelah bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve mengumumkan kebijakan moneternya.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup merana pada akhir perdagangan Kamis (19/12/2024).

IHSG ditutup ambruk 1,84% ke posisi 6.977,24. IHSG pun terkoreksi ke level psikologis 6.900, di mana terakhir kali IHSG menyentuh level ini pada perdagangan 27 Juni 2024.

Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 13,6 triliun dengan melibatkan 20,6 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 97 saham menguat, 521 saham melemah, dan 170 saham stagnan.

Tercatat seluruh sektor kembali berada di zona merah hingga koreksinya lebih dari 3%. Adapun sektor bahan baku menjadi yang paling parah yakni mencapai 3,63%.

Sementara dari sisi saham, emiten perbankan raksasa kembali menjadi penekan utama IHSG, dengan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi yang paling besar yakni mencapai 13,4 indeks poin.

Selain itu, ada juga emiten konglomerasi Prajogo Pangestu yakni PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) sebesar 10,1 indeks poin dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sebesar 5,7 indeks poin.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah ambruk di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Kamis (19/12/2024), pelemahan mencapai lebih dari 1%.

Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan rupiah anjlok hingga 1.24% ke level Rp16.285/US$. Pelemahan lebih dari 1% ini adalah yang terdalam sejak 7 Oktober 2024 yakni sebelumnya sebesar 1,26%.

Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi hingga sentuh level Rp16.130/US$ dan terjauh di posisi Rp16,300/US$. Pelemahan ini adalah yang terdalam sejak 30 Juli 2024 dengan sebelumnya berada pada posisi Rp16.295/US$.

Pelemahan pasar saham dan rupiah tidak terlepas dari sentimen global yang didominasi kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) dan lonjakan indeks dolar AS (DXY). Pada perdagangan sebelumnya, DXY melesat 1% ke posisi 108,03, tertinggi sejak November 2022, akibat ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga AS yang lebih konservatif.

The Fed dalam pernyataan terbarunya menyebutkan bahwa pemangkasan suku bunga acuan (Fed Funds Rate) pada 2025 kemungkinan hanya akan terjadi dua kali, lebih rendah dari proyeksi September yang mencapai 100 basis poin (bps).

Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang menegaskan perlunya kehati-hatian dalam penyesuaian kebijakan moneter. Ekspektasi ini memicu penguatan dolar AS dan memberi tekanan pada mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.


(ras/ras)
Pages