²©²ÊÍøÕ¾

Dolar Tembus Rp16.300 Jelang BI Rate, Salah Siapa?

Revo M, ²©²ÊÍøÕ¾
15 January 2025 12:25
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (²©²ÊÍøÕ¾/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (²©²ÊÍøÕ¾/ Muhammad Sabki)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan jelang rilis suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Kekhawatiran pasar menjelang pelantikan Donald Trump, kaburnya investor asing, dan melonjaknya indeks dolar membuat rupiah terpuruk.

Pada hari ini (15/1/2025), BI akan menyampaikan hasil dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang diselenggarakan pada 14-15 Januari 2025.

Konsensus ²©²ÊÍøÕ¾ yang dihimpun dari 15 lembaga/institusi secara absolut memproyeksikan bahwa BI akan kembali menahan suku bunganya di level 6%. Jika hal ini terjadi, maka BI telah menahan suku bunganya selama empat bulan beruntun.

Hal menarik yang dapat dicermati yaitu kondisi nilai tukar mata uang Garuda yang justru mengalami tekanan cukup besar jelang rilisnya BI rate.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah sempat terkoreksi 0,36% ke angka Rp16.318/US$. Posisi ini merupakan yang terendah sejak Juli 2024 atau sekitar enam bulan terakhir.

Data AS Bikin Indeks Dolar Melesat dan Tekan Rupiah

Indeks dolar AS (DXY) menanjak sejak Oktober 2024 hingga pertengahan Januari 2025 yakni dari kisaran 100 hingga sempat menyentuh level 110 atau naik 10% dalam kurun waktu sekitar tiga bulan.

Melambungnya DXY ini tak lepas dari ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang tampak tidak seagresif sebelumnya.

Hal ini terjadi bukan tanpa alasan. Pesimisme pasar terjadi akibat kondisi tenaga kerja AS pada saat itu tampak mengalami kenaikan dengan angka non-farm payroll (NFP) yang sempat melonjak di atas ekspektasi hingga angka laju pengangguran yang lebih rendah.

Di samping itu, kemenangan Donald Trump melawan Kamala Harris dalam pemilu AS juga membuat DXY semakin melambung tinggi karena pasar menilai dengan kemenangan Trump maka inflasi akan semakin sulit ditekan khususnya karena barang impor ke AS yang akan dikenakan tarif lebih tinggi sehingga berujung pada keseluruhan harga barang di AS menjadi lebih mahal.

Ketika inflasi tak dapat ditekan ke level yang lebih rendah dan menemui target The Fed di angka 2%, maka The Fed tampak akan membiarkan suku bunga berada di level yang cukup tinggi di waktu yang lebih lama atau dengan kata lain bahwa pemangkasan suku bunga akan menjadi lebih sulit terjadi.

Hal ini semakin diperparah dengan momen inagurasi Trump pada 20 Januari 2025 mendatang di Gedung Capitol AS. Aparat keamanan tampak terus menjaga dan memperketat keamanan di Washington dan Gedung Capitol AS.

Ada potensi untuk rupiah cukup sulit untuk menguat dalam jangka waktu dekat apalagi dalam beberapa waktu terakhir terpantau terjadi net foreign outflow baik dari Surat Berharga Negara/SBN maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia.

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation