Investor Tunggu Dividen! Ini Prediksi BCA-BNI-BRI-Mandiri Tahun Ini

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Musim laporan keuangan sudah dimulai dan kini pelaku pasar mencermati prospek dividen yang akan dibagikan dari laba yang dihasilakan sepanjang tahun lalu, temasuk ke saham-saham big banks RI.
Paling baru, sudah ada dua big banks yang rilis laporan keuangan 2024 yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Dari BBCA terlebih dahulu, pada sepanjang tahun lalu berhasil mencetak laba sebanyak Rp54,8 triliun, tumbuh 12,7% secara tahunan (yoy).
Capaian laba positif itu membuat Earning per Share (EPS) BBCA menjadi 444,83. Jika dengan asumsi Dividen Payout Ratio (DPR) tahun lalu di kisaran 60%, maka potensi dividen yang akan dibagikan tahun ini untuk tahun buku 2024 bisa mencapai Rp266,89 per lembar.
Namun, perlu dicatat, BBCA sebelumnya sudah membagikan dividen interim pada Desember 2024 lalu sebanyak Rp50 per lembar. Jadi, kemungkinan yang akan dibagikan sisanya sebanyak Rp216,89.
Nilai itu, jika dihitung dari harga saham BBCA di Rp9.225 per lembar, potensi bisa mendapatkan yield sekitar 2,35%.
Berikutnya, ada BBNI, bank yang paling awal merilis kinerja sepanjang 2024. Pada periode itu, bank pita emas ini berhasil mencetak laba senilai Rp21,5 triliun, tumbuh moderat 2,7% yoy.
Pertumbuhan positif laba ini kemudian mengimplikasi EPS naik jadi 575,47 dibandingkan periode tahun sebelumnya sebesar 560,62.
Untuk proyeksi dividen yang potensi dibagi tahun ini, kami menilai DPR menggunakan asumsi target manajemen yang akan menaikkan alokasi dividen menjadi 55% - 60%.
Royke Tumilaar, Direktur Utama BNI memperkirakan rasio pembagian dividen BNI tahun buku 2024 akan berada pada rentang 55% hingga 60%.
"Mungkin sekitar 55% sampai 60%. Kita lihat nanti kebutuhannya ke depan," katanya kepada wartawan di bilangan Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (15/1/2025).
Persentase itu lebih tinggi jika dibandingkan realisasi rasio dividen tahun 2023 sebesar 50% dari total laba bersih atau senilai Rp10,45 triliun.
Namun, Royke juga menegaskan bahwa keputusan akhir terkait besaran dividen berada di meja Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Di sini kami menilai, jika DPR akan berada di rentang tersebut, maka potensi dividen per lembar yang akan didapatkan investor bisa di kisaran Rp316,50 - Rp354,28 dan yield mencapai 6,82% - 7,64%. Perlu dicatat, potensi cuan ini dihitung jika investor beli saham BBNI di harga Rp4.640 per lembar.
Bank pelat merah selanjutnya, ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Sebelumnya, pada Desember lalu, Bank BRI sudah membagikan dividen interim senilai Rp20,46 triliun atau setara Rp135 per lembar..
Jadi, di sini kami akan menghitung sisa dividen yang akan dibagikan final pada tahun ini dari laba tahun buku 2024.
Menggunakan data laba secara TTM, nilai EPS BBRI berada di 403,62 dan asumsi DPR tahun lalu di 80,04%, menghasilkan total dividen per lembar senilai Rp323,05 per lembar.
Dari nilai itu, setelah dikurangi dividen interim yang sudah dibagikan, akan mendapatkan potensi dividen final di Rp188,05. Hasil ini potensi bisa dapat keuntungan sampai 4,55% jika investor membeli saham BBRI di Rp4.120 per lembar.
Terakhir, untuk PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) kami menghitung proyeksi dividen pada tahun berdasarkan target manajemen yang meyakini DPR di 60%.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan "Kita ingin sampaikan selama 5 tahun terakhir BMRI telah membagikan dividen yang baik, di mana dividend payout ratio secara konsisten kita bayarkan 60% [dari laba] dan tentu ke depan kami ingin mempertahankan level tersebut," ungkapnya dalam Public Expose, Selasa (27/8/2024).
Dari porsi itu, kami menghitung berdasarkan EPS secara TTM yang berada di 621,8 akan menghasilkan DPS senilai Rp373,08. Dari nilai ini, potensi keuntungan yang didapatkan mencapai 6,09% dengan harga saham di Rp6.125 per lembar.
Berikut rincian dari perhitungan proyeksi dividen big banks 2024 :
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(tsn/tsn)