²©²ÊÍøÕ¾

Harga Kopi Dunia Ugal-ugalan: Imbas Kiamat Alam Apa Upah Spekulan?

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, ²©²ÊÍøÕ¾
10 February 2025 14:25
Penjualan kopi Nusantara di kawasan Jakarta, Jumat (13/9/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)
Foto: Penjualan kopi Nusantara di kawasan Jakarta, Jumat (13/9/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia- Harga kopi terus melambung, menciptakan sensasi di pasar komoditas. Lonjakan harga kopi yang terus menerus ini juga menimbulkan kekhawatiran sekaligus pertanyaan.

Berdasarkan data Refinitiv, harga kopi kontrak berjangka (KCc2) pada 7 Februari 2025 ditutup di US$396,7 per pon, melonjak tajam dibandingkan awal tahun yang hanya US$322,1 pada 2 Januari 2025. Bahkan, jika ditarik lebih jauh, harga kopi pada 19 November 2024 masih berada di US$281,3, yang berarti kenaikan hampir 41% dalam waktu kurang dari tiga bulan.

Supply Shock, Cuaca Buruk dan Produksi yang Terpukul

Salah satu faktor utama yang mendorong harga kopi adalah gangguan pada sisi pasokan. Cuaca ekstrem menghantam sejumlah negara produsen utama. Brasil, yang menguasai sekitar 40% pasar kopi global, mengalami cuaca kering berkepanjangan, disusul hujan deras yang merusak tanaman. Hal ini memperburuk efek dari frost tahun lalu yang telah memangkas produksi.

Sementara itu, Vietnam, produsen robusta terbesar dunia, melaporkan hasil panen yang lebih rendah akibat badai yang melanda pada akhir 2024. Produksi kopi robusta Vietnam bahkan diprediksi turun hingga 10%, menjadikannya salah satu hasil terendah dalam satu dekade.

Di Amerika Tengah, dampak badai tropis juga terasa di beberapa negara produsen seperti Kosta Rika, yang kehilangan sekitar 15% dari total produksi tahunannya akibat banjir dan tanah longsor. Peristiwa ini tidak hanya mengurangi jumlah kopi yang masuk ke pasar global, tetapi juga mengacaukan rantai pasok karena banyak pabrik pengolahan dan eksportir terdampak.

Permainan Spekulan dan Sentimen Pasar

Lonjakan harga kopi bukan hanya soal fundamental pasokan dan permintaan, tetapi juga dipengaruhi oleh spekulasi pasar. Hedge funds dan investor besar melihat peluang di tengah gangguan produksi, mendorong harga lebih tinggi melalui aksi beli agresif di pasar berjangka.

Harga kontrak kopi di ICE Futures New York, yang dikenal sebagai "C price," bahkan sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah, yaitu US$4,03 per pon. Dengan volatilitas seperti ini, para spekulan semakin aktif, memperbesar fluktuasi harga.

Dinamika ini mencerminkan pola klasik di pasar komoditas, di mana kenaikan harga sering kali diikuti oleh aksi beli spekulatif yang mendorong harga naik lebih tinggi lagi. Akibatnya, pelaku industri seperti roaster dan distributor terpaksa membeli dengan harga lebih mahal, yang akhirnya juga berdampak pada konsumen akhir di kafe atau supermarket.

Dampaknya ke Konsumen, Kopi Makin Mahal?

Dengan kenaikan harga kopi yang signifikan, tidak heran jika harga segelas espresso atau kopi seduh di kafe-kafe juga ikut naik. Beberapa jaringan kafe besar mulai menyesuaikan harga menu mereka untuk mengimbangi lonjakan biaya bahan baku. Di sisi lain, para petani kecil di negara produsen belum tentu merasakan manfaat dari kenaikan harga ini, karena mereka masih bergulat dengan biaya produksi yang meningkat akibat inflasi dan gangguan cuaca.

Apakah harga kopi akan terus naik? Banyak analis memperkirakan bahwa volatilitas masih akan berlanjut dalam beberapa bulan ke depan, terutama jika kondisi cuaca tetap tidak menentu dan aktivitas spekulasi di pasar berjangka terus berlanjut. Bagi pecinta kopi, bersiaplah merogoh kocek lebih dalam untuk menikmati secangkir kopi favorit.

²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia Research

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation