²©²ÊÍøÕ¾

Harga Batu Bara Makin Jatuh, Tarif Trump Jadi Biang Keladi

Susi Setiawati, ²©²ÊÍøÕ¾
16 February 2025 09:15
A man climbs a steep ridge with a basket of coal scavenged from a mine near Dhanbad, an eastern Indian city in Jharkhand state, Friday, Sept. 24, 2021. A 2021 Indian government study found that Jharkhand state -- among the poorest in India and the state with the nation’s largest coal reserves -- is also the most vulnerable Indian state to climate change. Efforts to fight climate change are being held back in part because coal, the biggest single source of climate-changing gases, provides cheap electricity and supports millions of jobs. It's one of the dilemmas facing world leaders gathered in Glasgow, Scotland this week in an attempt to stave off the worst effects of climate change. (AP Photo/Altaf Qadri)
Foto: Seorang pria mendaki punggung bukit yang curam dengan sekeranjang batu bara yang diambil dari tambang dekat Dhanbad, sebuah kota di India timur di negara bagian Jharkhand, Jumat, 24 September 2021. (AP/Altaf Qadri)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga batu bara dunia jatuh semakin dalam. Efek perang dagang yang diciptakan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Trump menimbulkan kekhawatiran akan penurunan permintaan terhadap batu bara ditengah melemahnya impor batu bara dari India maupun China.

Pada perdagangan Jumat (14/2/2025), harga batu bara dunia kembali anjlok 1,13% di level Rp105,10 per ton. Dalam sepekan harga batu bara telah merosot 5,10%. Penurunan tersebut memperpanjang kejatuhan harga batu bara di sepanjang 2025 yang telah jatuh 17,24%.

Harga batu bara makin melemah usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan rencana pengenaan tarif. Keputusan China untuk memperkuat energi batu bara bahkan tidak mampu menolong pasir hitam.

Presiden Donald Trump memerintahkan pemerintahannya untuk mempertimbangkan penerapan tarif timbal balik atau resiprokal pada banyak mitra perdagangan. Trump menganggap sistem tarif saat ini tidak adil bagi AS.

Pada Kamis (13/2/2025), Trump menandatangani memorandum presiden yang merinci rencana besarnya untuk memberlakukan tarif resiprokal atau imbal balik kepada mitra-mitra dagang AS.

Perintah ini akan mengarahkan Perwakilan Perdagangan AS dan Menteri Perdagangan untuk mengusulkan bea masuk baru secara per negara sebagai upaya untuk menyeimbangkan kembali hubungan perdagangan.

Pemberlakuan tarif ini dikhawatirkan bisa menekan perdagangan global dan harga komoditas, termasuk batu bara.

Pemberlakuan tarif juga dikhawatirkan bisa membuat China mengurangi permintaan batu bara dari AS sehingga batu bara AS kemudian membanjiri pasar global dan membuat harga tertekan.

Selain itu, melemahnya permintaan dari India menjadi pemicu utama dari pelemahan batu bara. Dikutip dari Reuters.

Impor batubara termal India diperkirakan akan turun untuk tahun selama dua tahun berturut-turut pada 2025. Impor turun karena penurunan ketergantungan pada batubara untuk pembangkit listrik, melambatnya aktivitas ekonomi, dan stok yang mencapai level tertinggi.

Semua enam pedagang batubara India dan internasional yang diwawancarai Reuters di konferensi Coaltrans India di New Delhi memperkirakan pengiriman batu bara akan menurun tahun ini.

Tiga pedagang memperkirakan impor akan merosot sekitar 10% menjadi sekitar 155 juta ton metrik. Dua lainnya memperkirakan penurunan sebesar 1-2%, sementara seorang pedagang memprediksi penurunan sebesar 7-8%.
Tidak ada pedagang yang ingin diidentifikasi karena mereka tidak berwenang untuk berbicara kepada media.

India adalah importir terbesar batu bara di dunia setelah China sehingga perkembangan di negara tersebut sangat menentukan harga.

Prospek suram India datang setelah China juga menyampaikan kekhawatirannya mengenai kelebihan pasokan batubara global.

Data dari konsultan Bigmint menunjukkan impor batubara pembangkit listrik India turun sekitar 2% menjadi 173 juta ton metrik pada 2024. Impor jeblok karena melonjaknya produksi oleh penambang batubara terbesar di dunia, Coal India (COAL.NS), yang mendorong stok di pembangkit listrik mencapai rekor tertinggi.

Peningkatan produksi oleh Coal India telah membantu India mengurangi ketergantungannya pada impor sebesar 5,5 poin persentase dalam satu dekade menjadi 20,5% pada 2024, menurut data dari perusahaan perdagangan batubara India, I-Energy.

Penurunan impor juga didorong oleh meningkatnya permintaan akan petcoke oleh industri semen, karena pasar yang sensitif terhadap harga lebih memilih alternatif yang lebih murah, menurut data tersebut.


²©²ÊÍøÕ¾ Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation