
Saham Bank Raksasa Mulai Terbang, Dibantu Buyback - Kabar Dividen

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pergerakan perbankan kini mulai berbalik arah. Optimisme investor asing maupun lokal kini sudah mulai kembali ke sektor perbankan. Saham-saham perbankan hari ini kembali sumringah dan melanjutkan kenaikan.
Pada perdagangan sesi I hari ini Selasa (18/2/2025), empat saham perbankan kembali melanjutkan penguatan.
Kenaikan tersebut tentu bukan hanya kembalinya investor asing. Tetapi terdapat beberapa sentimen positif di saham perbankan yang berhasil mendorong kinerja harga saham perbankan.
Kinerja Keuangan
Pertumbuhan kinerja yang solid menjadi landasan bertahannya saham perbankan untuk tidak turun lebih jauh sebelumnya. Dengan Non Performing Loan (NPL) yang masih terjaga dan pertumbuhan kredit yang baik membuat investor lokal terus melakukan aksi beli di tengah penurunan tajam saham perbankan sebelumnya.
Aksi Korporasi
Tiga saham perbankan plat merah kompak mengumumkan aksi korporasi berupa aksi buyback saham. Aksi buyback saham tentu saja mendorong optimisme para investor bahwa perseroan masih yakin atas pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan ke depan.
Bank BRI
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berencana melakukan pembelian kembali saham Perseroan (buyback) dengan nilai sebesar-besarnya Rp 3 triliun.
Manajemen memaparkan, perseroan telah melaksanakan buyback dalam rangka program kepemilikan saham pekerja, dan/atau Direksi dan Dewan Komisaris sejak tahun 2015.
Program tersebut merupakan bagian dari upaya Perseroan untuk mendorong engagement pekerja terhadap keberlanjutan peningkatan kinerja Perusahaan dalam jangka panjang.
"Pada tahun 2015 dan 2020, Perseroan telah melaksanakan buyback dengan berpedoman pada Peraturan OJK No.2/POJK.04/2013 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan Oleh Emiten atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar yang Berfluktuasi Secara Signifikan. Selanjutnya, pada tahun 2022 dan 2023 Perseroan melaksanakan kembali Buyback dengan berpedoman pada Peraturan OJK No.30/POJK.04/2017 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan Oleh Perusahaan Terbuka," tulis manajemen dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, dikutip Selasa (11/2/2025).
Perseroan telah mengalihkan seluruh saham hasil buyback (treasury stock) tahun 2015 dan 2020, serta telah mengalihkan sebagian treasury stock tahun 2022 untuk program kepemilikan saham.
Pada tahun ini, perseroan berencana melaksanakan kembali buyback (buyback 2025) berpedoman pada POJK 29/2023 yang akan dimintakan persetujuan pada RUPS tahunan tahun 2025. "Treasury Stock hasil Buyback 2025 akan direalisasikan sebagai keberlanjutan program kepemilikan saham," imbuhnya.
Batas waktu pengalihan treasury stock, yaitu paling lama 3 tahun setelah buyback selesai dilaksanakan dan dapat diperpanjang sesuai dengan POJK 29/2023. Jumlah saham yang akan dialihkan untuk program kepemilikan saham sebanyak-banyaknya sebesar realisasi jumlah saham yang diperoleh dari buyback 2025.
Perkiraan jumlah nilai buyback 2025 sebesar-sebesarnya Rp 3 triliun yang berasal dari kas internal perseroan sesuai peraturan yang berlaku. Perkiraan nilai buyback belum termasuk biaya-biaya (komisi perantara pedagang efek dan biaya lainnya) yang diperkirakan sebanyak-banyaknya sebesar 0,22% dari perkiraan nilai buyback.
Berdasarkan sumber dana yang digunakan, maka aset dan ekuitas diperkirakan akan menurun sebesar- besarnya sejumlah perkiraan nilai buyback ditambah Perkiraan biaya buyback.
Pelaksanaan buyback 2025 tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan, ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan.
Adapun jadwal pelaksanaan buyback sebagai berikut:
Tanggal Pemberitahuan kepada OJK dan Bursa Efek tentang Rencana Buyback dan Pengumuman Keterbukaan Informasi: 31 Januari 2025
Perkiraan Tanggal RUPS Tahunan Tahun 2025: 11 Maret 2025
Perkiraan Periode Buyback: 12 Maret 2025 - 11 Maret 2026
Bank BNI
Bank pelat merah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) meningkatkan nilai rencana pembelian kembali saham atau buyback, menjadi sebanyak-banyaknya Rp1,5 triliun atau maksimum 10% dari total modal disetor.
Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengatakan meskipun dalam sepuluh bulan pertama tahun 2024 bank pelat merah itu berkinerja baik secara tahunan (yoy), saham BBNI terus mengalami tekanan pada akhir tahun lalu.
Terutama dengan adanya sentimen negatif setelah hasil pemilu di Amerika pada bulan November 2024, yang memberikan tekanan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Lantas, rencana buyback akan dibahas dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) BNI tanggal 26 Maret 2025 mendatang. Periode pelaksanaan buyback dilakukan dalam waktu paling lama 12 bulan sejak disetujuinya rencana Buyback oleh RUPST.
Bank Mandiri
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mengumumkan rencana pembelian kembali saham (buyback) perusahaan senilai RP 1,17 triliun. Aksi korporasi tersebut masih akan menunggu keputusan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mendatang.
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen perusahaan mengungkapkan Bank Mandiri memiliki rencana untuk melakukan Buyback Perseroan yang telah dikeluarkan dan tercatat di BEI beserta rencana pengalihan saham hasil Buyback sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 Tahun 2023.
Lebih lanjut, perusahaan menyebut buyback dapat dilakukan melalui Bursa Efek maupun di luar Bursa Efek, baik secara bertahap maupun sekaligus, dan diselesaikan paling lambat 12 bulan setelah tanggal RUPS yang menyetujui Buyback.
"Pelaksanaan Buyback akan memperhatikan kondisi likuiditas dan permodalan Perseroan, serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perseroan tidak melakukan Buyback jika akan mengakibatkan berkurangnya jumlah saham pada suatu tingkat tertentu yang dapat mengurangi secara signifikan likuiditas saham di Bursa Efek," ungkap perseroan.
Bank Mandiri akan melakukan RUPS pada 25 Maret 2025, yang berarti apabila disetujui program buyback akan berlangsung dari tangga 26 Maret 2025 hingga 25 Maret 2026.
Manajemen BMRI mengatakan melalui program Buyback ini, perusahaan bertujuan untuk memperkuat keyakinan terhadap nilai jangka panjang dan prospek yang dimiliki Perseroan.
Langkah ini diambil sebagai upaya untuk menjaga keharmonisan antara kondisi pasar dan fundamental Perseroan, serta menjaga kepercayaan para pemangku kepentingan dalam usaha Perseroan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.
Lebih lanjut, tujuan lain dari Buyback adalah pengalihan saham hasil Buyback untuk pelaksanaan program kepemilikan saham bagi pegawai dalam rangka mendorong engagement terhadap keberlanjutan peningkatan kinerja Perseroan dalam jangka panjang.
Adapun sumber pendanaan Buyback berasal dari optimalisasi kas Perseroan dan telah memenuhi ketentuan POJK 29/2023.
Sinyal Dividen Jumbo
Presiden RI Prabowo Subianto menyampaikan dividen dari perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencapai Rp 300 triliun pada 2025. Jumlah tersebut berdasarkan laporan dari Menteri BUMN Erick Thohir.
Dividen jumbo BUMN akan menjadi salah satu sumber penghematan baru dari pemerintahan Prabowo. Prabowo menegaskan pemerintah akan mengambil Rp200 triliun dari setoran BUMN tersebut. Sementara sisanya sebesar Rp100 triliun akan dikembalikan dalam bentuk penyertaan modal negara (PMN).
Adapun sejumlah perusahaan pelat merah tercatat di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan BUMN tersebut memiliki ragam sektor bisnis.
Sementara itu, beberapa di antaranya telah memberikan sinyal dividen jumbo. Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa rasio pembagian dividen tahun buku 2024 bank pelat merah itu diharapkan berada di kisaran 80% hingga 85%.
Menurutnya, BRI memiliki permodalan yang sangat lebih dari cukup untuk membagikan dividen jumbo. Posisi rasio kecukupan modal (CAR) bank di level 26%.
Terpisah, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar memperkirakan rasio pembagian dividen dari laba tahun buku 2024 akan berada pada rentang 55% hingga 60%.
Persentase itu lebih tinggi jika dibandingkan realisasi rasio dividen tahun 2023 sebesar 50% dari total laba bersih atau senilai Rp10,45 triliun. Namun, Royke juga menegaskan bahwa keputusan akhir terkait besaran dividen berada di meja RUPS.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan bahwa dividend payout ratio atau rasio dividen dalam 5 tahun terakhir dijaga pada level 60%. "Ini sesuai arahan Kementerian BUMN sebagai pemegang saham utama," katanya.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi juga mengatakan bahwa setidaknya rasio dividen dari laba tahun buku 2024 akan serupa dengan dividen laba tahun buku 2023. "Nggak ada perubahan. Kinerja Mandiri bagus, jadi paling tidak sama dengan tahun lalu untuk rasionya," ujarnya.
Tiga kabar gembira tersebut menjadi sentimen kuat untuk pergerakan saham-saham perbankan big caps menuju trend bullish.
Sanggahan: Artikel rekomendasi saham ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)