Selengkapnya mengenai proyeksi sentimen hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)Ìý pada perdagangan kemarin lanjut menghijau sebesar 1,11% menjadi 6,381.67. Penguatan ini menandai apresiasi selama dua hari beruntun setelah indeks pasar sahan RI ini terjatuh signifikan sampai kena trading halt pada Selasa.
Ada 16,66 miliar lembar saham yang terlibat dan ditransaksikan lebih dari 1,10 juta kali. Dari nilai itu, tercatat nilai transaksi sepanjang hari kemarin mencapai Rp11,22 triliun. Adapun 299 saham menguat, 272 saham melemah, sementara sisanya 233 saham stagnan.
Sebanyak delapan indeks sektoral mengalami penguatan, mendorong kenaikan IHSG, sementara tiga sektor lainnya berada di zona merah.
Sektor teknologi mencatatkan kenaikan tertinggi dengan lonjakan 9,84%, diikuti oleh sektor barang baku yang meningkat 2,49%, serta sektor transportasi yang naik 1,89%.
Di sisi lain, beberapa sektor mengalami pelemahan, yaitu sektor keuangan yang turun 0,95%, sektor barang konsumen primer yang melemah 0,62%, serta sektor properti yang mengalami penurunan sebesar 0,11%.
Pemulihan IHSG juga terjadi seiring dengan ketidakpastian pasar yang mulai mereda setelah pasar pricing in hasil keputusan Bank Indonesia dan The Fed yang menahan suku bunga.
Ditambah, pasar menantikan sederet emiten akan melakukan buyback untuk menahan penurunan harga saham dan meningkatkan kepercayaan investor kembali.
Sebagaimana diketahui, pada kemarin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan keputusan mengizinkan emiten untuk buyback saham mereka tanpa harus melakukan RUPS.
Dari pasar nilai tukar juga terpantau menguat, dengan rupiah terkerek naik 0,30% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke posisi Rp16.470/US$.
Penguatan hari ini berbanding terbalik dengan pelemahan yang terjadi sehari sebelumnya sebesar 0,61%. Hal ini seiring dengan tekanan indeks dolar AS (DXY) yang mulai melemah tipis 0,18% kembali ke posisi 103,63 pada perdagangan kemarin per pukul 14.45 WIB.
Penguatan rupiah ini seiring dengan kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga lagi pada bulan ini.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan pada level 5,75%. Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga tekanan inflasi sesuai target pada tahun ini dan tahun depan sebesar 2,5% plus minus 1%, mempertahankan stabilitas kurs, serta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai perkiraan di kisaran 4,7%-5,5% pada 2025.
Sementara itu, The Fed kembali menahan suku bunganya di level 4,25-4,50% bulan ini. The Fed juga mengingatkan akan ancaman potensi resesi di AS.
The Fed mengumumkan suku bunga pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (20/3/2025). Ini merupakan kali kedua The Fed menahan suku bunganya setelah terakhir kali menurunkan suku bunganya pada pertemuan Desember 2024.
Beralih ke pasar obligasi, terpantau ada kenaikanÌýsignifikan pada imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN).
Merujuk data RefinitivÌýimbal hasil SBNÌýtenor 10 tahun melonjak ke 7,11% yang menjadi rekor tertingginya sejak 21 Januari 2025.Ìý
Perlu dicatat bahwa, pergerakan yield dan harga pada obligasi itu berlawanan arah. Jadi, ketika yield mulai naik, maka harga surat itu akan jeblok karena investor menjualnya.
Dari Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street kembali ambruk berjamaah pada perdagangan Kamis atau Jumat dini hari waktu Indonesia (21/3/2025).
Pasar saham AS mengalami tekanan karena ketidakpastian ekonomi terus membebani ekuitas, menggagalkan upaya pemulihan dari penurunan selama sebulan terakhir.
Indeks S&P 500 turun 0,22% dan ditutup pada 5.662,89. Nasdaq Composite melemah 0,33% ke 17.691,63, tertekan oleh penurunan saham Apple dan Alphabet. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average turun tipis 11,31 poin atau 0,03%, ditutup di 41.953,32.
Di tempat lain, saham Accenture anjlok lebih dari 7% setelah perusahaan konsultasi tersebut mengungkapkan dalam laporan pendapatan kuartal kedua bahwa divisi layanan federalnya kehilangan kontrak dengan pemerintah AS akibat penghematan belanja di bawah pemerintahan Trump.
Pergerakan ini terjadi sehari setelah pertemuan terbaru The Fed di mana bank sentral memproyeksikan dua kali pemotongan suku bunga pada 2025 dan mempertahankan suku bunga di 4,25-4,5%. Ketua Fed, Jerome Powell, menyoroti tarif sebagai sumber kekhawatiran, terutama bagi konsumen, yang dapat menekan perekonomian.
Bank sentral juga menaikkan proyeksi inflasi dan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi.
Para pelaku pasar umumnya memperkirakan bahwa The Fed tidak akan mengambil tindakan sebelum melihat dampak dari rencana tarif Presiden Donald Trump. Pengecualian tarif untuk beberapa impor dari Kanada dan Meksiko akan berakhir pada 2 April.
"Kita tidak menuju resesi, tetapi dengan adanya tarif, kita masih belum tahu pasti apa yang akan terjadi." Imbuhnya.
Saham sempat menguat pada Rabu setelah keputusan kebijakan The Fed. Namun, S&P 500, yang pekan lalu sempat masuk ke wilayah koreksi, masih berada di 8% di bawah level tertinggi yang dicapai pada Februari. Selama sebulan terakhir, indeks ini telah turun lebih dari 7%.
Pergerakan pasar keuangan Tanah Air pada akhir pekan ini, Jumat (21/3/2025) rasanya masih minim katalis secara makro ekonomi.
Pelaku pasar akan banyak mencermati emiten-emiten yang ramai melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dari aksi korporasi itu, salah satu yang penting diperhatikan adalah pembagian dividen.
Namun, ambruknyaÌýWall Street serta kekhawatiran mengenai kondisi Amerika Serikat masih membebani pergerakan IHSG, rupiah hingga obligasi Tanah Air.Ìý
Berikut beberapa hal yang akan mempengaruhi pergerakan pasar keuangan hari ini :
Menanti Rilis Inflasi Jepang
Dari data makro ekonomi, akan ada rilis inflasi Jepang untuk periode Februari 2025.
Merujuk data dari laman penghimpun data, Trading Economics, inflasi negeri bunga Sakura itu diperkirakan akan kembali mengetat sebesar 4,2%, dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 4%.
Namun, untuk core inflation diproyeksi bisa mendingin 2,9%, dibandingkan pada bulan sebelum-nya indeks harga konsumen secara inti mengalami inflasi 3,2%.
Jika melihat inflasi secara keseluruhan di Jepang masih terbilang cukup ketat. Hal ini sebenarnya inline dengan keputusan bank sentral pada Rabu kemarin yang menahan suku bunga di posisi 0,50%.
Makin Dekat Tenggat Waktu, Pembagian THR Jadi Booster Ekonomi
Lebaran kini sudah tinggal menghitung hari yang artinya pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) sudah kian dekat dengan tenggat waktu yang ditetapkan pemerintah.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Kementerian Ketenagakerjaan merilis Surat Edaran (SE) Nomor M/2/HK.04/III/2024 tentang Pelaksanaan Pemberian THR Keagamaan 2024 bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan. SE ini menjadi acuan bagi Kepala Dinas Ketenagakerjaan di masing-masing provinsi.
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah mengungkapkan yang paling utama, THR 2024 wajib diberikan paling lambat H-7 Lebaran dan harus dibayar penuh, tidak boleh dicicil. Artinya THR sudah harus diterima para pekerja/buruh pada tanggal 3 April 2023.
"Selanjutnya THR wajib dibayar paling lambat 7 hari sebelum hari raya keagamaan. THR keagamaan ini harus dibayar penuh gak boleh dicicil," ungkap Ida dalam Konferensi Pers Kebijakan Pembayaran THR Keagamaan Tahun 2024, Senin (18/3/2024).
Pada kemarin Rabu (19/3/2025), Kementerian Keuangan (Kemenkeu) juga tercatat telah mencairkan anggaran Tunjangan Hari Raya (THR) untuk aparatur sipil negara (ASN) pemerintah pusat, pensiunan dan ASN daerah mencapai Rp 26,46 triliun.
Anggaran terdiri dari THR untuk ASN pemerintah pusat sebesar Rp 13,26 triliun, pensiunan sebesar Rp 11,58 triliun, dan ASN Daerah mencapai Rp 1,62 triliun.
Pembagian THR ini diharapkan bisa menjadi booster untuk perekonomian Tanah Air, terutama untuk pembelian barang-barang kebutuhan lebaran. Beberapa sektor akan diuntungkan seperti consumer (termasuk CPO dan poultry), retail, sampai transportasi.
Musim RUPS Tiba, Investor Menanti Dividen dan Lapkeu FY24
Pada hari ini akan ada enam emiten yang antri melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Aksi korporasi ini cukup penting untuk dicermati, terutama di kondisi pasar yang masih gloomy saat ini. Musim RUPS ini juga masih akan berlangsung sampai pekan depan dan bulan depan.
Pelaku pasar menantikan adanya pembagian dividen atau potensi buyback dari saham emiten yang dinilai harga pasarnya masih jauh di bawah nilai fundamental-nya, alias masih murah.
Adapun pada kemarin ada emiten bank swasta PT OCBC NISP Tbk (NISP) yang sudah menyelesaikan RUPS dan mengumumkan pembagian dividen.
NISP memutuskan membagikan dividen senilai Rp106 per saham atau Rp2,43 triliun dari laba tahun buku 2024. Jika dibandingkan dengan laba 2024 yang senilai Rp4,86 triliun, maka porsi pembagian dividen atau dividend payout ratio mencapai 49,98%.
Dari nilai itu, jika dibandingkan ke harga saham di Rp1.325 per lembar akan menghasilkan potensial cuan mencapai 8%.
Selain soal dividen dan RUPS, pelaku pasar menantikan kinerja keuangan dari berbagai emiten pada sepanjang 2024.
Hasil kinerja tahun lalu akan turut menjadi acuan investor untuk memproyeksikan dividen yang bisa didapatkan pada setiap pemegang saham.
Klaim Pengangguran AS
Klaim pengangguran awal di Amerika Serikat meningkat sebesar 2.000 menjadi 223.000 pada minggu kedua bulan Maret, sedikit di bawah ekspektasi pasar sebesar 224.000, tetapi tetap berada di tingkat historis yang rendah. Sementara itu, klaim berulang meningkat sebesar 33.000 pada minggu pertama bulan tersebut, juga sesuai dengan ekspektasi pasar.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap kuat meskipun periode kebijakan moneter yang ketat telah berlangsung lama dan data ekonomi yang lemah dirilis selama kuartal pertama tahun ini.
Di sisi lain, klaim pengangguran yang diajukan di bawah program untuk pegawai pemerintah federal, yang sedang diawasi ketat akibat pemecatan oleh Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), turun sebanyak 514 menjadi 1.066. Meskipun terjadi penurunan, laporan menunjukkan bahwa banyak pemecatan yang dilakukan oleh DOGE disertai dengan paket pesangon, sehingga mencegah karyawan untuk langsung mengklaim tunjangan setelah diberhentikan.
Uang Beredar M2
Sentimen berikutnya dari internal, kita masih akan menanti data terkait peredaran uang dalam arti luas (M2) periode Februari 2025.
Peredaran uang diperkirakan akan meningkat lantaran ada persiapan untuk bulan Ramadhan.
Sebagai catatan, pada Januari 2025, Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar M2 tumbuh lebih tinggi.
Posisi M2 pada Januari 2025 tercatat sebesar Rp9.232,8 triliun atau tumbuh sebesar 5,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 4,8% (yoy).
"Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,2% (yoy) dan uang kuasi sebesar 2,2% (yoy)," kata Direktur Eksekutif - Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso, Senin (24/2/2025).
Denny menegaskan perkembangan M2 pada Januari 2025 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan aktiva luar negeri bersih.
Para pakar ekonomi, pelaku pasar, regulator, dan pemimpin bisnis akan hadir dalam Capital Market Forum 2025 untuk berbagi pandangan strategis. Melalui dialog inspiratif dan analisis data mendalam, Capital Market Forum 2025 bertujuan memberikan gambaran optimis sekaligus realistis, mendorong kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia yang tetap tangguh dan kompetitif di kancah internasional.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
Pidato Pejabat The Fed, Williams
Inflasi Jepang periode Februari 2025
BI mengumumkan uang beredar Februari 2025
Capital Market Forum 2025 di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta Selatan (09.00 WIB)
Press conference investor gathering in connection with IPO PT Fore Kopi Indonesia Tbk. di Sequis Tower, Jakarta Selatan (09.00 WIB)
ÌýCenter for Sharia Economic Development (CSED) INDEF menyelenggarakan diskusi publik bertema "Overview Ekonomi Ramadhan" yang akan dilaksanakan via zoom meeting (14.00 WIB)
ÌýPertemuan Menaker & Bos KSPI di Kementerian Ketenagakerjaan, Jakarta Selatan (16.00 WIB)
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini: