
Musim Mudik Belum Mulai, Asing Sudah Kabur Duluan Bawa Triliunan

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Arus dana asing tercatat jual bersih dari pasar keuangan domestik pada pekan lalu. Aksi outflow tersebut terjadi selama dua pekan beruntun yang didominasi oleh pasar saham.
Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 17-20 Maret 2025, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp4,25 triliun, terdiri dari jual neto Rp4,78 triliun di pasar saham, beli neto Rp1,20 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan jual neto Rp0,67 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Selama 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 20 Maret 2025, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp28,10 triliun di pasar saham, beli neto Rp23,87 triliun di pasar SBN dan Rp8,58 triliun di SRBI.
Sepanjang pekan lalu, pengaruh dari eksternal maupun internal memberikan dampak yang signifikan bagi pasar modal Tanah Air.
Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang mengungkapkan bahwa kombinasi faktor global dan domestik menjadi penyebab ambruknya IHSG.
Dari sisi global, bank sentral AS (The Fed) menurunkan proyeksi pertumbuhan AS dan menaikkan estimasi inflasi, yang mempersempit ruang pemangkasan suku bunga dan meningkatkan risiko staglasi. Sentimen negatif juga datang dari pelemahan pasar AS dan Eropa serta ketegangan geopolitik, terutama di Timur Tengah, yang mendorong kenaikan harga minyak dan meningkatkan risiko inflasi global.
Di sisi lain, arus keluar dana asing dari pasar saham Indonesia masih berlanjut seiring dengan penguatan dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian ekonomi global. Selain itu, ketidakpastian kebijakan fiskal dalam negeri serta isu-isu terkait stabilitas pemerintahan membuat investor lebih berhati-hati terhadap aset domestik.
"Dengan kondisi tersebut, investor cenderung mengalihkan dana ke aset yang lebih aman, mempercepat aliran modal keluar dari Indonesia dan menekan IHSG lebih dalam," ujar Hosianna.
Selaras dengan Hosianna, Senior Analyst Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta juga mengatakan bahwa ketidakpastian global dan domestik masih cukup tinggi.
Dari sisi global, tensi perdagangan AS dengan mitranya serta kebijakan suku bunga The Fed masih menjadi perhatian. Sedangkan dari dalam negeri, dinamika politik serta ekonomi menjadi patut menjadi perhatian.
Terkhusus dari domestik, Nafan menegaskan bahwa kebijakan fiskal pemerintah termasuk penurunan penerimaan pajak, isu Sri Mulyani yang mundur, hingga RUU TNI yang bisa memperluas peran militer dan mengurangi supremasi sipil di lembaga sipil tampak menjadi penekan IHSG.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)