
Waspadai 3 Tanda Ini Agar Tidak Gagal Bangun Startup!
Rahajeng Kusumo Hastuti, ²©²ÊÍøÕ¾
15 March 2019 15:10

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â - Tidak mudah meninggalkan bisnis yang telah dibangun, menghabiskan banyak waktu dan uang. Jika bisnis sudah mulai goyang, maka perlu upaya untuk perbaikan, pengembalian investasi yang lebih sehat, dan temukan ceruk pasar yang tepat.
Agar bisnis startup tidak menemui kegagalan, hal-hal inilah yang harus dihindari:
1.Tenggelam dalam pengembalian investasi yang negatif
Untuk menjalankan bisnis, ada konsep sederhana, yakni mengeluarkan lebih banyak uang untuk menghasilkan uang. Idealnya, uang yang dihasilkan harus lebih tinggi dibandingkan yang dikeluarkan. Sayangnya, dalam bisnis startup, banyak yang menutup pintu pada opsi ini karena alasan sederhana, mereka tidak membuat profit yang sehat. Tenggelam dalam pengembalian investasi (return of investment/ROI) yang negatif bisa terjadi karena banyak alasan lainnya.
Bisa pula karena harga produk di bawah standar, sehingga ROI pun menjadi negatif. Ada juga yang buruk mengelola keuangan, dan memperkerjakan terlalu banyak orang atau membeli terlalu banyak alat sebelum bisnisnya siap.
Salah satu perusahaan startup yang melakukan hal tersebut adalah Airwave, yang ditutup karena pengeluaran berlebihan. Padahal startup ini mendapatkan dukungan pendanaan lebih dari Rp 100 juta. CB Insight menyatakan Airware menjadi peringatan startup lain yang kelebihan pengeluaran dengan harapan menemukan produk yang cocok dengan pasar.
"Seandainya dia lebih berhemat, maka bisa memperpanjang jaannya dan memberikan klien korporat lebih banyak untuk waktu untuk mencari tahu bagaimana menggunakan drone, Airware mungkin tetap bertahan," tulisnya seperti yang dilansir dari entreprenur.com.
Pendiri startup suplemen Ecolife berpendapatan, seharusnya pengusaha menyadari sebuah bisnis perlu memiliki ROI yang sehat sejak awal. Sayangnya banyak yang berpikir hanya masalah waktu, sampai bisnis mereka berhasil. Jika sebuah bisnis tidak menghasilkan uang maka anda memiliki masalah yang serius
2.Generalis
Membuat bisnis yang melayani banyak orang dengan mengandalkan pangsa pasar yang besar mungkin berpotensi menghasilkan uang. Tapi salah. Kenyataannya, semakin terbatas produk anda semakin mudah untuk mengiklankan, memasarkan dan menjualnya. Hanya karena bisnis anda bisa melayani banyak pasar bukan berarti anda harus, terutama pada pemulaan, harus ada spesifikasi.
Jauh lebih mudah memulai bisnis yang sukses di ceruk yang sempit, dibandingkan bersaing dengan perusahaan yang 10 kali lebih besar.
Misalnya Gowalla, sebuah startup media sosial yang bekerja tanpa lelah untuk berkembang pada 2007. Namun usaha mereka gagal dengan cepat karena harus bersaing dengan Facebook, yang akhirnya membeli Gowalla seharga US$ 3 juta. Nilai ini lebih murah US$ 5 juta dari perusaahaan yang menggunakan modal ventura.
3. Pasif bergeser untuk memenuhi permintaan pasar
Eric Ries dalam The Lean Startup mengatakan Satu-satunya cara untuk menang adalah belajar lebih cepat daripada orang lain. Jika bisnis gagal, bahkan bisa berkaitan erat karena pemiliknya enggan untuk terus belajar.
Contohnya Blockbuster, perusahaan besar yang tampaknya gagal dalam semalam. Alasannya adalah bahwa Blockbuster tidak bergeser dengan tuntutan pasar. Ketika Netflix dan Redbox (startup yang lebih kecil, bergerak lebih cepat) menemukan pijakan mereka dalam mencari kenyamanan pasar, Blockbuster menjadi usang.
Tapi yang lebih buruk lagi, jika sebuah perusahaan tidak melakukan apa-apa. Pasalnya, pasar akan bergeser sehingga perlu membangun bisnis yang beradaptasi dengan dengan cepat.
Nah, bagi penggiat startup yang tidak ingin gagal, penting untuk terus menambah informasi dan wawasan dari berbagai forum, seperti Thinkubator. Dalam forum ini komunitas startup berkesempatan mendapat bimbingan dan ilmu baru dari para praktisi startup dari berbagai bidang dalam suatu diskusi dan workshop.
Thinkubator memberikan kesempatan untuk para startup yang ingin melangkah lebih jauh dalam memajukan usaha dan membuat impian mereka menjadi nyata, membuka koneksi, mendapatkan bimbingan dari para ahli, serta menerima pendanaan untuk startup.
Acara ini berasal dari inisiatif yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan beserta jajarannya, serta dukungan kementerian terkait. Grab menyambut baik imbauan ini dan menjadi Official Mobile Platform Partner. Sementara Transcorp sebagai media partner.
Adapun pihak yang akan ambil bagian, di antaranya Kominfo, Kemenko Maritim, Bekraf, Grab Indonesia, detikcom, Trans TV, komunitas startup Code Margonda, serta akademisi Universitas Prasetiya Mulya.
Sebelum program tersebut diluncurkan, telah berlangsung pertemuan berbagai pihak yang bertempat di Gedung BPPT-Thamrin. Sebagai awalan, pertemuan ini bertujuan untuk mensosialisasikan kompetisi Thinkubator kepada para komunitas startup dan akademisi universitas yang diharapkan dapat ikut serta mengikuti kompetisi ini.
Thinkubator akan menjadi wadah untuk membuka kesempatan para startup yang memiliki potensi namun mengalami kesulitan dalam mengembangkan ide dan produk mereka.
Para startup dari seluruh Indonesia bisa mendaftarkan diri serta mengunggah proposal ide mereka di www.thinkubator.detik.com pada 5-21 Maret 2019. Kemudian Akan ada proses seleksi online hingga 22 Maret 2019.
Sejumlah 150 startup yang terpilih berhak untuk mengikuti conference dan workshop bersama para expert di bidangnya pada 28 Maret 2019. Pada hari itu juga ada 6 peserta yang akan maju ke babak Final Live Pitch yang akan diperkenalkan kepada publik.
Para finalis akan berhadapan dengan juri yang akan menjadi investor mereka pada 29 Maret 2019 dan acara Live Pitch akan disiarkan langsung di Transmedia Group.
Segera daftarkan startup-mu di Thinkubator! Informasi pendaftarannya bisa dilihatÂ
(dob) Next Article Pemerintah Dukung Perkembangan Startup Lewat Thinkubator
Agar bisnis startup tidak menemui kegagalan, hal-hal inilah yang harus dihindari:
1.Tenggelam dalam pengembalian investasi yang negatif
Untuk menjalankan bisnis, ada konsep sederhana, yakni mengeluarkan lebih banyak uang untuk menghasilkan uang. Idealnya, uang yang dihasilkan harus lebih tinggi dibandingkan yang dikeluarkan. Sayangnya, dalam bisnis startup, banyak yang menutup pintu pada opsi ini karena alasan sederhana, mereka tidak membuat profit yang sehat. Tenggelam dalam pengembalian investasi (return of investment/ROI) yang negatif bisa terjadi karena banyak alasan lainnya.
Salah satu perusahaan startup yang melakukan hal tersebut adalah Airwave, yang ditutup karena pengeluaran berlebihan. Padahal startup ini mendapatkan dukungan pendanaan lebih dari Rp 100 juta. CB Insight menyatakan Airware menjadi peringatan startup lain yang kelebihan pengeluaran dengan harapan menemukan produk yang cocok dengan pasar.
"Seandainya dia lebih berhemat, maka bisa memperpanjang jaannya dan memberikan klien korporat lebih banyak untuk waktu untuk mencari tahu bagaimana menggunakan drone, Airware mungkin tetap bertahan," tulisnya seperti yang dilansir dari entreprenur.com.
Pendiri startup suplemen Ecolife berpendapatan, seharusnya pengusaha menyadari sebuah bisnis perlu memiliki ROI yang sehat sejak awal. Sayangnya banyak yang berpikir hanya masalah waktu, sampai bisnis mereka berhasil. Jika sebuah bisnis tidak menghasilkan uang maka anda memiliki masalah yang serius
2.Generalis
Membuat bisnis yang melayani banyak orang dengan mengandalkan pangsa pasar yang besar mungkin berpotensi menghasilkan uang. Tapi salah. Kenyataannya, semakin terbatas produk anda semakin mudah untuk mengiklankan, memasarkan dan menjualnya. Hanya karena bisnis anda bisa melayani banyak pasar bukan berarti anda harus, terutama pada pemulaan, harus ada spesifikasi.
Jauh lebih mudah memulai bisnis yang sukses di ceruk yang sempit, dibandingkan bersaing dengan perusahaan yang 10 kali lebih besar.
Misalnya Gowalla, sebuah startup media sosial yang bekerja tanpa lelah untuk berkembang pada 2007. Namun usaha mereka gagal dengan cepat karena harus bersaing dengan Facebook, yang akhirnya membeli Gowalla seharga US$ 3 juta. Nilai ini lebih murah US$ 5 juta dari perusaahaan yang menggunakan modal ventura.
3. Pasif bergeser untuk memenuhi permintaan pasar
Eric Ries dalam The Lean Startup mengatakan Satu-satunya cara untuk menang adalah belajar lebih cepat daripada orang lain. Jika bisnis gagal, bahkan bisa berkaitan erat karena pemiliknya enggan untuk terus belajar.
Contohnya Blockbuster, perusahaan besar yang tampaknya gagal dalam semalam. Alasannya adalah bahwa Blockbuster tidak bergeser dengan tuntutan pasar. Ketika Netflix dan Redbox (startup yang lebih kecil, bergerak lebih cepat) menemukan pijakan mereka dalam mencari kenyamanan pasar, Blockbuster menjadi usang.
Tapi yang lebih buruk lagi, jika sebuah perusahaan tidak melakukan apa-apa. Pasalnya, pasar akan bergeser sehingga perlu membangun bisnis yang beradaptasi dengan dengan cepat.
Nah, bagi penggiat startup yang tidak ingin gagal, penting untuk terus menambah informasi dan wawasan dari berbagai forum, seperti Thinkubator. Dalam forum ini komunitas startup berkesempatan mendapat bimbingan dan ilmu baru dari para praktisi startup dari berbagai bidang dalam suatu diskusi dan workshop.
Thinkubator memberikan kesempatan untuk para startup yang ingin melangkah lebih jauh dalam memajukan usaha dan membuat impian mereka menjadi nyata, membuka koneksi, mendapatkan bimbingan dari para ahli, serta menerima pendanaan untuk startup.
Acara ini berasal dari inisiatif yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan beserta jajarannya, serta dukungan kementerian terkait. Grab menyambut baik imbauan ini dan menjadi Official Mobile Platform Partner. Sementara Transcorp sebagai media partner.
Adapun pihak yang akan ambil bagian, di antaranya Kominfo, Kemenko Maritim, Bekraf, Grab Indonesia, detikcom, Trans TV, komunitas startup Code Margonda, serta akademisi Universitas Prasetiya Mulya.
Sebelum program tersebut diluncurkan, telah berlangsung pertemuan berbagai pihak yang bertempat di Gedung BPPT-Thamrin. Sebagai awalan, pertemuan ini bertujuan untuk mensosialisasikan kompetisi Thinkubator kepada para komunitas startup dan akademisi universitas yang diharapkan dapat ikut serta mengikuti kompetisi ini.
Thinkubator akan menjadi wadah untuk membuka kesempatan para startup yang memiliki potensi namun mengalami kesulitan dalam mengembangkan ide dan produk mereka.
Para startup dari seluruh Indonesia bisa mendaftarkan diri serta mengunggah proposal ide mereka di www.thinkubator.detik.com pada 5-21 Maret 2019. Kemudian Akan ada proses seleksi online hingga 22 Maret 2019.
Sejumlah 150 startup yang terpilih berhak untuk mengikuti conference dan workshop bersama para expert di bidangnya pada 28 Maret 2019. Pada hari itu juga ada 6 peserta yang akan maju ke babak Final Live Pitch yang akan diperkenalkan kepada publik.
Para finalis akan berhadapan dengan juri yang akan menjadi investor mereka pada 29 Maret 2019 dan acara Live Pitch akan disiarkan langsung di Transmedia Group.
Segera daftarkan startup-mu di Thinkubator! Informasi pendaftarannya bisa dilihatÂ
![]() |
(dob) Next Article Pemerintah Dukung Perkembangan Startup Lewat Thinkubator
Most Popular