
Jangan Klik Email Soal Corona Ini Atau Dirampok!
²©²ÊÍøÕ¾, ²©²ÊÍøÕ¾
13 March 2020 13:10

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Penyebaran virus corona COVID-19 ke banyak negara telah menimbulkan kepanikan. Hacker jahat pun berusaha memanfaatkan rasa takut ini dengan mengirimkan email phising yang bila diklik akan mencuri data bahkan mengambil alih email pribadi.
Salah satu kampanye spam terbaru adalah peniruan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Para pengguna menerima email yang diduga dari WHO, dan kemudian berisikan informasi tentang langkah-langkah keamanan untuk menghindari infeksi.
Setelah pengguna mengklik tautan yang disematkan dalam email, mereka akan diarahkan ke situs web phishing dan diminta untuk berbagi informasi pribadi, sehingga akan berakhir di tangan para perlaku kejahatan siber.
Penipuan ini, menurut para ahli Kaspersky terlihat lebih realistis dibandingkan contoh kasus lain yang diteliti seperti dugaan sumbangan dari Bank Dunia atau IMF bagi yang membutuhkan pinjaman.
Teknologi deteksi Kaspersky juga menemukan file berbahaya yang disamarkan sebagai dokumen yang terkait dengan virus. File-file berbahaya itu ditutup dengan kedok file pdf, mp4 dan docx tentang virus korona. Nama-nama file menyiratkan bahwa mereka berisi instruksi video tentang cara melindungi diri dari virus, pembaruan pada ancaman dan bahkan prosedur deteksi virus, yang sebenarnya tidak demikian.
Bahkan, file-file ini berisi berbagai ancaman, dari Trojan ke worm, yang mampu menghancurkan, memblokir, memodifikasi atau menyalin data, serta mengganggu pengoperasian komputer atau jaringan komputer.
Beberapa file berbahaya tersebar melalui email. Misalnya, file Excel yang didistribusikan melalui email dengan kedok daftar korban virus korona yang diduga dikirim dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada kenyataannya, ini adalah Trojan-Downloader, yang diam-diam mengunduh dan menginstal file berbahaya lainnya.
File kedua ini adalah Trojan-Spy yang dirancang untuk mengumpulkan berbagai data, termasuk kata sandi, dari perangkat yang terinfeksi dan mengirimkannya ke para pelaku kejahatan siber.
"Sementara para ahli medis bergegas menemukan obat penawar terhadap virus korona, jelas bahwa para pelaku kejahatan siber sama-sama sibuk mencoba teknik dan taktik baru untuk menghasilkan uang pada organisasi dan individu dengan memanfaatkan kepanikan publik atas epidemi saat ini. Deteksi kami di wilayah APAC hanyalah awal seperti tip of the iceberg. Kami menghimbau seluruh masyarakat untuk tetap tenang tetapi pada saat yang sama juga berhati-hati," komentar Stephan Neumeier, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky.
Di wilayah Asia Pasifik sendiri, Kaspersky telah mendeteksi 93 malware terkait virus korona di Bangladesh, 53 di Filipina, 40 di Cina, 23 di Vietnam, 22 di India dan 20 di Malaysia. Deteksi satu digit dipantau di Singapura, Jepang, Indonesia, Hong Kong, Myanmar, dan Thailand.
"Kami akan mendorong perusahaan untuk sangat waspada saat ini, dan memastikan karyawan yang bekerja di rumah tetap berhati-hati. Perusahaan harus berkomunikasi dengan jelas dengan karyawan agar memastikan mereka mengetahui risiko, dan melakukan berbagai cara untuk mengamankan akses jarak jauh bagi mereka yang terisolasi atau bekerja dari rumah," komentar David Emm, peneliti keamanan utama, Kaspersky dalam keterangan resmi yang diterima ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia, Jumat (13/3/2020).
"Adalah sebuah fakta bahwa sekali sebuah perangkat berada di luar infrastruktur jaringan perusahaan dan terhubung ke WIFI dan jaringan baru, maka risiko keamanan informasi perusahaan pun meningkat. Sudah saatnya kita tidak hanya meningkatkan kekebalan fisik namun juga keamanan jaringan kita terhadap serangan yang merusak ini" tambah Neumeier.
(roy/roy) Next Article Merasa Beruntung Belum Kena Covid? Bisa Jadi ini Penyebabnya
Salah satu kampanye spam terbaru adalah peniruan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Para pengguna menerima email yang diduga dari WHO, dan kemudian berisikan informasi tentang langkah-langkah keamanan untuk menghindari infeksi.
Setelah pengguna mengklik tautan yang disematkan dalam email, mereka akan diarahkan ke situs web phishing dan diminta untuk berbagi informasi pribadi, sehingga akan berakhir di tangan para perlaku kejahatan siber.
![]() |
Teknologi deteksi Kaspersky juga menemukan file berbahaya yang disamarkan sebagai dokumen yang terkait dengan virus. File-file berbahaya itu ditutup dengan kedok file pdf, mp4 dan docx tentang virus korona. Nama-nama file menyiratkan bahwa mereka berisi instruksi video tentang cara melindungi diri dari virus, pembaruan pada ancaman dan bahkan prosedur deteksi virus, yang sebenarnya tidak demikian.
Bahkan, file-file ini berisi berbagai ancaman, dari Trojan ke worm, yang mampu menghancurkan, memblokir, memodifikasi atau menyalin data, serta mengganggu pengoperasian komputer atau jaringan komputer.
Beberapa file berbahaya tersebar melalui email. Misalnya, file Excel yang didistribusikan melalui email dengan kedok daftar korban virus korona yang diduga dikirim dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada kenyataannya, ini adalah Trojan-Downloader, yang diam-diam mengunduh dan menginstal file berbahaya lainnya.
File kedua ini adalah Trojan-Spy yang dirancang untuk mengumpulkan berbagai data, termasuk kata sandi, dari perangkat yang terinfeksi dan mengirimkannya ke para pelaku kejahatan siber.
"Sementara para ahli medis bergegas menemukan obat penawar terhadap virus korona, jelas bahwa para pelaku kejahatan siber sama-sama sibuk mencoba teknik dan taktik baru untuk menghasilkan uang pada organisasi dan individu dengan memanfaatkan kepanikan publik atas epidemi saat ini. Deteksi kami di wilayah APAC hanyalah awal seperti tip of the iceberg. Kami menghimbau seluruh masyarakat untuk tetap tenang tetapi pada saat yang sama juga berhati-hati," komentar Stephan Neumeier, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky.
Di wilayah Asia Pasifik sendiri, Kaspersky telah mendeteksi 93 malware terkait virus korona di Bangladesh, 53 di Filipina, 40 di Cina, 23 di Vietnam, 22 di India dan 20 di Malaysia. Deteksi satu digit dipantau di Singapura, Jepang, Indonesia, Hong Kong, Myanmar, dan Thailand.
"Kami akan mendorong perusahaan untuk sangat waspada saat ini, dan memastikan karyawan yang bekerja di rumah tetap berhati-hati. Perusahaan harus berkomunikasi dengan jelas dengan karyawan agar memastikan mereka mengetahui risiko, dan melakukan berbagai cara untuk mengamankan akses jarak jauh bagi mereka yang terisolasi atau bekerja dari rumah," komentar David Emm, peneliti keamanan utama, Kaspersky dalam keterangan resmi yang diterima ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia, Jumat (13/3/2020).
"Adalah sebuah fakta bahwa sekali sebuah perangkat berada di luar infrastruktur jaringan perusahaan dan terhubung ke WIFI dan jaringan baru, maka risiko keamanan informasi perusahaan pun meningkat. Sudah saatnya kita tidak hanya meningkatkan kekebalan fisik namun juga keamanan jaringan kita terhadap serangan yang merusak ini" tambah Neumeier.
(roy/roy) Next Article Merasa Beruntung Belum Kena Covid? Bisa Jadi ini Penyebabnya
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular