
Awalnya Insentif Kartu Prakerja Rp 5 Juta, Bukan Rp 3,55 Juta
Arif Budiansyah, ²©²ÊÍøÕ¾
23 April 2020 16:05

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pemerintah menyatakan ada perubahan fokus yang awalnya Kartu Prakerja dirancang untuk lebih mengutamakan dari segi pelatihan namun kini beralih menjadi konsep bantuan sosial. Hal ini diprakarsai karena mewabahnya virus corona Covid-19 di tanah air.
Asisten Deputi Ketenagakerjaan Kemenko Perekonomian, Yulius mengatakan awalnya biaya pelatihan Kartu Pra Kerja didesain memberikan dana kepada peserta lebih banyak pada pelatihan ketimbang intensif. Bahkan angkanya mencapai Rp 5 juta, sedangkan kini yang dikucurkan hanya 1 juta saja.
"Banyak pelatihan yang tadinya ini dari sisi biaya dirancang sebesar 5 juta rupiah rata-rata dengan insentif hanya sekitar 650 ribu. Artinya, awalnya fokusnya lebih pada pelatihan," jelas Yulius, pada video conference, (23/4/2020).
Maka demikian, seiring menjangkitnya virus corona di Indonesia, pemerintah mengubah arah fokus lebih kepada jaring pengaman sosial dengan intensif yang lebih.
"Nilai social safety net lebih diperbesar namun pelatihannya itu tetap ada. Disamping mendapatkan social safety net dia [peserta] juga bisa meningkatkan kualitasnya," ucap Yulius.
Selain itu, menanggapi pertanyaan mengapa pemerintah meluncurkan Kartu Prakerja sebagai bantuan sosial dan tidak langsung memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Yulius mengatakan kalau Kartu Prakerja hanya sebagian dari program pemerintah untuk membantu masyarakat ditengah pandemi.
"Perlu diketahui, kita punya program safety net sebesar 415 triliun dengan Kartu Prakerja hanya 5 persen. Kalau mau langsung, ada BLTProgram Keluarga Harapan ( PKH), itu ada tempatnya," kata Yulius.
"Saya bayangkan program kartu prakerja hanya 5 persen dari 415 triliun yang disiapkan pemerintah untuk kendalikan Covid-19. Tidka terlalu besar, dan tentunya ada pelatihan kerja. Karena dengan orang di rumah, diharapkan belajar," tambahnya.
(roy/roy) Next Article Ternyata Ini Alasan Jokowi Tambah Syarat Dapat Kartu Prakerja
Asisten Deputi Ketenagakerjaan Kemenko Perekonomian, Yulius mengatakan awalnya biaya pelatihan Kartu Pra Kerja didesain memberikan dana kepada peserta lebih banyak pada pelatihan ketimbang intensif. Bahkan angkanya mencapai Rp 5 juta, sedangkan kini yang dikucurkan hanya 1 juta saja.
"Banyak pelatihan yang tadinya ini dari sisi biaya dirancang sebesar 5 juta rupiah rata-rata dengan insentif hanya sekitar 650 ribu. Artinya, awalnya fokusnya lebih pada pelatihan," jelas Yulius, pada video conference, (23/4/2020).
"Nilai social safety net lebih diperbesar namun pelatihannya itu tetap ada. Disamping mendapatkan social safety net dia [peserta] juga bisa meningkatkan kualitasnya," ucap Yulius.
Selain itu, menanggapi pertanyaan mengapa pemerintah meluncurkan Kartu Prakerja sebagai bantuan sosial dan tidak langsung memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Yulius mengatakan kalau Kartu Prakerja hanya sebagian dari program pemerintah untuk membantu masyarakat ditengah pandemi.
"Perlu diketahui, kita punya program safety net sebesar 415 triliun dengan Kartu Prakerja hanya 5 persen. Kalau mau langsung, ada BLTProgram Keluarga Harapan ( PKH), itu ada tempatnya," kata Yulius.
"Saya bayangkan program kartu prakerja hanya 5 persen dari 415 triliun yang disiapkan pemerintah untuk kendalikan Covid-19. Tidka terlalu besar, dan tentunya ada pelatihan kerja. Karena dengan orang di rumah, diharapkan belajar," tambahnya.
(roy/roy) Next Article Ternyata Ini Alasan Jokowi Tambah Syarat Dapat Kartu Prakerja
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular