
Dipimpin Samsung & Huawei, Penjualan Smartphone Jatuh

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Penjualan ponsel pintar (smartphone) di kuartal I-2020 terpukul telak. Perusahaan analis teknologi Counterpoint Research dan Canalys sama-sama menyebut data penurunan global mencapai 13%. Namun yang pasti, di kuartal I, untuk pertama kalinya penjualan smartphone berada di bawah 300 juta unit sejak tahun 2014 lalu.
Dikutip dari , data dari Counterpoint Research penjualan smartphone hanya berada pada 295 juta unit pada kuarter pertama 2020. Anjlok year on year dibanding kuartal I-2019 silam yang mencapai 341 juta unit. Artinya, penurunan mencapai 13,1%.
Rilis yang dikeluarkan Canalyst, salah satu negara yang paling terdampak yakni China penurunannya mencapai 18%, Namun Counterpoint Research menyebut lebih ekstrim lagi, yakni di angka 27%.
"Pada akhir kuartal pertama, ketika COVID-19 mulai menyebar ke banyak negara, dan lockdown mulai diberlakukan, gangguan terhadap permintaan mulai terasa," kata tim analis Counterpoint.
Dari segi peringkat teratas, tiga merk masih dikuasai Samsung, Huawei, dan Apple. Namun ketiganya mengalami anjlok, Samsung dari angka 72 juta turun menjadi 59 juta unit dengan market share turun dari 21% menjadi 20%, kemudian Huawei dari 59,1 juta unit jatuh menjadi 49 juta unit dengan market share stagnan sebesar 17%, sedangkan Apple tidak terlalu mengalami anjlok, yakni dari 42 juta unit menjadi 40 juta unit dengan market share yang naik dari 12% menjadi 14%.
Ironi terjadi pada smartphone asal China Xiaomi. Pada q1 2019 penjualannya di angka 27,8 juta. Namun tahun ini justru meningkat jadi 29,7 juta dengan market share yang juga melonjak dari 8% menjadi 10%. Hal ini diduga akibat gencarnya skema marketing dari merk smartphone tersebut. Begitu pun dengan Real Me yang berada peringkat 7. Mereka mendapat kenaikan penjualan dari 2,8 juta menjadi 7,2 juta.
Namun, dua merk tersebut tidak menjadi cerminan secara global. Dari 10 peringkat teratas, 8 merk mengalami anjlok dalam penjualan.
"Dari sudut pandang konsumen, kecuali karena rusak, pembelian smartphone adalah hal yang tidak diwajibkan. Di masa yang tidak pasti ini, konsumen kemungkinan akan menahan pembelian. Ini berarti siklus penggantian cenderung menjadi lebih lama." kata Associate Director Counterpoint Tarun Pathak.
Bahkan ini belum menjadi puncak, karena sebenarnya masa pandemi ini belum terasa. "Sebagian besar perusahaan smartphone mengharapkan kuarter kedua adalah puncak coronavirus. Ini akan menguji keberanian industri, dan beberapa perusahaan, terutama pengecer offline. Mereka akan gagal tanpa dukungan pemerintah." Kata seorang analis Stanton.
(dob/dob) Next Article April 2020, Penjualan Huawei Salip Samsung