²©²ÊÍøÕ¾

Sstt...Kok Jack Ma Dipanggil Pengadilan India, Kasus Apa?

Linda Hasibuan, ²©²ÊÍøÕ¾
26 July 2020 13:40
Alibaba Group co-founder and Executive Chairman Jack Ma gestures during a seminar at the International Monetary Fund - World Bank Annual Meeting 2018 in Nusa Dua, Bali, Indonesia, October 12, 2018. REUTERS/Johannes P. Christo
Foto: Jack Ma (REUTERS/Johannes P. Christo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pengadilan India telah memanggil pihak Alibaba sekaligus pendirinya Jack Ma. Pemanggilan salah satu orang terkaya di dunia itu lantaran ada mantan karyawan di India mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dipecat semena-mena setelah menolak apa yang ia lihat sebagai sensor dan berita palsu tentang aplikasi perusahaan.

Sebagaimana dilansir dari Reuters, kasus ini terjadi beberapa minggu setelah India, dengan alasan keamanan, melarang aplikasi UC News milik Alibaba, UC Browser dan 57 aplikasi China lainnya di India setelah terjadi bentrokan antara pasukan kedua negara tersebut di perbatasan mereka.

Setelah larangan yang kemudian mendapat kritikan dari China ini, India kemudian mencari jawaban tertulis dari semua perusahaan yang terkena dampak, termasuk apakah mereka menyensor konten atau bertindak untuk pemerintah asing mana pun.

Dalam pengajuan pengadilan tanggal 20 Juli dan sebelumnya, mantan karyawan UC Web Alibaba, Pushpandra Singh Parmar, dituduh perusahaan itu menyensor konten yang dianggap tidak menguntungkan bagi China.

Tak hanya itu, aplikasinya UC Browser dan UC News juga dituduh menampilkan berita palsu yang menyebabkan dampak sosial dan kekacauan politik.

Hakim Sipil Pengadilan India, Sonia Sheokand dari pengadilan distrik di Gurugram, sebuah kota satelit di ibu kota India, New Delhi, telah mengeluarkan surat panggilan untuk Alibaba, Jack Ma dan sekitar selusin individu atau unit perusahaan. Pengadilan India meminta mereka untuk hadir di pengadilan atau datang melalui pengacara pada 29 Juli mendatang.

Hakim juga meminta tanggapan tertulis dari perusahaan dan eksekutifnya dalam waktu 30 hari ke depan, sesuai dengan jadwal panggilan.

UC India mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa komitmen perusahaan terhadap pasar India tidak berubah, termasuk soal kesejahteraan karyawan lokal, dan kebijakan yang sesuai dengan hukum negara setempat.

Meski begitu, perwakilan Alibaba belum menanggapi permintaan komentar dari perusahaan China atau atas nama Jack Ma.

Melalui pengacaranya Atul Ahlawat, Parmar yang bekerja sebagai Associate Director di kantor Web UC di Gurugram hingga Oktober 2017 meminta ganti rugi US $ 268.000 atau setara dengan Rp 3,75 miliar (kurs Rp 14.000/US$).

Tersangkutnya Alibaba di pengadilan ini menjadi rintangan terbaru bagi Alibaba di India setelah kebijakan larangan aplikasi asal China oleh pemerintah India mulai berdampak pada PHK beberapa staf di India.

Sebelum aplikasi China dilarang, UC Browser telah diunduh setidaknya 689 juta kali di India, sedangkan UC News memiliki 79,8 juta unduhan, sebagian besar selama 2017 dan 2018, sebagaimana diungkapkan data dari perusahaan analitik Sensor Tower.

Delegasi dalam pengadilan

India mengatakan bahwa mereka melarang 59 aplikasi setelah menerima masuk dari pihak yang kredibel bahwa aplikasi semacam itu mengancam kedaulatan India.

Menteri Teknologi Informasi mengatakan keputusan itu diambil untuk melindungi data warga dan ketertiban umum.

Terkait dengan dokumen, ada lebih dari 200 halaman pengajuan pengadilan, seperti ditinjau oleh Reuters, termasuk kliping dari beberapa unggahan yang ditampilkan di aplikasi UC News yang diduga salah.

Satu berita dari 2017 menjadi berita utama dalam bahasa Hindi yakni uang kertas 2.000 rupee akan dilarang sebagai transaksi. Judul utama lain dari posting-an tahun 2018 menyebut bahwa India dan Pakistan akan berperang.

Reuters pun memverifikasi kebenaran klaim dalam dokumen pengajuan pengadilan tersebut. India menyebut bahwa tidak melarang uang kertas 2.000 rupee dan tidak ada perang yang terjadi antara India dan Pakistan pada 2018.

Gugatan itu juga berisi daftar kata-kata sensitif dengan kata-kata kunci dalam bahasa Hindi dan Inggris seperti "perbatasan India-Cina" dan "perang Sino-India" yang oleh pengadilan diajukan oleh UC Web untuk menyensor konten pada platformnya di India.

"Untuk mengendalikan konten terkait berita apa pun yang akan diterbitkan terhadap China, secara otomatis / manual ditolak oleh sistem audit yang dikembangkan untuk tujuan ini," tulis dokumen tersebut.

Kedutaan Besar China di New Delhi dan Kementerian luar negeri Cina di Beijing, serta Kementerian TI India di New Delhi, belum mau berkomentar.

Forbes mencatat Jack Ma berada di urutan ke 17 orang terkaya di dunia, dengan kekayaan bersih US$ 47,8 miliar atau setara dengan Rp 669 triliun (kurs Rp 14.000/US$).


(tas/tas) Next Article Browser Internet Alibaba Dihapus di Toko Aplikasi China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular