
Cerita CEO Grab Anthony Tan Tak Berhenti Menangis karena PHK

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾- Pada pekan awal virus Corona (Covid-19) mewabah, Founder sekaligus CEO Grab Anthony Tan salah mengira bahwa penyakit ini hanya menjadi masalah di China, mirip dengan SARS pada 2003.
Namun, akhirnya dia mengakui bahwa tidak ada yang tahu berapa lama krisis COvid-19 akan berlangsung atau seberapa dalam itu akan terjadi. Anthony, yang mendirikan Grab pada tahun 2012 bersama sesama alumni Harvard Business School, Tan Hooi Lin, mengetahui bahwa ia harus menetapkan ambang batas dan membuat langkah yang menentukan, meskipun tidak populer.
"Tidak ada lagi perdebatan, ini hanya eksekusi," katanya.
Akhirnya, pada Juni lalu, perusahaan yang berbasis di Singapura ini memberhentikan sekitar 360 karyawan, setelah memangkas pengeluaran diskresioner.
"Aku ingat air mata tidak bisa berhenti membasahi wajahku. Saya tidak ingin mengulanginya lagi," kata Anthony seperti dikutip dari Reuters, yang merupakan wawancara pertamanya sejak terjadinya PHK di Grab.
Pandemi ini adalah krisis pertama bagi ekosistem start-up Asia Tenggara yang telah berusia satu dekade, di mana Grab telah dikenal dan menjadi perusahaan paling bernilai dengan valuasi US$ 14 miliar atau Rp 196 triliun (kurs Rp 14.000).
Grab mengklaim bahwa aplikasinya telah diunduh sebanyak 198 juta kali, meskipun belum menghasilkan keuntungan. Beroperasi di 351 kota di delapan negara Asia Tenggara, perusahaan ini menarik perhatian global pada tahun 2018 ketika mengakuisisi bisnis Uber di Asia Tenggara, pasca persaingan yang mahal selama lima tahun. Sebagai gantinya, Uber mendapat saham di Grab.
Ketika virus corona membuat wilayah berpenduduk 650 juta orang itu terkunci, Grab melihat permintaan yang terkikis untuk bisnis transportasi. Namun, kemudian hampir 150.000 pengemudinya beralih menjadi pengantar untuk pelanggan rumah.
"Pengiriman makanan telah menjadi norma, pengiriman bahan makanan tumbuh sangat cepat, pembayaran tanpa uang tunai tumbuh sangat cepat, jadi perilaku ini telah berubah secara permanen dengan atau tanpa vaksin dan kami telah menjadi penerima manfaat," kata Anthony, yang sedang mempersiapkan transformasi Grab untuk masa depan di mana penggunanya setidaknya akan bekerja sebagian dari rumah.
"Anda tidak dapat meminta pagar yang lebih baik," kata Tan di ruang tamu penthouse Singapura miliknya, tempat ia sering menghabiskan 15 jam sehari di meja, atau terkadang berolahraga dengan dumbel.
(dob/dob) Next Article Saat CEO Grab Tak Bisa Berhenti Menangis